Sejak Seungyoon menyatakan perasaannya, Rani jadi menghindari Seungyoon. Dan itu membuat Seungyoon tidak nyaman, June juga begitu karena anak itu melihat semua yang terjadi malam itu. Rani sampai mengambil tugas June mengantar susu murni ke seluruh desa demi untuk menghindari Seungyoon saat sarapan. Rani berpikir Seungyoon tidak serius dengan ucapannya malam itu, karena mereka baru saling mengenal sekitar satu bulan. Rani tidak ingin dilanda rasa kecewa lagi, akibat terlalu percaya pada pemuda yang jauh lebih muda darinya. Lagipula, meski hubungan itu tercipta tidak mungkin bertahan lama. Terlalu banyak perbedaan diantara mereka. Budaya Seungyoon adalah Korea, sementara Rani budaya Indonesia, Seungyoon seorang idola, sedangkan Rani bukan siapa-siapa. Terlalu banyak alasan untuk tidak mencintainya, karena itu lebih baik Rani menyerah daripada harus menelan kecewa.
Situasi itu bertahan hingga dua minggu lamanya, June sering melihat Seungyoon menghela nafasnya. Tapi June tidak bisa membantu apa-apa karena June akan selalu berada dipihak Noonanya. Sore ini saat mereka berdua baru saja pulang dari peternakan Seungyoon merasa aneh, sejak pagi dia tidak melihat Rani. Meski mereka saling menghindar tapi setidaknya Seungyoon masih dapat melihat bayangannya di pagi hari atau saat malam hari ketika Rani membuatkan susu hangat untuk mereka.
"Hei, June! Noona kemana? Kenapa aku tidak melihatnya sejak pagi?". Tanya Seungyoon yang meneguk air yang telah ia tuang.
"Ke Jepang.".
"HAH? Ke Jepang? Dengan siapa?". Tanyanya lagi.
"Yesung hyung!.". Jawab June.
"Berdua saja? Mau apa mereka kesana?". Tanya Seungyoon lagi.
"Yesung hyung selalu membawa Noona pergi ke Jepang saat dia ingin memeriksa cabang perusahaannya disana. Karena Noona jauh lebih pintar berbahasa Jepang dibanding Yesung hyung.". Jelas June. Kang Seungyoon terlihat risau.
* * * *
"Masih belum ada kabar dari kepolisian tentang keberadaan Seungyoon, hyung?". Tanya Mino, mereka sedang berada di studio rekamannya.
"Seungyoon tidak ada dimana pun, setelah dia keluar gedung MCC saat acara Showcase waktu itu, tidak ada jejaknya lagi.". Jawab Jinwoo.
"Cctv depan gedung MCC?". Tanya Seunghoon.
"Hanya merekam dia menuju tempat parkir, cctv depan restoran pasta sudah lama mati.". Jawab Jinwoo. Akhirnya mereka pun menghela nafas lagi. Tiba-tiba saja seorang gadis masuk,
"Aku akan menemukannya. Kalian jangan khawatir, aku pasti akan menemukannya. Aku sudah menyebar informan sampai keseluruh Jepang, pagi ini ada laporan seseorang yang baru kembali liburan melihat Seungyoon disuatu tempat. Sore ini aku akan pergi ke Jepang untuk memastikannya.". Kata gadis itu.
"Apa kau serius Cho Aerin?". Seru Mino, Aerin mengangguk.
"Oppa, uri oppa Cho Kyuhyun-ya. Dia ahli menemukan idol yang melarikan diri. Percaya padaku, aku akan membawanya pulang ke Seoul.". Jawab Aerin, Ketiga member Winner pun menyertai Aerin dengan doa mereka. Sore ini juga dia pergi ke Jepang untuk menemui informannya.
Masih di Seoul namun ditempat lain, seorang pegawai setia tengah dimarahi oleh tuannya. Pegawai itu hanya bisa duduk bersujud sambil menundukkan kepala menerima semua amarah tuannya.
"Ini sudah delapan tahun dan kalian masih belum bisa menemukan dimana dia? Aku bahkan membagi kalian dalam beberapa kelompok agar bisa lebih cepat menemukannya. Jika bukan karena istriku, kalian sudah menemui ajal satu persatu.". Teriak sang tuan dengan matanya yang memerah.
"Dengar! Aku memberi makan anjingku agar setidaknya anjingku bisa bermanfaat. Jika seperti ini, untuk apa aku memberi kalian makan?hah?". Lanjutnya yang semakin terlihat marah.
