Setelah Shopia dan Sopian pulang Kania pun kemudian sudah mempersiapkan makan siang untuk Ayah dan bundanya sedangkan Al di suruh oleh Kanaya untuk mencangkul dan menanam ubi tepat di belakang rumah orang tua nya. Kanaya sengaja ingin menguji Al apakah laki-laki sanggup atau tidak melakukan lantang itu, karena jika gagal Kanaya tidak akan mau di antar oleh Al pulang tapi Kanaya akan meminta Denis untuk mengantarkan nya tentunya Denis tidak akan pernah keberatan melakukan hal itu.
"Yang bener dong nyangkul nya.... yang ikalas pak, sambil senyum gitu." ucap Kanaya yang baru saja selesai mempersiapkan makanan yang baru saja di masaknya tadi.
"Iya sayang ini udah iklas kok." ucap Al sambil mengelap keringat di dahinya dan tersenyum lebar kearah pujaan hatinya itu.
Sebenarnya Al tidak pernah melakukan hal-hal yang berkaitan dengan berkebun sebelumnya tapi demi Kanaya tentunya Al tidak akan keberadaan untuk mencoba untuk berkebun walaupun kakinya dan bajunya akan kotor akan tanah dan tentunya membutuhkan tenaga yang lumayan besar untuk menyembuhkan tanah agar dapat di tanami ubi.
Kanaya sebenarnya kasihan meliahat calon tunangannya itu, tapi apa boleh buat cinta kan juga butuh perjuangan dan usaha tentunya Al harus keluar dari zona nyaman nya yang biasanya kerja kantor sekarang di harus mencangkul dan menanam ubi. Kania udah membat segelas kopi hitam yang tidak terlalu manis untuk Al agar laki-laki itu lebih semangat lagi menyelesaikan perkerjaan nya dalam menanam ubi.
"Ini pak, kopinya di minum dulu." ucap Kanaya dengan tersenyum manis sambil membawa kan segelas kopi.
"Terimakasih... calon istri ku...." ucap Al yang sangat merasa senang.
Al rela kerja apa aja yang penting hal dan bisa bersama dengan pujaan hati itu, bahkan dengan perhatian nya calon istrinya itu telah membuatkan secangkir kopi yang penuh cinta untuk nya.
"Sama-sama semangat nanam ubi nya...., kalo pak Al lelah nanti aku minta bantuan Denis aja ya ngelanjuti tugas nanam ubi." ucap Kanaya.
Sebenarnya Kanaya tidak tega melihat Al yang telah Banjer keringat dan terlihat sangat lelah, walaupun baru pemula ternyata Al juga bisa menanam ubi dengan benar walaupun wajah nya terlihat sedikit kusut karena Kanaya tadi menyebutkan nama Denis.
"Tidak aku bisa sendiri tanpa bantuan bocah ingusan itu." ucap Al dengan nada tidak suka.
Sebenarnya Al sangat cemburu pada Denis saat pujaan hatinya itu lebih sering mengandalkan laki-laki itu dari pada nya. Karena menurut Al Kanaya adalah miliknya Kanaya tidak boleh bergantung pada laki-laki lain selain dirinya.
"Ya udh kalau gitu Kanaya aja yang bantuin pak Al biar cepat selesai nanam ubi nya, sebentar lagi Uma dan bapak pas pulang karena udah mau siang ni bapak juga kayaknya ma Jum'at an dan nanti pak Al juga solat jum'at kan?" tanya Kanaya.
Sebenarnya Al jarang melaksanakan sholat Jum'at, karena biasanya sibuk berkerja. Tapi sekarang Kania menyadarkan nya bahwa bapak Sopian saja yang sibuk kerja di ladang bisa meluangkan waktu untuk sholat Jumat kenapa dirinya begitu angkuh dan sombong sampai-sampai lalai dalam melakukan sholat Jum'at.
Al juga sangat senang karena Kanaya yang akan membantunya menanam ubi, Al telah melakukan hal-hal yang agak menguras tenaga nya itu demi bisa selalu bersama dengan bidadari cantik yang memiliki senyum manis yang mampu membuatnya nyaman dan tenang.
"Pak.... kok melamun?" tanya Kanaya yang melambangkan tangannya di depan wajah Al.
"Eh iya Sayang, aku nanti sholat Jum'at kok bareng Bapak Sopian." ucap Al.
