Kang Seungyoon memikirkannya semalaman, setelah apa yang diceritakan June sanggupkah hati nuraninya menerima Rani. Namun, sepertinya percuma. Rindunya semakin menjadi meski baru dua malam mereka tidak saling bertemu, hatinya serasa sakit ketika wanitanya menderita begitu dalam seperti itu. Seungyoon menunggu diruang tamu, siapa tahu malam ini Rani sampai dirumah. Tapi Seungyoon justru ketiduran di sofa, tengah malam Rani sampai rumah melihat anak itu meringkuk kedinginan. Rani mengambil selimut bersih dari lemari pakaiannya dan menyelimuti Seungyoon.
"Noona!". Bisik Seungyoon yang menggenggam tangan Rani, gadis itu terkejut karena biasanya Kang Seungyoon sulit terbangun jika sudah tertidur.
"Tidur lagi! Ini hanya mimpi.". Bisik Rani berusaha melepas tangan Seungyoon dan memasukkannya kedalam selimut. Setelah itu ia menuju dapur untuk mengambil minum, ketika ia tengah meneguk air hangatnya, ia merasakan ada pelukan dari belakang, begitu erat.
"Kang Seungyoon!". Tegur Rani berusaha melepas pelukan itu.
"Bogoshipo!". Bisik Seungyoon semakin erat memeluknya.
"Aku mengerti, lepaskan ini dulu!". Seru Rani, Seungyoon melepas pelukannya dan berdiri tegap dihadapan Rani.
"Ini sudah malam, kita bicara besok saja!". Lanjut kata Rani.
"Mau sampai kapan kau akan menghindariku?". Seru Seungyoon.
"June sudah menceritakan semuanya padaku.". Lanjut kata Seungyoon yang sontak membuat Rani jadi menatapnya. Seungyoon menghampirinya perlahan tapi Rani refleks melangkah mundur. Bukannya melihat ekspresi kecewa dari Seungyoon, Rani justru melihat senyum manisnya.
"Noona! Dengarkan aku! Aku sudah kalah start dari Kim Seongchol tapi aku tidak akan kalah dari Han Yesung. Kau harus adil, kau juga harus membuka hatimu untukku. Tidak perlu besar, karena aku sendiri yang akan mendorong pintu itu dengan kekuatan cintaku.". Katanya, sambil memberikan love sign layaknya seorang idol yang berlaku imut pada fans nya. Rani terlihat sedikit tersenyum.
"Oh, kau tersenyum. Itu artinya kau telah membuka sedikit pintu hatimu untukku kan, Noona. Yess!!". Seru Seungyoon kegirangan.
"Wae?". Tanya Rani yang mungkin masih merasa reaksi Seungyoon tidak benar setelah mendengar semua kisahnya.
"Wae? Kenapa lagi, karena kau pantas diperebutkan.". Jawabnya.
"Aku tahu. Bagi wanita Indonesia, hal seperti itu seharusnya dijaga dengan baik. Tapi Noona, itu bukan kesalahanmu. Kim Seongchol saja yang berengsek. Kau juga tidak ingin mengalami hal seperti itu kan.".
"Jika kau bertemu denganku lebih dulu, hal seperti itu tidak akan terjadi. Tapi tidak apa, bagiku belum terlambat untuk membuatmu hidup didunia penuh cinta.". Kata Seungyoon.
"Aku tidak akan menyentuhmu sembarangan lagi. Tapi jika kau ingin menyentuhku lebih dulu dihadapan siapa pun, aku tidak akan menghindarinya. Jaljja!". Lanjut katanya mengucapkan selamat malam.
Kim Seongchol membawa Red dan anak buahnya pergi ke Jepang. Dengan berkata desa itu bisa lebih cepat ditempuh jika berangkat dari Jepang. Kim Seongchol satu pesawat dengan Han Yesung, terbang ke Pulau Vimo tentu masih diawasi oleh Red dan anak buahnya. Entah apa yang dipikirkan Seongchol namun sejak ia masuk ke pesawat, ia terus saja tersenyum.
Keesokan harinya....