"Hwejangnim!". Panggil salah satu pelayan dirumahnya.
"WAE?". Sahutnya teriak.
"Kelompok Red Dragon datang untuk melaporkan perihal perkembangan pencarian Aghassi, tuan besar.".
"Red Dragon bukankah kelompok gangster itu?". Tanyanya, sang pelayan mengangguk.
"Kau yakin mereka menyebutkan perkembangan bukan laporan kosong seperti mereka?". Tanya sang Tuan.
"Iya, Tuan. Aku jelas mendengarnya, Tuan.". Jawabnya.
"Bawa mereka masuk!". Perintahnya. Kelompok yang terdiri dari empat orang anggota pun duduk di sofa empuk berhadapan dengannya sekarang.
"Perkembangan apa yang kalian sebut tadi... ah, aku tidak tahu namamu.".
"Red, tuan! Panggil saja, Red!". Jawabnya.
"Oke, Red! Lanjutkan!".
"Aku sudah menyebar anak buah ku keseluruh pelosok Korea dan pemukiman orang-orang Tiongkok, tuan. Karena biasanya orang-orang Tiongkok lebih cepat dan lebih teliti, tuan.".
"Mm, lalu?".
"Kami mendapat informasi bahwa ada seorang pemuda yang mengaku mengenal Aghassi beberapa tahun belakangan, Tuan.". Kata Red melapor.
"Mengenalnya?".
"Ne, tapi Aghassi menggunakan nama lain, Tuan. Nama indonesia, Rani.". Jawab Red. Hwejangnim terlihat terkejut karena dia mengenal nama itu, nama gadis yang dia adopsi dari panti asuhan di Indonesia.
"Dimana pemuda itu? Pertemukan dia denganku!".
"Anda yakin mau bertemu dengannya, Tuan. Padahal kami saja cukup, Tuan. Kami takut dia melukaimu.". Jawab Red.
"Tidak. Aku harus pastikan sendiri pemuda itu benar mengenalnya. Lagipula, bukankah kalian bisa melindungiku?".
"Kami akan menjunjung tinggi perintahmu, Tuan!". Teriak mereka serempak. Hwejangnim tersenyum lebar merasa puas pada kinerja mereka.
"Sekretaris Jung! Siapkan kamar dan makanan untuk mereka. Mereka akan tinggal disini sampai waktu pertemuan itu datang.". Perintahnya. Lantas mereka berempat berdiri dan membungkuk begitu rendah.
"Kamsahamnidda, Hwejangnim!". Teriak mereka, Hwejangnim tertawa puas. Penantiannya selama delapan tahun pun akhirnya menemui jalan akhir. Ia pikir ia tidak akan pernah menemukan putri tertuanya.
* * * *
Sementara didesa Weoldokri Seungyoon dan June tengah menjaga sapi-sapinya mencari makan dipadang rumput yang luas dan hijau, terlihat gambaran gunung didepan mata mereka memandang, langit biru dengan awan putih yang cerah namun tak secerah perasaan Kang Seungyoon. June ikut duduk bersamanya dibawah pohon sambil memainkan asal gitar milik Seungyoon.
"June~ah!".
"Ne, Hyung!". Jawabnya.
"Aku, menyatakan cintaku pada Noona malam itu.". Katanya, June refleks menghentikan petikan gitarnya dan terlihat menghela nafas berat.
"Kau tahu?".
"Ne, aku melihat semuanya malam itu, Hyung. Maaf.". Jawabnya.
"Kalau begitu bantu aku menjawab apa yang dikatakan Noona malam itu, apa maksudnya aku harus mencari tahu tentang dia yang sebenarnya, June?". Tanya Seungyoon. June terlihat ragu untuk memulai menyampaikan yang dimaksud Seungyoon.
"June! Please! Setidaknya beritahu, apa aku masih punya kesempatan mendapatkannya atau tidak.". Kata Seungyoon terdengar frustasi. June pun kalah karena dia melihat kesungguhan dimatanya Seungyoon. Ia pun menyiapkan diri untuk bercerita.
"Seperti yang kau tahu aku dan Rani Noona bukan saudara kandung. Nenek menemukannya ditepian dermaga hendak bunuh diri dengan terjun ke laut, tapi nenek menghentikannya dan membawanya pulang. Noona gadis yang pintar, dia cepat mengerti situasi dan faham soal berbisnis itu sebabnya orang-orang yang memiliki peternakan sapi bisa memproduksi susu fermentasi sendiri. Karena awalnya kami kesulitan memasarkan hasil susu perah kami, sebab susu murni cepat dan mudah rusak.". Kata June bercerita, Seungyoon menyimak.
