Tak ada kabar yang paling menggembirakan bagi Mahesa yakni ayah dari Bintang dan Senja selain kabar keinginan anaknya Bintang untuk pindah ke Bandung dan menetap bersamanya. Pasalnya selama 21 tahun umur Bintang ia tak pernah sekalipun berhasil membujuk ibu dari mendiang istrinya yang mengasuh Bintang sedari kecil atau bahkan Bintangnya sendiri supaya mau menetap atau setidaknya tinggal beberapa hari bersamanya.
Pernah suatu hari setelah kelulusan SMA Senja Bintang datang ke Bandung dan hal luar biasanya dia bersedia untuk menginap di rumah. Hanya saja, setelah sampai di rumah ia hanya menyimpan tas ransel yang dibawanya hingga kemudian ia kembali pergi dan pulang menjelang tengah malam. Tak sampai di sana, selama 2 hari ia di Bandung, pada hari berikutnya ia pergi tak lama setelah bangun dan kembali lagi pada larut malam. Sampai akhirnya hal yang tak terduga terjadi dan ia kembali lagi ke rumah omanya.
Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba saja dua hari yang lalu ibu dari mendiang istrinya itu menelepon dan meminta bantuan untuk mengurus surat perpindahan kampus Bintang. Dan kabar baiknya lagi, Bintang ingin kuliah di kampus yang sama dengan Senja. Tentu saja kejadian langka ini tak akan disia-siakan Mahesa untuk lebih dekat dengan anak pertamanya itu.
Bintang dan Senja adalah adik kakak, namun lahir dari rahim yang berbeda yang berjarak hanya 15 bulan. Waktu Mahesa kuliah, ia bertemu dengan Victoria Lim, gadis cantik keturunan Tionghoa, hingga akhirnya mereka menjalin hubungan. Hingga 3 tahun lamanya hubungan mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih serius yakni pernikahan. Setahun sebelum pernikahan, Victoria yang merupakan seorang Konghucu kemudian memutuskan untuk menjadi mualaf.
Beberapa bulan setelah menikah, Victoria akhirnya mengandung. Namun kondisi kandungannya saat itu sangat lemah. Meski begitu, ia selalu menjalaninya dengan bahagia karena mengandung anak pertama dari laki-laki yang sangat dicintainya. Hanya saja, ia hanya dapat bertahan hingga ia melahirkan putranya yang tampan ke dunia dan meninggalkan dua orang laki-laki yang sangat dicintainya tersebut.
Meski ia telah dipanggil oleh Allah terlebih dahulu, rupanya tak akan pernah hilang dari ingatan Mahesa sedikitpun karena ia meninggalkan 95% rupanya dalam diri Bintang. Jadi, tak heran jika Bintang sekarang merupakan laki-laki yang sangat tampan.
Tiga bulan setelah kematian Victoria, Mahesa memutuskan untuk menikah lagi. Karena ia berpikir ia butuh seseorang untuk mengurus dan menjaga Bintang yang tidak bisa ia serahkan kepada baby sister atau ibunya yang tinggal di desa, sementara ia harus bekerja. Kebetulan ibunya sedari dulu ingin sekali mengenalkannya pada anak sahabat lamanya. Yakni Farida alias ibu Senja yang merupakan anak seorang Kiyai di desa tempat tinggalnya dulu.
Namun, tepat 10 hari setelah pernikahan antara Mahesa dan Farida, Marisa yang merupakan ibu dari Victoria datang dan membawa Bintang pergi bersamanya. Sambil berkata bahwa Mahesa bukanlah lelaki setia. Bahkan sejak dari awal sebenarnya Marisa tidak terlalu menyetujui hubungan mereka dan menganggap Mahesa telah membawa pengaruh buruk pada Victoria. Karena setelah berhubungan dengan Mahesa, Victoria berani melenceng dan meninggalkan keyakinan lamanya dan memilih untuk menjadi mualaf.
***
"Sudah beres belum Bun?" Ayah melongkokan kepalanya melihat sang istri dan anaknya yang tengah membereskan kamar kosong di sebelah kamar Senja. "Sedikit lagi Yah."
"Ada yang bisa Ayah bantu lagi nggak?" Mahesa menawarkan diri.