Rani, Jun dan Seungyoon mulai aktivitas mereka. Sarapan bersama, mengantar susu bersama, mengemas susu fermentasi bersama. Mereka juga menyiapkan susu murni yang akan mereka kirim ke Seoul, janji dengan restoran pasta dua bulan lalu. Sekaligus mempersiapkan untuk kepulangan Seungyoon juga. Sore harinya June meminta bantuan Rani dan Seungyoon untuk menggembala sapi-sapi mereka. Saat ini mereka tengah duduk diatas rumput, sementara June tertidur pulas dibawah pohon yang rindang.
"Noona!". Tegur Seungyoon, Rani menoleh.
"Boleh aku bertanya sesuatu? Ah, bukan soal kejadian waktu itu.". Lanjut kata Seungyoon yang sungkan, Rani hanya tersenyum dan mengangguk pelan.
"Bagaimana kau bisa sampai di Korea?". Tanya Seungyoon yang berhati-hati. Sejenak Rani terdiam memandang lurus kedepan.
"Aku adalah gadis yang ditinggalkan ayah dan ibuku di sebuah panti asuhan di Bogor, salah satu daerah yang dekat dengan ibukota Indonesia. Saat usiaku 19 tahun, ada sebuah keluarga dari Korea yang ingin mengadopsi seorang anak perempuan untuk menemani putri tersayangnya.". Ujar Rani mulai bercerita.
"Apa kau tahu Shin Group atau yang sekarang menjadi Shin Corp.?". Tanya Rani.
"Ddangyeonnajji. Itu perusahaan yang besar, dimulai dari produksi makanan sampai furniture desain interior, mereka memasuki pasar Cina bahkan. Aku pernah menjadi brand ambasador untuk produk minuman mereka, Shin Juice. Dan model iklan untuk produk elektronik mereka di Shin E .". Seru Seungyoon membanggakan dirinya.
"Tapi, kenapa dengan Shin Corp?". Tanya Seungyoon.
"Pemilik Shin Corporation adalah keluarga yang mengadopsiku sepuluh tahun lalu, Shin Jae Suk Hwejangnim. Dan aku diberi nama, Shin Jae Bin. Putri kesayangan mereka atau adikku bernama Shin Jae Kyung.". Jawab Rani.
"Heoll!!".
"Geundae.... kenapa kau melarikan diri dari keluarga super kaya itu, Noona?". Lanjut tanya Seungyoon.
"Shin Jae Kyung dalam keadaan yang menyedihkan, anak manis itu memiliki kelainan pada jantungnya. Aku menyayanginya dan merawatnya setiap saat, dan itu membuat kami saling menyayangi satu sama lain.".
"Tapi suatu malam aku tidak sengaja mendengar sesuatu yang seharusnya tidak pernah ku dengar seumur hidupku.". Kata Rani.
"Mendengar apa?". Seru June tiba-tiba terduduk dibelakang mereka, Seungyoon dan Rani terkejut.
"Ah, kau hampir membuat jantungku copot.". Keluh Seungyoon.
"Kau mendengar apa, Noona?". Seru June memaksa.
"Tujuan mereka mengadopsiku dari Indonesia untuk menjadikanku pendonor utama saat jantung Jae Kyung sudah tidak mampu bertahan lagi.". Jawab Rani.
"Mereka gila!". Seru Seungyoon dan June.
"Mereka akan membunuhmu begitu saja untuk mendapatkan jantungmu yang akan mereka berikan pada putri kesayangan mereka?". Tanya June lagi, untuk memastikan ia tidak salah dengar. Dan Rani mengangguk mengiyakan.
"Wah, apa orang kaya bisa seperti itu?". Tanya June keheranan.
"Uang bisa menyelesaikan apapun, June.". Balas komentar Seungyoon.
"Geundae, Noona. Apa kau yakin tidak ada yang terjadi di Jepang kemarin? Yesung hyung benar tidak melakukan apapun?". Tanya June tiba-tiba.
"Melakukan apa? Memangnya dia berencana melakukan apa?". Tanya Seungyoon panik.
"Maksudku.... apa Yesung hyung tidak membahas tentang pernikahan atau hal lainnya padamu? Karena, aku menemaninya membeli cincin untuk melamarmu.". Jawab June sungkan.
"APA? HEI, JUNE!". Teriak Seungyoon yang kaget June tidak ada dipihaknya ternyata.
"Aku menolaknya!". Celetuk Rani.
"MWO?". Teriak Seungyoon dan June bersamaan.
"Jinjja?". Kata Seungyoon.
"Waeyo?". Tanya June, mereka bertanya hampir berbarengan.