"Dengan kata lain desa ini berkembang karena Rani Noona, ekonomi desa ini meningkat juga karena Noona. Seluruh warga desa sangat menghargai dan menyayangi Noona, hingga pada suatu hari datang seorang pemuda yang mengaku tertarik pada Noona. Tidak lama, mereka pun berkencan. Pemuda itu bernama Kim Seongchol. Awalnya kami pikir Noona bahagia dengannya, Noona tersenyum dan tertawa karenanya. Tapi.....". Cerita June berhenti karena dia mencoba menahan gemuruh didadanya. Padahal Seungyoon melihat tangan June mencengkram rumput yang didudukinya.
"Hyung! Kau ingat hutan saat kita pertama kali bertemu?". Tanya June dengan nada bicara yang datar, Seungyoon mengangguk.
"Dua tahun lalu....". Lidah June rasanya kelu, dia berkali-kali terlihat mengatur nafasnya.
"Dua tahun lalu, Noona ditemukan dipinggiran hutan dalam keadaan mengenaskan.". Ujar June menitikkan airmatanya.
"Mwo?".
"Noona...hiks.hiks.... Noona ditemukan duduk meringkuk ketakutan, gemetar, dan hanya menggunakan pakaian dalam saja....hiks..hiks..".
"Goo Junhoe! Seolma~ ....".
"Majja! Kim Seongchol gge saekki.... memperkosa Noona didalam hutan...hiks.hiks..hiks..".
Goo Junho menangis keras, Seungyoon merasakan sesak didadanya. Nafasnya terasa tercekat, dia bahkan kesulitan mengatur nafasnya.
"Gge saekki jigeum oddiyaa?". Ujar Seungyoon yang geram.
"Sarrajeosso!". Jawab June.
"Aku dan warga disini mencari si brengsek itu sampai keseluruh desa, tapi dia menghilang seperti ditelan bumi.". Lanjut kata June. Anak itu berusaha tenang agar bisa menceritakan semuanya pada Seungyoon.
"Noona mengalami trauma yang begitu hebat hingga aku dan nenek pun tidak bisa mendekatinya. Dia sering berteriak histeris, lalu sering tidak sadarkan diri. Bahkan sampai suatu hari, Noona berniat menggantung dirinya dikamar.". Lanjut cerita June. Seungyoon tidak mampu berkata apa-apa lagi.
"Aku berdoa setiap hari di gereja memohon pada tuhan agar segera mengirimkan malaikatnya untuk menyelamatkan Noona. Dan Yesung hyung pun datang untuk mendekati Noona. Awalnya dia selalu terluka lantaran Noona yang histeris selalu melempar sembarang barang padanya. Sempat suatu kali, perutnya harus dijahit karena Noona menggores perutnya dengan gunting jahit.".
"Aku sangat bersyukur dan berterima kasih akan kerja keras Yesung hyung. Dalam waktu satu tahun, Noona bisa kembali hidup dengan normal dan bertunangan dengan Yesung hyung yang telah mengetahui seperti apa Noona. Itulah yang membuatku sangat menghormatinya.". Akhir cerita June.
"Aku pernah katakan padamu, Noona tidak pernah mau berhubungan dengan pemuda yang lebih muda darinya. Karena Noona berpikir semua pemuda yang jauh lebih muda darinya, tidak bisa dipercaya. Sebab Kim Seongchol gge saekki, usianya lebih muda tiga tahun dari Noona.". Kata June. Seungyoon terdiam.
"Hyung, aku menyukaimu. Aku juga menghormatimu. Tapi, aku tidak bisa membantu apa-apa. Karena aku akan selalu berada dipihak Noona. Siapa pun yang dipilihnya aku akan menghormati semua ucapannya. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Sejak nenek meninggal delapan bulan lalu, yang aku punya hanya Noona seorang.". Tambah June.
"Hyung!". Panggil June, Seungyoon menatapnya.
"Noona mungkin merasakan hal yang sama denganmu, tapi Noona mungkin juga merasa rendah diri karena dirinya sudah ternoda oleh orang lain. Aku mohon kau mengerti dengan sikap kasarnya malam itu.". Ujar June mencengkram bahu Seungyoon.
Haaciih~....
