Menggunakan seekor kuda perang milik angkatan darat, lelaki berkepala botak, salah satu orang kepercayaan Madi itu melewati waktu siang dan malam menuju wilayah utara hanya dalam waktu sehari semalam saja. Ia memaksa kecepatan maksimal yang bisa dilakukan kuda perang yang ia tunggangi. Jarak tempuh yang biasanya dicapai dalam waktu dua hari, karena situasi darurat hanya dalam waktu satu hari orang kepercayaan Madi itu telah sampai di utara.
Kuda yang kelelahan karena berlari dengan kecepatan tinggi tanpa istirahat itu meregang nyawa setelah menyelesaikan tugasnya. "Maafkan saya telah memaksakan dirimu!" bisik lelaki itu berlutut di samping kuda yang telah tumbang di dekat perkemahan tentara Johor. Lelaki itu mengusap kepala kudanya, kemudian pergi membiarkan prajurit lain yang mengurus kuda itu.