Chereads / DALAM PENANTIAN / Chapter 3 - Lantunan Do'a Ku

Chapter 3 - Lantunan Do'a Ku

"cinta telah memberikan seribu tanda kebesarannya, namun tak jarang manusia khilaf dan silau akan kenikmatan yang diberikan-Nya"

Sang surya tak lagi menampakan kilaunya menandakan hari berganti malam, hiruk pikuk dan halulalang kendaraan menandakan kehidulan manusia masih terasa ramai, suara klakson kendaraan saling bersautan bak siulan burung gagak yang kelaparan.

Setelah perjalanan yang cukup menguji kesabaran akhirnya aku sampai di rumah dan tubuhku sudah tak tahan ingin segera mendapatkan haknya untuk rebahan akupun bergegas membersihkan diriku setalah itu aku langsung menunaikan solat isya oh sungguh mataku sudah tak tahan ingin segera terpejam.

setelah selesai dengan mukena yang masih menempel dibadanku aku terlelap di atas sajadah, senyap-senyap aku mendengar suara ibu memanggilku untuk makan malam namun mataku sudah tak tahan akhirnya aku hiraukan panggilan ibu dan terpejam sampai alrm hpku berbunyi dan kulihat sekarang pukul 03.00 dini hari bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan kulihat ibu sudah lebih dulu terbangun

"sudah babgun nak" ucap ibu menyapaku yg masih terkantuk

"iya bu, ayah sama kaka udah bangun bu ?"

"sudah, oh iya kamu belum makan loh ma sekalian sahur yah kan besok yaumul bidh"

"astagfirullah ko aku lupa yah bu, makasih loh bu udah di ingetin"

"yaudah kamu cuci muka dulu barusan kita sahur bersama"

"baik bu"

Akupun melanjutkan langkahku menuju kamar mandi untuk membilas wajahku dan menggosok gigi, keluargaku memang terbiasa untuk selalu menegakan kiyamul lail atau solat tahajud alhamdulillah ibu dan ayah selalu mengajarkan kami kebiasaan-kebiasaan baik, dan aku sangat bersyukur berkat hal tersebut aku menjadi terbiasa tahajud dan bila sekali aku melewatkannya aku merasa hampa dan seperti ada yang kurang, karena allah sendiri menganjurkan hambanya untuk solat tahajud.

Pada sepertiga malam malaikat turun kebumi untuk mendengarkan do'a umat manusia serta mengaminkannya, siapa yang tak tergiur dengan janji Allah, Allah menjanjikan empat kenikmatan bagi siapapun hambanya yang mendirikan solat tahajud dan menjadikannya kebiasaan, salah satunya Allah memudahkan segala urusan hambanya itu dan itu sudah kubuktikan nikmatnya makadari itu sangat rugi bila meninggalkannya.

Aku duduk bersama di berhadpan dengan ayah sambil menikmati masakan malaikat tak bersayapku dalam kehangatan suasana sahur tiba-tiba ayah berdehem dan berseloroh "seandainya udah punya mantu pasti bangkunya gada yang kosong"

Ukhhuukk... Seketika aku tersedak mendengar ucapan ayah

"ya Allah Ma ya kalau makan tuh pelan-pelan neng geulis, jangan-jangan kamu lupa baca bismillah yah sampe kesedak begitu" ucap ibu sambil menuangkan air putih dan menyodorkannya untukku.

Setelah reda akupun melanjutkan makan sahurku kemudian aku jelaskan mengapa aku sampai tersedak "bukan gk baca do'a bu tapi aku kaget tiba-tiba ayah bilang seperti itu"

"ya ayah hanya ingin kamu segera mempunyai pendamping hidup Ma, kamu itu anak gadis gk baik kalau kemana-mana tidak ada mahrom yang menemani di tambah lagi anak gadis itu bisa jadi fitnah besar kalau tidak segera di nikahkan" ucapan ayah terdengar amat serius kali ini, aku tertegun dengan semua perkataan ayah.

