Tengku Sulaiman menahan amarah yang luar biasa di dadanya selama acara pertunangan adiknya di ruang tamu istana. Ia merasa adiknya itu tidak dihargai walaupun itu hanya pernikahan politik. Hanya rasa suka sepihak dari adiknya. Setidaknya Raja Kecil harus datang untuk menghargai adiknya pikir Tengku Sulaiman.
Begitu berada di paviliun yang ia ditinggali bersama ibu dan adiknya Tengku Kamariah yang masih belajar agama, Tengku Sulaiman menghempaskan kursi yang ada di ruang keluarga untuk melepas amarahnya.
Tengku Kamariah yang melihat saudaranya seperti itu diam saja. Ia tahu kakaknya itu memang mudah marah walau bukan urusannya sendiri. Lagi pula semua anggota keluarga sudah maklum dengan betapa sibuknya Raja Kecil dan bukan niatnya juga untuk tidak hadir dalam acara pertunangan tadi. Tidak ambil pusing dengan Tengku Sulaiman, gadis itu melintas dengan tenang di ruang keluarga untuk pergi ke kamarnya.