Chereads / Kamu dan kenangan / Chapter 3 - Pertemuan Kedua...

Chapter 3 - Pertemuan Kedua...

Tepat hari ini, waktu yang sangat dinantikan Alena. Ia sedang sibuk mempersiapkan dirinya untuk bertemu sang pujaan hati, entah sudah berapa kali ia mengganti pakaiannya.

"Duhhhh... gue pake baju apa nih?" Alena berdecak kesal. Sambil melihat dirinya di cermin ia memutarkan badannya ke kanan dan ke kiri.

"Mati gue kalo hari ini gak kece!"

*TRING*

1 Pesan Di Terima

Dicky Prasetya

Len, aku udah didepan kost kamu.

"Mampuuuuus gue! Aaaaah.."

~~~

Alena jatuh cinta pada pria yang seharusnya tidak ia cintai. Dicky seorang pria kaya raya dengan banyak prestasi, dan Alena adalah kebalikannya. Dicky begitu terkenal, sementara Alena?

Setidaknya, pikiran itu yang terus menghantui Alena saat ia sedang bersama Dicky.

"Hai, udah lama nunggu ya?" Ucap Dicky, tersenyum ke Alena.

"Please, jangan senyum ke gue. Gue mau mati sekarang." Gumam Alena dalam hati. Sambil menatap dalam ke arah Dicky.

"Hey, kok malah bengong. Ayo.." Ajak Dicky menempelkan tangannya dibahu Alena.

Deg... Rasanya seperti tersambar petir. Hati Alena berdebar tak karuan. Kali ini ia bahkan bisa merasakan deru nafasnya sendiri.

Alena menyukainya. Sangat-sangat menyukai lelaki yang kini berjalan disampingnya.

Tapi ia tahu, mereka tak mungkin bersama.

"Kenapa harus gue?" Ucap Alena dalam hati.

~~~

"Len, gimana pas lo pergi sama Dicky?! Lo diajak kemana?" Tanya Aliyah penasaran.

"Adadeeeeeh! Hahaha kepo ya lo!" Jawab Alena sambil menoyor bahu Aliyah.

"Iiiiiih lo gak di apa-apain kan sama Dicky?"

Alena melotot melihat Aliyah. Seolah paham dengan maksud tatapan Alena, Aliyah buru-buru meralat ucapannya.

"Upss.. sorry beb. kan cuma nanya" Ujar Aliyah sambil tersenyum manja.

"Beb, kalau menurut gue sih kayanya lo jangan baper terlalu dalem deh sama Dicky. Lo tau kan Dicky bukan orang biasa? Yakin dia cuma ngedeketin lo doang? Takutnya nanti lo di PHP-in, apa lagi ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Yang ada lo bakal susah move on beb dari dia." Ujar Aliyah lagi.

"Maksud lo?" Jawab Alena penuh tanya.

"Gini deh. Lo kan belum kenal lama sama Dicky, baru sekitaran seminggu kan? Apa yang buat lo yakin sama dia? Walaupun lo gak bilang langsung ke gue kalau lo suka sama Dicky, tapi gue tau kok, Len! Gue seneng liat lo bahagia sekarang. Seenggaknya lo gak galau gara-gara Agis lagi. Tapi yang gue takutin adalah, ketika lo kira lo sembuh dengan hadirnya Dicky ternyata lo malah akan semakin luka karena dia. Ngerti kan?" Aliyah menjelaskan sepenuh hati.

"Gue yakin Dicky beda, Al." Jawab Alena. Walaupun sebenarnya Alena sendiri ragu akan jawabannya barusan, tapi Alena mencoba menenangkan sahabatnya. Alena berharap, Aliyah tidak menyuruhnya untuk menjauhi Dicky.

Percaya atau tidak, kehadiran Dicky membuat Alena mampu menghapus luka lama dimasa lalu. Ya... secepat itu. Secepat itu Dicky membuatnya jatuh hati.

