Chereads / DALAM PENANTIAN / Chapter 4 - Membekas Lalu Terbayang

Chapter 4 - Membekas Lalu Terbayang

Membekas Lalu Terbayang

"jika rupa adalah sumber cinta, lalu bagaimana dengan hati ? Tidakkah itu lebih penting dari rupa ?"

***************

Mentari tersenyum manis dan embun sejuk menyapa memupuk cinta dari sang maha cinta, pagi ini Asma kembali melakukan rutinitasnya, dan nampaknya ia sangat menikmati profesinya yaitu sebagai tenaga pendidik baginya ini adalah salah satu pembelajaran baginya dimana kelak ia akan menjadi madrosatul ula bagi anak-anaknya tentu saja ia harus mempunyai banyak bekal.

Dentinga waktu terus bergulir tak terasa hari semakin siang dan cuaca hari ini amat sangat panas sampai-sampai Asma harus menyipitkan matanya ketika berjalan, tanpa Asma sadari sedari tadi ada seapsang mata dengan sorot yang syahdu syarat akan rasa kagum memandang setiap gerik langkah Asma dan sepasang mata itu adalah milik Muhammad ihsam maulana laki-laki yang kemarin menolong Asma.

Rupanya ia sedikit memiliki ketertarikan pada Asma, numun masih terlalu dini jika itu dikatakan cinta lagi pula Ihsan bukan tipe laki-laki yang dengan mudahnya jatuh cinta apalagi mengumbar cinta, ia termasuk dalam tipe laki-laki yang cendrung tidak peduli dengan permasalahan hati, tapi mungkin saja Asma adalah wanita pertama yang berhasil membuatnya kagum.

Saat Ihsan tengah larut dalam fikirannya sendiri dari belakang punggunya sudah ada teman sejawatnya yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Ihsan yang agak berbeda dari biasanya.

"Pak Ihsan " saut Rafi rekan sejawatnya, namun sautannya kali ini tak mendapat gubrisan dari Ihsan

"pak Ihsan" panggil Rafi untuk yang kedua kalinya seraya menepuk punggung Ihsan, sontak Ihsanpun terkejud dibuatnya

"astagfirullahal'adzim, huh pak Rafi bikin kaget saya saja"

"lagian sih saya panggil ko gak jawab-jawab, keasyikan liatin bu Asma sih, sampe-sampe ada guru seganteng saya di sampinya aja gk keliatan" gurau Rafi pada Ihsan yang disambut kekehan oleh Ihsan

"hahaha pak Rafi bisa aja, saya gk liatin bu Asma ko, cuma saya lagi gk konsen aja makanya gk denger pas bapak panggil"

"aduh duh duh udah ketangkep basah merhatiin eh malah ngelak, sudahlah beneran juga gk papa lagian kalian berdua itu masih single dan cocok sama-sama soleh & solehah"

"wah bapak tambah ngaco aja ini" sanggah Ihsan dengan raut wajah yang salah tingkah, namun ada setitik ketenangan dalam hatinya ketika Rafi mengatakan bahwa dirinya cocok dengan Asma

"lagipula mana mungkin bu Asma mau sama laki-laki seperti saya pak" gumam Ihsan merendah

"pak Ihsan ini selalu saja merendah, tapi ndak papa yang namanya urusan jodoh itu urusan Gusti Allah, oh iya ini laporan data siswa yang sampean minta, saya permisi dulu mau lanjut ngajar"

"oh iya pak terimakasih ya"

"satu lagi, kalau beneran suka, pepet terus jangan kasih kendor sebelum ditikung sama orang hahaha" bisik Rafi ditelinga Ihsan sembari berlalu meninggalkan Ihsan yang masih terpaku

"pak Rafi ada-ada aja" gumam Ihsan sambil tersenyum

"kriiiinggggg kriiiinggg"

Bel berdering menandakan berakhirnya waktu belajar mengajar, Asma bergegas membereskan perlengkpan mengajarnya karena setelah ini ia tak langsung pulang kerumah, ia harus melanjutkan rutinitasnya sebagai seorang mahasiswi, lelah tapi itulah nikmatnya dari hal ini Asma akan mengerti bahwa mencari nafkah dan mengamalkan ilmu bukanlah hal yang mudah butuh kesabaran dan ketelatenan, yang jelas untuk saat ini Asma menikmati setiap proses yang dilaluinya.

Kali ini Asma tidak mengendarai sepeda motor seperti biasanya, ia ssengaja naik kendaraan umum karena hari ini ada kegiatan ekstrakulikuler di kampusnya, saat Asma tengah berdiri dipinggir jalan menanti kendaraan umum lewat dihadapannya tiba-tiba ada suara sepeda motor menghampirinya ternyata sepeda motor milik Ihsan.

Ihsan berniat mengantarkan Asma ke kampus, karena memang mereka satu kampus jadi Ihsan berinisiatif mengajak Asma untuk berangkat bersama menuju kampus

"assalamu'alaikum bu Asma, mau ke kampus ya ?"

"eh pak Ihsan, walaikumussalam... hmm iya pak saya mau kekampus, tapi ini dari tadi nunggu angkot gada yang lewat" ujar Asma dengan mata menyipit karena silau oleh trik matahari yang semakin kencang

"hmm kalau begitu ayo bareng saya aja, saya juga mau ke kampus"

"gk usah repot-repot pa, saya naik angkot aja"

"gk ngerepotin ko, kan kita satu kampus dari pada harus lama-lama kepanasan nungguin angkot mending bareng aja yu, selain hemat ongkos hemat waktu jugakan"

"hmm iya sih ini saya sebenernya udah telat gara-gara nunggu angkot gada yg lewat, yaudah deh saya ikut bapak aja, tapi gk papakan ?" ujar Asma dengan raut muka malu

"ya gklah kalau ngerepotin mana mungkin saya mau ngajak ibu"

Akhirnya Asma ikut dengan Ihsan, sepanjang perjalanan keduanya terus diam, entah karena Ihsan sedang fokus menyetir motornya dan Asmapun tak ingin mengganggu konsentrasi Ihsan.