"Huft ... huft, huft."
"Kau kenapa Dinda?" tanya Wiranata yang langsung mengambilkan minum untuk Ratih Ayu. Ratih Ayu meminum satu galas air sampai habis, dia terlihat mengatur napas dan Wiranata pun dengan perhatian mengelap keringat wanita cantik itu.
"Hanya mimpi buruk kakang, sang penguasa akan meninggal dan digantikan dengan orang yang serakah. Namun bukan itu yang aku cemaskan. Aku melihat kakang akan menjadi korban. Kakang, berhati-hatilah," pinta Ratih Ayu dengan tatapan sendu penuh kegelisahan.
"Dinda, cerita hidup kita sudah digariskan, kita berusaha namun terkadang kalah dengan takdir. Dinda ... aku tahu, akan ada orang yang menjadikanku korban. Namun, Dinda tenanglah ...." Wiranata membelai pipi Ratih Ayu. Ratih Ayu menggenggam erat tangan Wiranata. Berdersir perasaan aneh di dalam hati keduanya. Keduanya lalu menghindar dan salah tingkah.