Rani bersin didepan Yesung. Saat ini mereka sedang makan siang di sebuah sangraloka di Jepang, untuk melihat salju. Ini hari terakhir sebelum mereka kembali ke desa.
"Kau kenapa? Kau flu? Apa kita pulang sekarang saja?". Tanya Yesung khawatir yang menyeka hidung Rani dengan tisu didekatnya.
"Gwenchana. Mungkin June menyebut namaku disana.". Tawa Rani, Yesung jadi ikut tertawa melihat senyumannya.
"Haha, harusnya kita mengajak dia juga. Kasihan dia sendirian.".
"Dia tidak sendiri, Oppa. Dia bersama Seungyoon.". Jawab Rani, Yesung menatapnya karena Rani selalu tersenyum kala mereka membahas Seungyoon. Yesung mendekati Rani dan duduk disebelahnya. Yesung menggenggam tangannya.
"Rani~ah!.". Panggilnya, Rani menatapnya. Yesung mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam, Rani terperanjat saat Yesung memperlihatkan isinya. Sebuah cincin.
"Rani~ah. Will you marry me?". Ujar Yesung.
"Oppa...".
"Aku tidak ingin kau direbut oleh siapa pun, dihatiku hanya ada kau. Aku tidak tahu dengan dirimu tapi bagiku hanya kau satu-satunya. Menikahlah denganku, Rani.". Kata Yesung.
Rani tersenyum dan mengiyakannya. Yesung memeluknya, Rani balas memeluknya erat. Yesung mengganti cincin tunangan dengan cincin yang baru dia berikan. Keduanya tersenyum dan saling menggenggam erat tangan masing-masing.
Setelah makan siang Yesung mengajak Rani bermain salju dilereng kaki gunung Fujiama. Mereka menaiki kereta gantung dan bermain ski. Rani terjatuh terus karena ini baru kali pertama dia mencobanya. Namun itu mengundang tawa renyah Yesung, sementara Rani bertingkah manja karena digoda terus olehnya. Saat makan malam tiba, mereka menikmati steik dan beberapa teguk Wine, dengan lilin aromatherapi menambah suasana romantis menjadi semakin terasa. Yesung melakukannya karena satu hari kemarin ia mengajak Rani memeriksa bisnisnya, dengan bantuan transleter Rani, Yesung bisa berkomunikasi dengan baik pada semua karyawannya yang asli orang Jepang.
"Rani~ah! Kapan kau akan mengenalkan aku dengan kedua orang tuamu?". Tanya Yesung berhati-hati karena ini sesuatu yang sensitif untuk Rani.
"Oppa...".
Benar saja! Rani langsung menghentikan makannya dan menatap Yesung berbeda.
"Orang tuaku tidak akan mengizinkan kita menikah jika kau tidak kembali pada mereka.". Kata Yesung yang menatapnya juga.
"Wae? Karena aku hanyalah cucu dari seorang nenek pemilik pabrik susu fermentasi?".
"Kau bukan cucunya.". Sahut Yesung.
"Presdir Shin Jae Suk juga bukan ayahku, Oppa. Aku hanya anak yang diadopsi olehnya.". Sambar Rani yang mulai marah.
"Jae Bin~ah!".
"Rani, namaku Rani. Bukan Shin Jae Bin.". Bentak Rani lalu berdiri dan meninggalkannya.
Yesung menyusulnya ke hotel, Rani sendiri tengah membereskan pakaiannya ke koper. Berkali-kali pun Yesung mencoba mengajak bicara Rani tetap mengabaikannya. Hingga akhirnya terpaksa bagi Yesung untuk menggenggam tangan Rani.
"Rani, jangan seperti ini. Kita harus bicara!". Seru Yesung.
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, Oppa. Semua sudah jelas. Kita tidak akan bisa menikah jika aku tidak kembali pada mereka kan. Kalau begitu kita tidak akan menikah, karena aku tidak akan pernah kembali pada keluarga itu.". Marah Rani lalu keluar kamar hotel sambil menarik koper mininya. Yesung mengejarnya.
"Dengarkan aku dulu.". Ujar Yesung yang menghadangnya.
"Minggir!".
"Rani~ah! Jebbal....". Seru Yesung, dengan memelas. Rani tidak peduli dan berjalan melewatinya, Yesung tidak menyerah lalu meraih tangan Rani.
"Lepaskan aku, Kang Seungyoon.". Teriak Rani.
