"Jangan mengejar hal yang tidak berguna"... LAY
xxxxxx
Baru saja kaki mereka sampai di depan Cafe, Lay dan yang lain nya langsung di kejutkan hal yang tidak masuk akal. Tetapi, semua orang yang di luar sama sekali tidak menyadari itu. Tanpa berfikir lagi, dia segera masuk dengan cepat. Alban dan Yun hanya mengikuti nya dari belakang. Mereka memiliki satu pemikiran, apa Aby baik-baik saja?
Sampai tubuh nya masuk di dalam Cafe pun. Suasana nya tak berubah sama sekali. Mereka bisa mencium bau menyengat. Itu membuat Alban menjadi lebih sensitif.
"AHG!!! Ada yang menantang ku" Warna mata nya berubah menjadi putih. Dia bisa melihat apa yang sudah terjadi di sini.
Yun yang berada di samping nya. Hanya bisa diam sambil merangkul lengan nya. Sedangkan Lay menggeram kesal... "Ini keterlaluan..." Di angkat tangan kiri nya cepat... "Pergi" Sambil menjentik jari nya. Seketika itu angin berwarna hitam yang terkumpul di dalam nya langsung segera menghilang.
Semua orang yang ada di dalam Cafe mengalihkan pandangan ke arah Lay. Dapat di lihat mereka, wajah marah milik nya. Mereka menelan ludah dengan kasar. Apalagi, di belakang nya ada Alban yang masih setia dengan mata berwarna putih nya. Dengan cepat Lay berjalan mendekati Ruy yang terduduk lemas.
Bukan nya dia tak tau, ada orang yang mendekati nya. Tetapi, Ruy memilih diam dengan wajah tertunduk nya.
"Jadi? Apa kau bisa jelaskan sesuatu?" Tanpa berbasa-basi sama sekali Lay mencoba mencari tahu. Dia menekan semua amarah nya saat ini.
Perlahan diangkat wajah nya menatap Lay yang berdiri tak jauh dari nya... "Dia di bawa" Ucapan nya membuat Yun terkejut.
"AKH!!!! SIAL***N KAU!!!" Teriak nya tertahan. Membuat urat wajah nya menonjol keluar.
Melihat sikap nya, membuat mereka yang ada di Cafe mundur ketakutan. Beberapa langsung menghilang dengan cepat. Tak ingin berurusan dengan Lay atau pun Alban. Sedangkan yang lain saling pandang secara bergantian. Mereka tidak mengerti, apa yang di maksud oleh Ruy. Karena, mereka tidak melihat ada yang aneh di sini.
Lay yang mengetahui orang di sekitar nya bingung. Langsung menatap mereka dengan tajam... "Apa Fiu yang mengirim kalian?"...
" GLEK!!!..." Mereka semua menelan ludah kasar. Tak ada yang ingin bersuara hanya anggukan cepat yang di terima nya dari beberapa orang.
"Jadi? Yang lain?" Toleh nya lagi ke segala arah.
Mereka saling pandang satu dengan yang lain. Tidak ada yang ingin menjawab. Tingkah aneh mereka membuat Ruy sedikit curiga. Bukan hanya Dia, Yun juga merasakan hal itu.
Lay yang sudah tau mereka tidak mau menjawab. Langsung berjalan mendekati mereka... "Apa kalian bisu?" Tatap nya sinis... "Atau aku harus mencabut salah satu lidah kalian agar mendapat jawaban..." Tutur nya dengan tersenyum dingin.
Mereka langsung mundur ketakutan. Tubuh mereka saling dorong sampai mencapai dinding Cafe.
"Tuan?!..." Suara nya membuat Lay berhenti... "Kami... Tidak... Bisa berbicara... Maaf..." Ucap nya gugup. Bahkan dia langsung menunduk sopan ke arah mereka. Setelah itu, tubuh nya menghilang di ikuti yang lain. Cahaya yang di keluarkan mereka berwarna merah. Ada 10 orang yang melakukan nya.
Lay tidak bisa mencegah itu terjadi. Dia menekan kepala nya yang berdenyut... "Ini tidak masuk akal"...
Suasana menjadi hening. Walaupun ada beberapa pelanggan di luar, tetapi mereka seakan tidak terusik sama sekali dengan apa yang terjadi di dalam Cafe.
Alban masih setia dengan diri nya sendiri... "Ah... Dia tidak sendiri" Ucapan nya membuat mereka semua melihat ke arah nya.
Ruy masih menyalahkan diri nya sendiri. Kalau saja dia bisa menahan Aby dan mengusir Laki-laki itu. Ini tidak akan terjadi... "Aby?... Maaf..." Lirih nya penuh penyesalan.