"Alhamdulilah kalo gitu, ayo kita cepet selesaikan nanam ubi nya. Pak yang gemburin taman nya biar saya yang bantu nanam ubi nya." ucap Kanaya.
"Okay sayang ku..." ucap Al sedang semangat.
Kanaya dan Al sudah seperti layaknya pasangan suami-istri yang sedang berkembang di belakang rumah milik orang tua nya. Mereka bahakan terlihat begitu kompak dan tidak terasah perkerjaan mereka yaitu menanam ubi di belakang rumah milik orang tua Kanaya telah selesai. Al langsung beristirahat sebentar sambil menikmati secangkir kopi hitam buatan Kanaya.
"Rasanya sangat enak dan tidak terlalu manis, tapi sudah cukup manis karena meliahat senyum manis mu." ucap Al.
"Dasar gombal receh....," ucap Kanaya.
Sebenarnya Kanaya sengaja berkata seperti itu agar Al berhenti mengeluarkan kata-kata yang membuatnya meresa seperti waniata paling cantik.
"Tapi Kanaya suka kan yang?" tanya Al.
"Gak," ucap Kanaya dengan cuek.
"Lagi cuek aja manis. Tapi yang aku bisa gombal yang, yang ku ucapkan tadi itu faktanya." ucap Al.
Kanaya memang tidak pernah melihat Al gombalin cewek si sebelum nya. Bagaimana juga pria yang gila disiplin itu gombalin cewek sementara wataknya sanagat dingin saat di kantor dan senyum pun jarang bahkan tidak pernah.
"Makannya pak, lain kali belajar senyum pada semua orang tu.... senyum kan ibadah, dan tentunya di sukai banyak orang." ucap Kanaya.
"Saya tidak ingin di sukai banyak orang, lagi pula banyak wanita yang mengejar-ngejar saya bahkan di saat saya tidak pernah tersenyum." ucap Al dengan formal.
Sebenarnya Al bukannya tidak ingin tersenyum tali bangaimana senyuman nya itu tidak harus untuk semua orang, hanya orang orang penting dalam hidup nya dan orang-orang beruntung lah yang bisa melihat nya bisa tersenyum.
"Ya udah terserah." ucap Kanaya yang malas menanggapi ucapan Al yang sudah berbicara format itu artinya pria itu tidak akan pernah merubah keputusannya.
"Yang kok marah sih...?" tanya Al yang menegang tangan Kanaya karena wanita cantik itu seperti nya akan meninggalkan nya karena merasa kesal.
"Saya gak marah pak, saya cuman mau kembali kerumah aja disini mulai panas." ucap Kanaya.
"Ya udah bareng." ucap Al.
Uma Shopia dan bapak Sopian pun telah pulang, dan sudah selesai membersihkan diri setelah selesai dari sawah membersihkan rumput yang tumbuh liar.
"Kalian habis berkebun nak?" tanya Shopia yang Meliahat pakai Al sedikit kotor.
"Iya Uma tadi Rara minta pak Al buat nyangkul dan nanam ubi di belakang rumah. Tapi Rara juga bantuin kok tadi.
"Ya Allah Rara..... tamu kita kamu suruh nyangkul nak, Uma pikir tadi kalau jalan-jalan keliling desa." ucap Shopia.
"Hehhehehe gak Uma, lain kali aja..., Pak Al kan sengaja Sabil olah raga.... iya kan pak?" ucap Kananya yang meminta persetujuan.
"Iya gak papa kok Bu." ucap Al dengan tersenyum ramah.
Sebenarnya Al sudah merasakan lumayan sakit di pinggangnya karena belum terbiasa mencangkul mungkin. Dan tangan juga seperti sudah lecet tadi karena memeng gagang cangkul yang terlalu erat.
"Oh iya bunda nanti sore. Rara pulang mama dulu ya dan besok minggu Rara bakal kesini lagi sama kak perempuan Rara, namanya Aira yang sangat ingin ketemu Uma, tapi kemaren waktu mau kesini kondisi nya masih belum terlalu baik karena habis operasi beberapa Minggu yang lalu. Bolehkah Uma?" tanya Kanaya.
"Boleh kok nak.... kalian bisa datang kesini kapan aja, Uma malah seneng kalau kalian berkunjung ataupun menginap disini tiap hari... juga gak apa-apa, kalian anak-anak Uma." ucap Shopia sambil menatap Kanaya dan Al bergantian.
"Terimakasih Uma...," ucap Kanaya yang langsung memeluk Shopiah dengan erat.