"tapi yah ka Hasbi saja belum menikah, Mana mungkin Asma melangkahinya"

"kalau kamu sudah menemukan laki-laki yang pas, silahkan kaka ikhlas kalau kamu mau mendahului kaka Ma, lagipula kaka ingin melanjutkan study S3 dulu sayang kan kalau tidak dilanjutkan, kaka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dan rizki yang Allah berikan kepada ku"

Kakaku memang orang yang cerdas gelar S1 dan S2 ia raih dengan cuma-cuma alias Beasiswa, kakakku memang orang yang cerdas S1 ia menjadi mahasiswa terpilih yang mendapatkan beasiswa melalui jalur tahfidz qur'an, ya ka Hasbi memang seorang hafidz ia menghatamkan hafalannya pada usia 15 tahun, terkadang aku sangat iri padanya namun rasa iri ku menjadikanku lebih giat untuk belajar sampai akhirnya akupun mendapatkan beasiswa jalur akademik

tak apa walaupun berbeda jalur tapi aku tetap bersyukur karena dengan itu aku tidak merepotkan ibu dan ayah, walau sebenarnya universitas impianku adalah oxford univercity bukan universitas yang ku duduki sekarang. Sekali lagi aku sangat bersyukur mungkin jika Aku tidak berkuliah disini aku tidak akan mendapatkan beasiswa.

"tapi ka,"

"sudahlah Asma, benar apa kata ayah dan kakakmu, anak gadis itu gk baik lama-lama menyendiri, lagipula menikahkan sunah dan ibadah yang paling banyak pahalanya, memangnya kamu tidak mau seperti itu? Mempunyai ladang pahala"

"bu,,, ibu pasti ingatkan sama kisahnya rabiatul adawiyah ? Rabi'ah saja menikmati kesendiriannya dengan mencintai Allah sepenuh hati, dan takut jika cintanya terhadap Allah akan terbagi, begitupun denganku bu, untuk saat ini Asma masih menikmati kesendirian Asma dalam mencintai Allah"

"Asma... Kaka faham apa maksudmu tetapi tidak selamanya dalam kesendirianmu itu kau tak tergoda dengan hawa nafsumu, zaman sekarang manusia tak semuanya berakhlak baik dan syetan akan semakin menggebu untuk mengoda manuisa, yang ayah takutkan adalah ketika kamu berada dalam kelalaian dalam beriman"

Ucapan ayah membuatku tertegun sampai tenggorokankupun tercekat dan tak dapat berkata apa-apa, aku hanya bisa terdiam dan terpaku pada gelas yang ku pegang sampai pada akhirnya ucapan ka Hasbi membuatku tercengang.

Setelah selesai makan sahur dan diakusi tentang jodoh akupun bergegas mengambil wudu lalu menunaikan solat tahajud.

Kali ini aku berdo'a dengan sangat khusyu aku meminta pada Allah untuk hanya jatuh cinta kepada jodohku saja, aku takut jika aku salah menjatuhkan hati, hati ini menjadi terluka lalu menyalahkan rakdir, dan yang paling aku takutkan aku salah dalam mencintai, asaku hanya ingin jatuh cinta pada orang yang membawaku menjadi labih taat dan dekat dengan Allah, bukannya aku tidak ingin menikah, namun untuk saat ini aku belum siap untuk membagi cinraku, karena sungguh ya Allah aku jatuh cinta, jatuh cinta pada semua yang karunia dan nikmat yang kau berikan padaku maka dari itu untuk saat ini aku belum siap menduakan cinta ku untuk hal apapun selain dirimu, jika suatu saat nanti aku jatuh cinta, semoga ia adalah laki-laki yang sangat mencintaimu.

Tak terasa aku larut dalam do'aku hingga cairan bening jatuh dari pelupuk mataku, aku menangis karena aku terharu dengan ucapan ayah, ayah sangat memikirkan akhiratku, sedangkan aku yang di khawatirkan cendrung larut dalam kesendirian.

Sungguh semua itu membekas di batinku, dan fikiranku kini terbayang jika aku berada dalam titik kelalaian oh... Aku akan sangat menyesal.

BERSAMBUNG…