Yun yang mengetahui itu langsung mendekati nya... "Dia pasti baik-baik saja" Mencoba berfikir positif. Saat sudah di depan Ruy, dia tersenyum pelan... "Itu bukan salah mu"...
Dia tau, Yun hanya membantu menenangkan nya... "Aku tidak tau" Sambil melangkah jauh dari Yun. Dia memandang jauh ke depan.
Orang suruhan Fiu hanya diam tak bersuara. Mereka mencoba merapikan beberapa kursi dan meja yang berantakan. Tadi memang ada sedikit yang aneh. Mereka hanya melihat Aby yang sedang sibuk bekerja tanpa ada yang mendatangi nya. Bahkan di saat Ruy terduduk lemas pun mereka semua tidak ada yang menyadari itu.
Saat Fiu meminta bantuan mereka. Dia hanya mengatakan untuk mengawasi nya saja. Dan sesekali memberi laporan. Tidak di beritahu sama sekali apa masalah nya. Ini seperti di luar kendali mereka semua.
Lay mencoba menarik nafas sejenak. Setelah itu, dia berjalan mendekati Alban yang sedang tersenyum tak jelas.
"Plak!!!... Apa yang kau dapat?" Pukul nya cukup keras memukul kepala Alban. Bahkan membuat Yun memandang nya tak suka. Tapi, dia tidak memperdulikan itu. Karena Alban saat ini tak sepenuh nya sadar.
"Di mulai dari sini" Alban mulai berjalan ke depan... "Si bodoh itu melepaskan semua nya secara berantakan...Hahaha... Tapi, aku suka ini" Semua yang melihat tingkah nya yang berbicara dan tertawa sendiri. Membuat mereka merinding ketakutan.
Ruy yang mendengar itu langsung berbalik menatap nya. Tidak sepenuh nya dia tau apa maksud Alban. Tetapi, dia mengingat kembali. Laki-laki itu memang melepaskan energi nya secara acak. Kini, dia sudah ada di dekat Yun berdiri.
"Em... Bau nya menjijikkan... Hush... Hush..." Alban mencium area di depan Counter. Tepat di tempat Laki-laki tadi berdiri. Dia menyeringai dan segera menjilat bibir nya dengan perlahan. Dengan cepat, Alban mengeluarkan taring tajam nya... "Ayo kita lihat. Apa kau akan tahan dengan ini"...
Alban segera berjongkok di tempat nya. Yun yang melihat itu, memberi sedikit jarak. Sifat nya membuat Lay menatap bingung. Tidak kalah dengan yang lain.
Dengan cepat diarahkan tangan kiri nya ke mulut nya. Tanpa menunggu, dia langsung menggigit diri nya sendiri. Siapa yang melihat itu tentu saja memegang tangan mereka nyeri. Alban mengisap darah nya dengan santai. Itu membuat Yun merasa mual. Lay segera mendekati nya, ingin melihat lebih dekat. Sedangkan Ruy menatap nya tanpa ekspresi.
Dengan perlahan Alban menarik tangan nya menjauh. Tangan nya mendapatkan dua lubang kecil yang mengalirkan darah segar. Bukan sakit yang di terima nya, tetapi dia tersenyum senang.
"Ambil lah darah ku jika memang dia teman ku" Setelah berbicara seperti itu, darah nya keluar dengan cepat... "Carilah Tuan mu... Hahaha" Tawa nya terdengar riang.
Darah itu segera menetes membasahi lantai. Tetapi, sedetik kemudian darah nya langsung menghilang tanpa jejak.
"Ini akan menyenangkan" Sambil menjilat bibir nya dengan antusias.
Perlahan bola mata nya berubah kembali normal. Tanpa berbicara, Lay langsung melangkah pergi dari Cafe. Yun yang melihat itu mengikuti nya tanpa suara. Orang suruhan Fiu menjadi lebih bingung sekarang. Tetapi, mereka tidak ada niat untuk bertanya.
Alban langsung berdiri dengan tegap... "Jangan khawatir. Dia aman" Mencoba memberitahu Fiu.
"Apa kamu yakin?" Siapa yang tidak ragu? Dia hanya berbicara seperti orang gila. Dan setelah sadar mengatakan Aby baik-baik saja?
Alban hanya mengangkat bahu nya pelan sambil tersenyum. Setelah itu, dia memasukkan ke dua tangan nya ke dalam kantung celana.
"Kita pergi" Melempar pandangan ke arah mereka. Dia langsung pergi menyusul Lay dan Yun cepat. Tidak memperdulikan wajah bingung Ruy sama sekali. Dengan bersamaan mereka menunduk sopan ke arah Ruy dan langsung pergi.
"Hei??... Tolong jelaskan" Ruy sedikit berteriak. Tetapi, Alban hanya melambaikan tangan nya tanpa berbalik.