"Aku Han Yesung, bukan Kang Seungyoon!". Balas teriak Yesung, Rani pun terkejut dengan dirinya sendiri. Kenapa disaat seperti ini harus nama itu yang keluar.
"Kau menolakku bukan karena kau tidak ingin kembali pada keluargamu, tapi karna dia kan?.". Bentak Yesung, kini keadaan terbalik. Yesung yang marah.
"Oppa...". Tegur Rani dengan penekanan.
"Wae? Kau mencintainya? Jawab aku! Kau mulai mencintainya?". Bentak Yesung lagi.
"HAN YESUNG! CUKUP!". Teriak Rani.
"Jika kau memang mencintaiku, seharusnya kau cari tahu dulu. Kenapa aku pergi meninggalkan keluarga itu, dan untuk apa mereka masih mencariku sampai saat ini.".
"Jangan mengubah topik layaknya pengecut seperti ini, Kang Seungyoon tidak ada hubungannya dengan kita hari ini.". Lanjut kata Rani lalu meninggalkan Yesung sendiri dan kembali ke desa sendirian.
Ditempat yang berbeda, Aerin berhasil menemui informan yang melihat Seungyoon. Informan itu bilang, desa itu lebih cepat ditempuh dari Jepang menggunakan pesawat terbang, Aerin pun segera memesan tiket untuk pergi ke pulau Vimo. Seharusnya Aerin satu pesawat dengan Rani sore ini, tapi ada masalah di Korea yang mengharuskan Aerin turun dari pesawat dan membatalkan penerbangannya. Saat melewati kelas ekonomi, Rani sempat melihat sosok Aerin dan mengenalinya..
"Itu kan... gadis yang waktu itu.". Bisik Rani.
* * * *
Di Korea.
Setelah mendengar laporan pencarian dari Red Dragon. Hwejangnim mengikuti mereka masuk ke pemukiman orang Tiongkok di Korea. Beberapa dari mereka menatap aneh, mau apa orang terpandang seperti dirinya sampai datang sendiri kesini?
Red Dragon mengawalnya masuk kesebuah restoran cina dan tampak seseorang yang melambaikan tangan mengenal salah satu dari mereka.
"Presdir Shin! Disini!". Teriaknya. Presdir Shin atau Shin Jae Suk Hwejangnim pun menghampirinya dan duduk dihadapannya.
"Waah! Aku tidak menyangka, jadi ucapannya yang mengaku sebagai putrimu itu benar. Kukira dia hanya asal bicara saja.". Katanya.
"Yaak! Jaga bicaramu!". Seru Red yang hampir tersulut emosi dan hampir memukulnya namun Presdir Shin melarangnya.
"Boleh aku pesan lagi, Presdir Shin?". Godanya, Presdir Shin pun mempersilahkan. Dengan tidak tahu malunya, ia memesan Tangsuyuk, jjampong dan beberapa botol soju. Padahal saat ini ia tengah menikmati jjajangmyeon.
Presdir Shin terus memperhatikan pemuda didepannya dan sekali lihat pun ia tahu, dia seorang pelaku kriminal.
"Bagaimana Jae Bin bisa mengenal orang seperti dia?". Bisiknya.
"Kau bicara padaku, Presdir Shin?". Tanyanya sedikit mendengar bisikan Presdir Shin.
"Tidak. Bisa kita mulai sekarang?". Tanyanya, Dia pun mengangguk.
"Ah, aku belum memperkenalkan diri. Namaku, Kim Seongchol. Aku teman dekat Rani... ah maksudku Shin Jae Bin Aghassi.". Ujarnya.
"Mm, nama aslinya..... kalau tidak salah..... Princessa Rani Mahardika. Iya kan?". Lanjutnya, Presdir Shin terkejut. Jika putrinya sampai memberitahukan nama lengkapnya itu artinya....
"Dimana dia?". Seru Presdir Shin.
"Wow, wow... sabar sedikit Presdir Shin. Ada satu hal yang ingin aku tanyakan dulu padamu, untuk memastikan bahwa gadis yang ku maksud dengan gadis yang kau maksud itu sama atau tidak.". Serunya meledek.
"Apa yang mau kau tanyakan?". Tanyanya.
"Apa benar yang dikatakannya, bahwa tujuanmu mengadopsinya dari Indonesia untuk menjadi pendonor utama bagi putrimu yang satunya? Shin Jae Kyung?.". Tanyanya sambil tertawa meledek, melihat Presdir Shin marah membuat Seongchol semakin mentertawakannya.
