Cil tidak menceritakan bagaimana ia diserang cindaku saat itu hingga membuat punggungnya cidera dan susah bergerak selama dua hari, karena meskipun manja Cil tidak suka melihat orang-orang yang disayanginya menjadi khawatir. Apalagi mereka baru saja bertemu setelah tiga tahun terpisah.
"Pasti enak ya, bisa tidur sama bang Alamnya?" Puan Pong menanggapi cerita anaknya.
"Enak bu. Kami juga main bersama di pinggir danau Singkarak dan menemukan batu-batu yang cantik!"
"Batu apa? Kenapa bunda tak tahu?" Yang Dipertuan Baginda Putri Jamilan bertanya karena memang Cil tidak menceritakan tentang penemuan batu mulia yang ditemukan bersama Alam.
Cil melepaskan tasnya, membuka tas serut itu untuk mengambil sebuah kantong kain kecil dari dalam tasnya. Cil lalu memperlihatkan isi dari kantong kain kecil itu di telapak tangannya. "Punya bang Alam yang merah. Punya Cil yang hijau."