"Nggak kok," Jawab Farida dengan memberikan senyuman terbaiknya kepada suami tercintanya itu. "Ayah udah beres emang jemur kasurnya?"
"Sudah ayah pukul-pukul tadi, bahkan pake tenaga dalam supaya debunya langsung hilang," guraunya. Sementara itu, Senja yang hanya menjadi pendengar percakapan kedua orang tuanya hanya tersenyum kecil.
"Yakin nih nggak butuh bantuan ayah? Tanya Mahesa memastikan. Dan Farida kembali menjawab dengan mantap tidak. "Yasudah kalau nggak butuh bantuan Ayah lagi ayah buatin jus aja yah," Mahesa menawarkan.
"Ide bagus Ayah, sekalian sama camilannya ya!"
"Wah dikasih jus minta plus plus" cengirnya lebar. Sementara Farida melirik suaminya sembari ikut nyengir, "Oh jadi Ayah nggak mau?"
"Siapa bilang?" dengan cepat Mahesa menyanggah. "Apapun titah Ratu akan selalu hamba laksanakan," Mahesa membungkuk memberi hormat layaknya abdi kepada ratunya. Sementara Farida dan Senja hanya menggeleng-gelengkan kepalanya maklum. Kemudian, Mahesa pun bergegas untuk memebuat jus dan menyiapkan camilan untuk mereka.
Sementara itu, Senja dan bundanya masih sibuk menata barang-barang di kamar yang nantinya akan digunakan oleh Bintang.
"Bun, Kakak sangat spesial yah?" Tanya Senja memecah keheningan.
"Menurut Adek?" Farida balik bertanya.
"Adek nggak pernah lihat Ayah segembira itu soalnya. Biasanya juga sih ayah suka guyon. Tapi sekarang nambah guyonnya bun," meski berkata, namun tangannya tak henti membersihkan debu yang menempel di meja belajar yang ada di kamar tersebut.
"Ya pantas dong kalau Ayah seneng banget," ia merapihkan dasternya yang kusut karena merunduk-runduk membersihkan kolong ranjang. Kemudian ia alihkan atensinya pada Senja dan memberikan senyuman yang menenangkan. "Dari dulu Ayah selalu berusaha supaya Kakak mau tinggal sama kita tapi Senja tau sendiri kan," Farida menghela nafas sejenak. "Jadi ketika Kakak sendiri yang memutuskan untuk bersama kita bagaimana mungkin Ayah tidak senang." Masih dengan terfokus pada Senja, Farida kembali berujar, "Senja juga nanti harus akur ya!"
Mendengar perkataan bundanya yang terakhir, Senja langsung menghentikan aktivitasnya. Ia menghadapkan tubuhnya kepada sang bunda yang ternyata tengah memperhatikannya. "Kalau ternyata nggak bisa bagaimana?" Tanya Senja.
"Setidaknya sudah berusaha."
"Bunda nggak, nggak khawatir sama aku dan Kakak kalau kita bareng-bareng?" Tanyanya lagi.
"Beruasaha dulu. Peraya kan kalau tidak ada usaha yang mengkhianati hasil?"
"Itu beda bun," sanggah Senja.
Farida mengernyitkan dahinya mendengar sanggahan anaknya itu. "Bagi bunda sama aja."
"Bunda tahu sendirikan apa yang terjadi pada terakhir kali kita bertemu Kakak setahun yang lalu!" Senja mencoba kembali mengingatkan kejadian pahit setahun yang lalu. "Setiap kami bertemu, tidak pernah ada kejadian yang baik-baik aja." Ia perhatikan bundanya yang memperlihatkan raut wajah yang entahlah tak terbaca.
Hanya saja, selanjutnya Farida menjawab dengan sangat ringan bahkan disertai dengan cengiran kecilnya, "makanya tadi kata bunda berusaha." Ia kemudian meraih tangan anaknya dan mendorongnya keluar dari kamar bersama-sama. "yuk ah kita susul aya siapa tahu jusnya sudah jadi."
Di balik kegembiraan ayahnya dan sikap tak bisa menolak bundanya, Senja terus berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ya semuanya akan baik-baik saja selama ia tak ikut tersulut.