Tengku Kamariah telah kembali ke istana, ia kini sedang duduk berhadapan dengan guru agamanya di dalam ruang kelas yang telah sepi. Tengku Kamariah sedang meminta pendapat dari gurunya itu, tentang perjodohan yang tiba-tiba dan harus memutuskan semuanya dalam waktu yang tinggal lima hari lagi.
"Kamu kan berteman dengan Baginda, jadi cik Minah rasa tak apa kamu menerima Baginda!"
"Selain itu bukankah saudara tidak boleh menikah?!"
Cik Minah tersenyum. "Tampaknya kamu belum tahu ya, jika Datuk Bendahara hanya bersaudara sepupu dengan almarhum Sultan Mahmud Syah II, ayahandanya Baginda. Tidak ada pertalian darah langsung antara mereka, bahkan tidak juga melalui atuk kalian, jadi tidak apa jika kamu dan Baginda menikah. Apa sebenarnya kamu berat menerima ini semua karena Tengku Tengah, kakakmu?"
Tengku Kamariah mengangguk pelan.
