"Sheila!"
"Ya, Pa. Sheila akan segera kesana," sahut gadis itu.
Demian menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. Ia merasa lega, karena Wilman memanggil gadis itu. Jika tidak, Demian harus berusaha keras untuk menghindari sentuhan tangan nakal yang membuatnya sangat jijik.
"Kita akan bertemu lagi di pesta besok malam, Kakakku tersayang," pamitnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Dasar wanita gila!" maki Demian.
"Hahaha …. Aku hanya tergila-gila padamu. Kemanapun kamu pergi, aku akan tetap menemukanmu. Oh, ya, aku lupa sesuatu. Besok bukan cuma pesta menyambut kepulanganku, tapi juga pesta merayakan rencana pernikahan kita.
"Papa menyetujui permintaanku untuk menikah denganmu. Jadi, keluarga kita akan berkumpul seperti dulu. Kau … sangat bahagia, bukan," ucapnya dengan senyum menyeringai.
"Apa?! Gila! Kamu benar-benar gila, Sheila. Aku tidak akan pernah menikah denganmu!" teriak Demian sambil meronta, menarik kedua tangan dan kakinya.