"Aku antar kamu pulang," ucap Demian sambil meraih jaket jeans hitam di atas sofa.
Mereka tidak banyak berbicara sejak tadi. Julia merasa ada yang aneh dari sikap Demian. Dia selalu banyak bicara dan mengucapkan berbagai macam kata-kata rayuan ketika bersama Julia. Namun, wajahnya sejak tadi murung, bibirnya hanya terbuka saat makanan sampai di mulut.
"Dem …. Kamu marah karena aku terlambat, ya? Aku, kan, sudah minta maaf tadi," ucap Julia sambil memegangi ujung jaket bagian belakang.
Demian menghentikan langkahnya. "Hah …." Laki-laki itu menarik napas berat dan mengembuskan dengan perlahan. Ia tidak bisa menuntut Julia untuk jujur, karena ia sendiri pun belum bisa bercerita jujur tentang keluarganya.
"Aku hanya lelah," jawab Demian. Ia berbalik dan memaksakan senyum tipis.
"Aku ditampar," celetuk Julia sambil melepaskan tangannya dari jaket Demian.
"Apa?! Ditampar! Siapa yang berani menampar kamu? Katakan padaku, Juli!" Suara Demian melengking tinggi.