Cil melalui hari-harinya yang tenang di Pagaruyung dengan terus latihan rutin dan belajar bahasa Minang dan Sansekerta langsung dari Yang Dipertuan Baginda Putri Jamilan. Menurut Yang Dipertuan Baginda Putri Jamilan mempelajari bahasa sansekerta sangat penting jika ingin melakukan penyelidikan tentang sejarah leluhur Johor-Riau setelah dewasa.
Ketika Cil belajar bahasa bersama Yang Dipertuan Baginda Putri Jamilan di lantai dua ruang belajar istana, mata Cil menangkap sesuatu dari jendela yang ada tepat di samping meja belajar yang rendah.
Di jalan depan istana, tepatnya tidak jauh dari gerbang terlihat seorang kakek berbaju lusuh berjalan dengan tongkat bambu. Cil merasa kasihan melihat kakek tua itu.
"Ada apa Cil?"
Cil menggeleng pelan.
"Apa Cil sudah lelah? Kalau sudah tak apa. Kita kan sudah belajar dua jam. Kita sambung lagi besok."