Buraq sudah berlabuh di pelabuhan daerah Sabak Auh selama dua hari, tempat Syahbandar bertugas. Saat itulah seorang utusan dari Pagaruyung mendatangi kapal itu pada sore hari. Prajurit yang mendapat giliran jaga ketika utusan itu datang salah satunya adalah Yunus dan Mail.
"Ada perlu apa?" tanya Yunus ramah pada laki-laki dewasa bertubuh sedikit gemuk dengan pakaian khas utusan Pagaruyung yang baru mendekatinya.
Mail yang melihat dari jauh kedatangan utusan itu, berjalan mendekat. "Apa tuan dari Pagaruyung?" tanya Mail langsung karena mengenali ciri khas utusan Pagaruyung.
Utusan itu menundukkan kepalanya sekali. Menunjukkan kesantunan seorang utusan. "Benar sekali tuan! Saya diutus Baginda Putri Jamilan untuk menyampaikan sebuah surat pada Tuanku."
"Ibundanya Tuanku?!" tanya Yunus mengingat dengan pasti gelar itu.
Utusan itu mengangguk. "Benar sekali."
"Ah... maafkan saya!" Yunus menundukkan kepalanya.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan tuan."