"Wah, kau lebih buruk dariku, Presdir Shin. Bagaimana mungkin kau bisa berpikiran membunuh putri angkatmu untuk menyembuhkan putri kandungmu sendiri. Hahahaha....". Tawa Seongchol.
Red yang tidak tahan langsung mencengkram baju Seongchol hingga ia setengah berdiri, tapi Red menoleh pada Presdir Shin dulu untuk meminta izin, bukannya menggelengkan kepala beliau malah menganggukkan kepala. Red pun menyeringai dan membuat Seongchol babak belur hingga darah keluar dari hidung dan ujung bibirnya.
"Cukup!". Perintahnya, Red pun berhenti. Seongchol berusaha berdiri dengan susah payah dan kembali duduk.
"Apa-apaan ini, Presdir Shin? Kau membuatku kecewa. Aku berubah pikiran, aku tidak akan memberitahukan dimana putrimu berada.". Kata Seongchol sambil meringis menahan ngilu diwajahnya. Presdir Shin lalu mengeluarkan sebuah lembar cek kosong dari saku jasnya.
"Terserah! Yang butuh uang bukan aku.". Ujarnya sambil melebarkan cek itu diatas meja. Seongchol tidak bisa mengalihkan pandangannya dari cek kosong yang sudah ditandatangani dan di beri cap resmi itu. Ketika Seongchol hampir meraihnya, Presdir Shin segera menariknya lagi.
"Nah, sekarang pilihan ada padamu. Bawa anak buahku untuk menemui putriku. Maka kau bisa dapatkan ini, kau bisa cairkan berapa pun yang kau mau didalam cek kosong ini. Atau.....".
"Kau bisa menolaknya. Maka anak buahku akan menculikmu dan merobek mulutmu sampai kau mengatakan dimana putriku.".
"Dengar! Kim Seongchol. Aku tidak tahu bagaimana putriku bisa mengenal pria sepertimu, dan benar aku memang membutuhkanmu untuk menemukannya. Tapi....".
"Aku bukan tipe orang yang akan tinggal diam dihina seperti itu, Kim Seongchol. Kau mengerti?". Kata Presdir Shin yang berdiri dan meninggalkan cek kosong itu diatas meja.
"Red!". Panggilnya.
"Ne, Hwejangnim!". Sahut Red siaga apapun yang akan menjadi perintahnya.
"Jika dia mengambil cek itu, ikuti kemana pun dia pergi dan temukan putriku. Tapi jika dia meninggalkan cek itu, habisi dia dengan rapi. Dia terlalu banyak mengetahui tentang keluargaku. Kau mengerti?". Perintah Presdir Shin.
"Baik, tuan. Kami akan menjunjung tinggi perintahmu.". Teriak mereka yang membuat keberanian Kim Seongchol menciut. Dan Presdir Shin pun diantar hingga kedalam mobil oleh Red.
"Cari tahu bagaimana putriku bisa mengenal seorang bajingan seperti dia, Red!". Akhir katanya sebelum menutup kaca mobil dan pergi meninggalkan Red dengan setumpuk tugas.
Presdir Shin Jae Suk atau CEO dari Shin Group adalah salah satu keluarga konglomerat ternama di Korea selatan, saat ini ia berada di posisi nomor lima dari urutan orang terkaya setelah Gdragon Bigbang yang menempati posisi nomor empat.
Bisnisnya mencakup semua bidang, makanan dengan Shin Food, elektronik dengan Shin .E. , Real eastate dengan Shin Residence, Supermarket dengan Shin Mall, terakhir pabrik yang memproduksi mobil adalah Shin Motors.
Presdir Shin memiliki satu rumah utama di Seoul denganluas 16 hektar mencakup halaman depan dan halaman belakang, puluhan mobil dan ratusan asisten rumah tangga yang membersihkan istana yang memiliki lebih dari sepuluh kamar. Istrinya sendiri seorang desainer gaun pengantin yang mendunia. Namun sayangnya, ia melahirkan seorang putri cantik dengan kelainan jantung. Hidup putrinya hanya bisa diselamatkan dengan transplantasi jantung, itulah sebabnya mereka mengambil jalur ekstrim. Mengadopsi Princessa Rani Mahardika dari panti asuhan di Indonesia, merawatnya dengan baik agar kondisi jantungnya pun dalam keadaan baik, lalu memaksa Rani untuk mendonorkan jantungnya untuk putri satu-satunya. Shin Jae Kyung.
Bersambung....