Pagi keesokan harinya setelah makan pagi dan masih di ruang makan, Madi mengutarakan maksudnya kemarin.
Datuk Laksamana menghela nafas mendengar perkataan Madi. "Saya bukanya tidak kasihan dengan seorang gadis muda yang sedang sakit keras dan membutuhkan bantuan pengobatan. Tapi saya hanya tidak habis pikir, kenapa kalian berdua menggantungkan harapan pada cucu saya yang baru sembilan tahun. Tidak adakah Tabib hebat di sini?!"
"Atuk, Cil sudah mau sepuluh tahun. Bukan baru sembilan tahun." Sela Cil.
Yang Dipertuan Besar Yam Sakit sedikit menundukkan kepalanya sebelum berbicara. "Maaf Datuk. Tabib istana sudah dikirim untuk melihat apa penyakit yang diderita adinda Nilam, putri Menteri kami. Siapa tahu saja ilmu pengobatan yang dipelajari oleh Cil berbeda dari para Tabib yang ada di sini dan bisa mengobati Nilam."