Seperti adegan slowmotion, setiap gerak dan raut wajah Dicky terekam dengan sangat baik di kepala Alena. Senyuman itu. Suara itu. Entah mengapa begitu menenangkan untuk Alena.

~~~

Alunan lagu Setengah Hati dari Ada Band terdengar mengisi ruangan kost Alena yang hanya sepetak itu. Terlihat Alena sedang fokus melihat ke layar handphone-nya. Ia menemukan sesuatu yang membuat dadanya kian sesak.

Sebuah komentar di postingan Selebgram cantik.

Ya.. Dicky.. Dicky Prasetya centang biru.

Komentar dengan Emoticon love terpampang nyata di postingan selebgram cantik itu.

Sekuat hati Alena mencoba menepis kenyataan itu. Mencoba untuk positif thinking, tapi lagi-lagi kenyataan pahit itu menyadarkannya. Ia hanya bisa menelan ludah dan tanpa sadar, air mata mengalir dipipinya.

Kali ini ia semakin yakin, ia mencintai lelaki itu. Lelaki yang membuatnya menangis saat ini.

"Ky, are you kidding me?"

Mungkin, ku tak akan bisa jadikan dirimu kekasih yang seutuhnya mencinta. Namun ku relakan diri, jika hanya setengah hati, kau sejukan jiwa ini...

Potongan lirik lagu yang membuat Alena semakin tertusuk. Jauh kedalam. Seperti ditampar oleh keadaan, dipaksa untuk sadar, diyakinkan oleh perasaan

"kau bukan satu-satunya, Alena. Kau hanya salah satunya." gumam Alena, sambil memeluk kedua lututnya.

~~~

Hanya menunggu waktu.

Semua akan pergi menjauh.

Sedih dan bahagia silih berganti.

Sialnya semua berlalu begitu cepat.

Baru saja sebentar kembali bahagia,

lalu mengapa aku harus kembali terluka?

Apakah aku tidak pantas untuk bahagia, Tuhan?

"Bentar-bentar, ini puisi lo baru kan?" Tanya Aliyah.

"Kok galau? Bukannya lo harusnya seneng lagi deket sama Dicky?" Tanya Aliyah lagi.

"Lo kenapa dah, Len? Jawab dong!"

"Gue liat Dicky komen dipostingan instagram Belva, Al." Jawab Alena dengan nada sangat pelan. Tersimpan raut kecewa diwajahnya.

"Komen? Komen apa?" Aliyah penasaran. Sambil mencari Instagram Selebgram yang Alena maksud.

Tak butuh waktu lama, Aliyah mendapati komentar Dicky disana.

"Emot love?" Ujar Aliyah sambil mengerutkan dahinya.

"Len.. kan udah gue bilang. Dia gak mungkin deket sama satu cewek doang. Udah ya.. lupain. berhenti sebelum perasaan lo semakin jauh." Ujar Aliyah lagi, sambil mengelus rambut Alena pelan.

Alena masih diam seribu bahasa. Ia menatap kosong kearah jendela.

"Dia gak cinta sama lo. Dia gak serius deketin lo." Kali ini Aliyah setengah berteriak. Ini membuat Alena tersadar dari lamunannya.

"Al, gue sayang Dicky." Alena menoleh ke arah Aliyah.

"Dia dateng saat gue lagi hancur. Dia sembuhin luka gue, Al. Dia bantu gue lupain Agis."

"Persetan sama semua itu, Len! Kenyataannya dia bikin luka baru kan di hidup lo sekarang?! Lo sakit kan, Len?! Udah gue bilang dari kemarin tapi lo batu kalau diomongin! Lo suka cari penyakit sih. Urusan lo sama Agis aja belum selesai, surat cerai lo belum keluar, dan lo sekarang udah sakit hati lagi sama orang yang beda?! Gila! Gak ngerti gue sama jalan pikiran lo!" Ucap Aliyah, tegas tak terbantah.

Alena memutarkan badannya ke arah Aliyah. Kali ini ia tak mampu lagi menahan tangis. Ucapan Aliyah membuat Alena sangat terluka. Seperti tertimpa beton yang beratnya ribuan kilo.

"Al, apa lo pikir gue bisa cegah perasaan yang dateng entah darimana ini?" Jawab Alena terbata-bata, wajahnya kali ini memelas. Dengan tangis tersedu, Alena menghampiri Aliyah.

"Jawab Al, apa lo pikir gue mau ada diposisi ini?!"

"Aliyah, kenapa lo diem?!" Kali ini Alena berteriak kencang tepat dihadapan wajah Aliyah. Seolah tak terima dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu, Alena mengguncangkan bahu Aliyah. Meminta jawaban atas pertanyaannya barusan.

Sementara Aliyah hanya terdiam merasa bersalah.

"Sorry, Len.. gue gak maksud.." Aliyah memeluk Alena hangat. Tak terasa air matapun jatuh dari pelupuk mata Aliyah. Ia iba melihat sahabatnya.

"Kenapa lo harus jatuh berkali-kali diwaktu yang bersamaan, Len?" Seru Aliyah dalam hati.