"Bukan urusan kalian!". Jawab Rani.
"Ah, Noona! Waeyo~.... bukankah kalian sudah lama berkencan. Usia kalian juga sudah tidak muda lagi.". Protes June.
"Yaakk! Sebenarnya kau itu ada dipihakku atau dia?hah? Lagipula, Noona masih muda. Dia masih cantik. 30 tahun saja belum.". Balas protes Seungyoon.
"Aku tidak ada dipihak kalian, aku ada dipihaknya Noona. Tapi aku mau tahu kenapa kau menolaknya, Noona.". Kata June. Rani tersenyum mendengarnya.
"Orang tuanya tidak mengizinkan kami menikah jika aku tidak kembali pada keluarga Shin.". Jawab Rani.
"Mereka gila!". Celetuk June.
"Apa mereka tahu alasanmu kabur dari rumah itu?".
"Meski mereka tahu pun mereka tidak akan peduli. Mereka hanya mencari alasan agar tidak memiliki menantu seperti ku.". Jawab Rani.
"Seperti kau? Memangnya apa yang salah denganmu?". Tanya June masih tak percaya.
"Aku hanya pengurus pabrik susu fermentasi.".
"Mwo? Wah, aku tidak menyangka keluarga mereka seperti itu.".
"Seungyoon hyung! Kau saja yang menikahi Noona.". Lanjut kata June, Seungyoon hanya mengangguk tersenyum.
"Yakk! Semudah itu kau berubah pikiran?". Protes Rani dengan tawanya.
"Aku tidak berubah pikiran. Sejak awal aku memang tidak berada dipihak siapa pun. Aku dipihakmu, Noona. Aku hanya memihakmu.". Seru June.
"Arraseo! Hahaha.....". Tawa Rani.
"Seungyoon~ah! Lusa kita akan kembali ke Seoul untuk mengantarkan pesanan susu segar dan susu fermentasi. Kau bisa sekalian ikut pulang. Apa ada yang kau butuhkan? Aku akan mencarikannya nanti dipasar malam.". Kata Rani.
"Yang ku butuhkan hanya hatimu.". Jawab Seungyoon.
"Wah, aku geli mendengarnya.". Celetuk June. Rani jadi tertawa.
"Yakk! Kau! Noona joahe?". Protes Seungyoon yang berdiri.
"Mwo? Kau sudah gila, hyung? Bagaimana aku tidak menyukainya, dia kakak perempuanku satu-satunya.". Balas June yang berdiri.
"Yakk! Kau menyebutku gila? Kemari kau!". Bentak Seungyoon, June malah menjulurkan lidahnya.
"YAKK!". Teriak Seungyoon yang mengejarnya, dan June pun berlari menghindarinya.
"Rayuanmu itu payah sekali, hyung! Jangan bilang ini pengalaman pertamamu merayu gadis? Kasihan sekali hidupmu itu, hyung!". Teriak June, Rani tertawa melihat mereka yang bermain kejar-kejaran.
"KANG SEUNGYOON!". Teriak seseorang nun jauh disana. Rani, June dan Seungyoon melihat kearah suara, ada seorang gadis yang berlari sambil terus memanggil nama lengkap Seungyoon. Penampilannya seperti gadis dari Seoul.
"Dia...". Bisik Rani.
"Kau.....". Seru June saat gadis itu berhasil menghampiri Seungyoon dan June. Sedetik ia terkejut melihat June lalu sedetik kemudian ia langsung memeluk Seungyoon. Rani sampai refleks berdiri melihat mereka berpelukan. June menghampiri Rani.
"Noona, bukankah dia gadis yang waktu itu? Gadis yang marah-marah direstoran pasta.". Bisik June pada Rani.
"Cho Aerin! Bagaimana kau bisa sampai disini?". Tanya Seungyoon melepaskan pelukan gadis itu.
"Informanku melihatmu disini, dia mengantarkanku padamu melalui jalur Jepang. Seungyoon~ah! Aku merindukanmu!". Serunya memeluk Seungyoon kembali.
"Bawa dia kerumah! Sekalian bawa masuk sapi-sapi itu ke kandang!". Perintah Rani yang melewati mereka. Seungyoon melepaskan pelukan Cho Aerin kembali takut Rani salah faham.
"Hei, siapa kau beraninya memerintah Seungyoon seperti itu!". Protesnya. Rani menghentikan langkahnya.
