Di pelabuhan militer Bukit Batu, Madi melihat para pemimpin yang hadir, serta barisan rapi para prajurit angkatan darat Johor-Riau pengikut setia almarhumah Sultan Mahmud Syah II, para orang Pagaruyung yang ada di rantau dan ikut dalam barisan. Di antara semua orang-orang itu, Madi tidak menemukan perwakilan dari orang Bugis. "Di mana perwakilan orang Bugis, Jamal?"
Jamal menggeleng pelan. "Sepertinya mereka akan terlambat."
Cil menarik lengan kiri Madi perlahan.
"Ada apa Tuanku?" bisik Madi menundukkan tubuh jangkungnya.
Cil menatap mata Madi langsung. "Mereka tidak akan datang sampai kapan pun, pak cik!"
"Bagaimana Tuanku bisa tahu...?" Madi segera teringat tentang kemampuan Sultan Mahmud Syah II yang mungkin saja diwariskan juga pada anaknya satu-satunya. Madi lalu mengangguk mengerti dan tidak mempertanyakannya untuk sementara.
