Tengku Kamariah terbangun perlahan. Perempuan cantik dan muda belia yang baru berumur tujuh belas tahun itu duduk sambil memperhatikan seisi ruangan tempat ia berada. Tempat tidur yang empuk dan hangat, kamar yang luas.
Menyadari berada di mana, Tengku Kamariah tertunduk dengan masih berada di atas tempat tidurnya.
[Maafkan saya, Tuanku! Sekarang saya dibawa jauh ke Kuala Pahang! Jauh dari tempat Tuanku berada! Tapi saya akan segera kembali!]
Tengku Kamariah kembali mengangkat kepalanya. Ia sangat mengenal tempat itu dan juga daerah tempat ia berada, karena Tengku Kamariah lahir di kastil Kuala Pahang, tempat wilayah yang dijaga ayahnya sebagai seorang bangsawan besar.
Ayah Tengku Kamariah adalah saudara sepupu dari almarhum Sultan Mahmud Syah II yang berkedudukan sebagai Bendahara, orang nomor dua Johor. Tapi begitu Sultan Mahmud Syah II mangkat, Abdullah, ayahanda Tengku Kamariah sebagai Bendahara, mengangkat dirinya secara sepihak sebagai sultan.