"Aerin~ah !". Tegur Seungyoon.
"Jadi selama ini kau diperbudak olehnya. Pasti dia yang tidak mengizinkanmu kembali ke Seoul. Iya kan, Seungyoon?".
"Aku tidak pernah melarangnya untuk kembali ke Seoul. Dia saja yang tidak mampu untuk kembali sendirian ke Seoul.". Sahut Rani yang memutar tubuhnya.
"Haha, kau pikir aku percaya itu. Dia punya banyak uang, mudah baginya untuk kembali ke Seoul kapan saja jika tidak kau larang.". Balas Aerin. June menarik tubuh Seungyoon perlahan untuk sedikit menjauh dari mereka.
"Begitu? Lalu apa kau pikir dia memilikinya disini? Dia bahkan tidak membawa dompetnya. Darimana dia akan mengambil uang itu?". Balas Rani.
"Dia bisa meneleponku untuk meminta uang itu.". Balas Aerin.
"Tapi dia tidak melakukannya! Karena kau tidak termasuk orang penting yang harus ia ingat nomor teleponnya.". Balas Rani.
"June~ah! Mereka pernah bertemu?". Bisik Seungyoon.
"Mm, direstoran pasta di Seoul. Dihari yang sama saat kau masuk sembarangan kemobil kami.". Jawab June berbisik.
"Dengar! Aku tidak tahu apa niatmu datang jauh-jauh kesini. Lebih baik cepat kau selesaikan itu dan segera pergi dari sini. Tanpa adanya kau kepalaku sudah pusing. Kau mengerti!". Kata Rani yang puas namun membuat Aerin kesal.
"Yoon~ah! Selesaikan masalahmu dengannya atau setidaknya beri dia pengertian, bahwa dia tidak bisa sembarangan membawa budaya Seoul kesini. Lalu kembali kerumah untuk makan malam. Kau mengerti?".
"Yoon~ah?". Seru Aerin semakin kesal saja.
"Iya, Noona!". Jawab Seungyoon.
"June~ah! Bantu aku bawa sapi-sapi ini masuk kekandang. Lalu kita bersiap untuk makan malam dan berbelanja ke pasar malam.". Seru Rani.
"Oke, Noona!". Jawab June yang berlarian kecil menggiring sapi-sapi untuk kembali ke kandangnya.
Sementara Rani menjalankan tugas bersama June, dan Seungyoon yang berusaha membuat Aerin mengerti keadaan disini, Kim Seongchol justru tengah menjalankan rencana jahatnya. Seongchol memberikan minuman yang telah dicampur obat tidur pada Red dan anak buahnya, itu sebabnya saat ini mereka tengah menempuh jalan yang berbeda. Seongchol menuju desa Weoldokri sementara Red menuju desa Jeongyeong. Dan Seongchol tidak melupakan cek kosong yang sekarang ia pegang, setelah ia berhasil mencurinya dari Red.
Seongchol tidak begitu saja langsung menemui Rani, karena semua warga Weoldokri tahu apa yang telah ia lakukan pada Rani beberapa tahun lalu, itulah kenapa ia menunggu sampai pasar malam dibuka malam ini.
Makan malam telah siap dan dua gadis itu masih tetap saling menatap tajam, membuat Seungyoon dan June tidak nyaman.
"Kang Seungyoon! Kita makan diluar saja, kau kan tidak bisa makan nasi. Badanmu terlihat kurus!". Kata Aerin, Rani melotot pada Seungyoon.
"Aku bisa makan nasi. Nasi goreng buatan Noona itu enak, kau harus mencobanya, Aerin~ah!". Jawab Seungyoon yang menyendok banyak nasi goreng ke piringnya dan makan dengan lahap. Ketika mereka bersiap untuk pergi melihat pasar malam, datang Jiyeon yang berniat untuk menjemput Seungyoon.
"Seungyoon Oppa! Seungyoon Oppa! Ayo kita pergi ke pasar malam bersama-sama!". Teriak ajakan Jiyeon, saat gadis itu membuka pintu sudah ada Aerin yang berdiri sambil melipat kedua tangannya tepat berdiri dihadapan Seungyoon, June lalu menarik Jiyeon perlahan.
"Aku sarankan kau sebaiknya menyingkir saja! Dia bukan tandinganmu.". Bisik June.
