Cil mengeluarkan obat bubuk dari bahan alami racikannya sendiri. Cil berlutut di samping Nahkoda yang sekarat, tangannya sudah membuka kantong kertas berisi bubuk obat. Begitu melihat kain penutup luka dibuka oleh tabib, tangan Cil jadi bergetar.
"Biar pak cik saja!" Madi mengangkat tubuh Cil dari sela lipatan lengannya, memindahkan anak itu duduk ke belakang. Tidak tega melihat anak itu ketakutan karena tidak biasa melihat luka yang begitu parah dari orang yang sekarat. Mengambil obat dari tangan Cil lalu bertanya. "Sebanyak apa obatnya?"
"Sedikit saja, tapi rata." Jawab Cil.
Madi menaburkan obat dengan dipandu tabib yang membukakan perban pada setiap luka. Tabib memang sudah mengobati dan memberikan obat minum, tapi obat luka luar sama sekali belum karena tabib tidak memiliki obat luka luar.
Seorang ABK yang terluka mendekati Cil. "Apa Tuan punya obat yang lain?" ABK itu menunjukkan luka sayatan pada lengannya. Tidak terlalu parah, Cil pasti berani melihatnya.
