Marvin terkekeh kecil sambil mengendikkan bahunya. "Aku pernah bertemu dengannya dan menghabiskan waktu beberapa jam berbincang dengannya. Walaupun kami tak berkenalan dengan baik, setidaknya aku mengetahui namanya. Tapi, sekretaris Natalie sepertinya telah melupakanku. Tampaknya hanya aku yang mengingat pertemuan kita."
Jawaban Marvin menyulut api cemburu di hati Dimas. Pria itu tak tahu-menahu mengenai pertemuan di antara kekasihnya dan pria yang menjadi investor pada proyeknya. Entah kapan mereka bertemu, dari sorot mata Marvin, Dimas dapat mengetahui bahwa pria itu tertarik dengan Natalie.
"Sekretaris Natalie, apa itu benar?" Dimas berusaha mengontrol ekspresinya agar tetap terkendali dan tak menunjukkan celah sedikitpun yang menggambarkan perasaannya saat ini.