Mereka pun berangkat bersama ke pasar malam, Aerin tidak pernah lepas memeluk lengan Seungyoon. Itu mengundang rasa kesal pada Rani dan Jiyeon. Rani mulai menyibukkan diri mencari bahan-bahan makanan untuk persediaan dirumah, June dan Jiyeon pergi menemui teman-temannya, Seungyoon tetap bersama Aerin, karena bagaimana pun Jiyeon baru kali ini melihat pasar malam.
Rani sempat terlihat melakukan kontak mata dengan Seungyoon yang terus memperhatikannya, tapi Aerin terus saja mengganggu momen itu.
"Yoon~ah, kajja! Kau mau beli tteokk untuk teman-temanmu tidak!". Ajak Rani yang tiba-tiba menggenggam tangan Seungyoon dan menariknya dari rangkulan Aerin. Tapi Aerin menahannya, Rani tersadar telah menyentuh Seungyoon dan berniat untuk melepaskannya namun Seungyoon justru melepaskan rangkulan Aerin dan menggenggam erat tangan Rani.
"Tteok yang waktu itu kau suapi aku?". Tanya Seungyoon yang tersenyum.
"Mm...". Balas Rani tersenyum.
"Dimana kau membelinya?".
"Disana!". Jawab Rani menunjuk sebuah stand yang cukup ramai pembelinya.
"Kajja! Aku ingin beli yang banyak untuk mereka!". Ajak Seungyoon yang menarik Rani sambil terus memegangnya erat. Karena Seungyoon sudah pernah katakan tidak akan menolak sentuhan Rani. Aerin begitu marah melihat itu, mau tidak mau dia pun menyusul mereka.
"Bagaimana?".
"Enak!". Jawab Seungyoon.
"Kau mau beli yang mana?". Tanya Rani.
"Apa masih bisa tahan jika aku membawanya ke Seoul?". Tanya balik Seungyoon.
"Bisa. Asalkan malam ini kita simpan di freezer, di Seoul nanti kau tinggal goreng, panggang atau kau hangatkan di Microwave.". Jawab Rani.
"Oke!". Jawab riang Seungyoon.
"Bungkuskan untukku juga, ya! Aku ingin bawa untuk Kyuhyun Oppa.". Sambar Aerin yang memisahkan genggaman tangan mereka dan memeluk tangan Seungyoon yang tadi menggenggam tangan Rani.
"Ahjussi! Tolong buatkan dua paket tteokk untuk mereka, ya. Ini uangnya!". Kata Rani.
"Oke, Rani.". Kata si penjual.
"Yoon~ah! Aku mau beli beberapa daging dulu disana untuk June.". Ujar Rani yang akhirnya memutuskan menghindar.
"Noona, ayo pergi bersama saja!". Teriak Seungyoon tapi Aerin lagi-lagi mencegah Seungyoon menyusul Rani. Hari sudah semakin malam, setelah membeli daging dan beberapa sayuran Rani pergi untuk membeli beberapa aksesoris rambut.
"Yang merah, Noona! Rambutmu yang panjang dan hitam cocok menggunakan jepit rambut berwarna merah.". Bisik seseorang memeluk Rani dari belakang lalu mengecup leher Rani.
Tubuhnya seketika gemetar karena ia mengingat sentuhan itu, ia bahkan sampai tidak berani bersuara terbayang kembali peristiwa itu.
"Ayo ikut aku, Noona! Kita harus lanjutkan yang dahulu pernah tertunda.". Bisiknya. Ia lalu menarik tangan Rani dan dengan mudah Rani mengikutinya. Disaat yang bersamaan June bertanya pada Seungyoon.
"Hyung! Noona dimana?".
"Tadi aku lihat dia ditoko aksesoris.". Jawab Seungyoon. June dan Seungyoon melihat kearah yang sama, mereka melihat seorang lelaki yang tengah menarik Rani. Seungyoon tidak mengenalinya tapi June mengenali orang itu.
"Kim Seongchol.". Bisik June.
"Mwo?".
Mereka berdua pun bergegas mengikuti Rani meski sulit karena banyaknya orang yang datang ke pasar malam. Aerin dan Jiyeon pun susah payah menyusul mereka, teman-teman June yang melihat June bertanya-tanya mau kemana June dan Seungyoon. Saat mereka melihat kearah June melihat, mereka ikut menyusul dengan rasa geram.
