Ara berdiri di depan rumah mewah dengan pintu berukir Jepara di bagian depan, gadis itu menghela napas. Kakeknya sangat artistik penggila ukiran, sampai-sampai rumah itu hampir seluruh hiasan dan pintunya di beri ukiran.
Ara mengambil kunci dari ranselnya, setelah bunyi klik tiba-tiba pintu berayun ke dalam dan menampakkan sesosok yang sangat dia rindukan. Sosok yang sangat dia butuh kan. Ara menatap tidak percaya pada sosok yang berdiri di depannya. Ransel yang awalnya tergantung di bahunya jatuh ke lantai.
"Keponakan kecilku?!".
Ya, hanya satu orang yang memanggilnya seperti itu. Yaitu paman kecilnya Leander Assyauqie.
Akhirnya tanpa peduli lagi Ara menghambur ke pelukan pamannya sambil menangis seperti anak kecil.
"Pamaaan... Kenapa paman baru kembali sekarang.. Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi, Pamaaann.." ujar Ara disela tangisnya. "...Bunda meninggal, kakak juga meninggal, paman berjanjilah kau tidak akan meninggalkan aku lagi.."