Rani seperti tidak memiliki kekuatan untuk menolak, kakinya terus mengikuti langkah Kim Seongchol. Rani terus menunduk, ia merasa sangat takut jika harus menatap Kim Seongchol lagi. Seongchol membawa Rani kesalah satu tempat yang cukup gelap dan sepi. Tubuh Rani gemetar hebat, tangannya terus memilin ujung kaus dari yang ia pakai. Ia bahkan selalu memeriksa sabuk pada celana jeans nya, sudah cukup kuat atau mudah dibuka. Rani mulai menangis saat tangan Seongchol meraba pelan rambut, lalu ke telinga turun meraba ke pipi dan terus meraba leher, meski gelap Rani dapat merasakannya dengan jelas. Tidak dapat menerimanya lagi Rani pun berteriak, jika bukan karena teriakannya June dan Seungyoon tidak akan menemukan Rani. June dan Seungyoon langsung berlari kearah suara, saat mereka melihat Rani yang menangis meringkuk ketakutan dengan Seongchol yang berusaha menyentuh Rani lagi. June langsung melayangkan tendangannya.
"Yakk! Gesaekya!". Teriak June menendang Seongchol sampai ia jatuh tersungkur, muncul Seungyoon yang langsung menindih tubuhnya dan mulai memukul wajahnya berkali-kali.
Jiyeon dan Aerin terkejut melihat June dan Seungyoon memukuli orang, mereka semakin terkejut melihat Rani yang ketakutan hebat seperti itu.
"Eonnie! Ada apa?". Ujar Jiyeon yang berusaha menyentuhnya.
"Yakk! Noe waegeurae?". Ujar Aerin yang juga berusaha menyentuh Rani.
Maksud mereka berdua untuk membantu Rani berdiri tapi Rani malah mendorong dua gadis itu hingga mereka tersungkur dan tangan Aerin terluka karena batu kerikil, sementara Rani lari meninggalkan mereka. Teman-teman June menghentikan Seungyoon dan June yang terus memukuli Seongchol secara bergantian.
"Junho~ah! CUKUP! HYUNG! CUKUP! HENTIKAN!". Seru mereka memisahkan tubuh June dan Seungyoon dari Seongchol yang berlumuran darah.
"June! Kau mau masuk penjara?". Teriak Donghyuk.
"Aku harus membunuhnya! Dia harus mati untuk membuat Noona tenang!". Balas teriak June.
"Jika kau masuk penjara bagaimana dengan Noona nanti? Kau akan biarkan dia tinggal sendiri.". Teriak Donghyuk lagi.
"TAPI DIA HARUS MATI DITANGANKU!". Teriak June.
"Lebih baik kau cari Noona. Biar dia kami yang urus. Cari Noona dulu lalu tenangkan dia, kau tahu apa yang terjadi jika dia ditinggal sendirian disaat seperti ini kan? Ah, JEBBAL SADARLAH GO JUNHO!". Teriak Donghyuk.
"Noona? Anhiyak! Andwe! NOONA!". Teriak June yang berlarian mengejar Rani dengan Seungyoon yang menyusulnya, Jiyeon dan Aerin pun mengikuti mereka berdua berlari.
"Donghyuk~ah! Kita harus apa kan dia?". Tanya Bobby.
"Ikat dan kita seret dia ke base camp. Tunggu sampai June tenang, baru kita pikirkan langkah selanjutnya.". Kata Donghyuk yang diiyakan oleh Bobby.
June berlari kearah rumah, seperti dugaannya Rani akan mengunci dirinya lagi dikamar.
"Noona! Buka pintunya! Ini aku June!". Teriak June, malah terdengar Rani mengamuk didalam kamar.
"Aaaaaaa.....". Teriak Rani yang memukul pintu dengan kursi yang berada didwpan meja rias.
"Noona! Ini aku Junho! Go Junho! Cucu nenek! Noona buka pintunya, jebbal!". Teriak June terus.
"PERGI! PERGI DARI SINI! PERGI!". Balas teriak Rani.
"Noona! Aku Junho! Adik Noona! Jebbal, buka pintunya! Aku sangat takut sekarang!". Tangis June.
"PERGI!". Teriakan Rani yang tercampur tangisan.
"Noona~....hiks.hiks. ini aku Junho!". Tangis June yang hanya mengetuk pelan pintunya karena ia menangis, ditengah tangisannya June mengingat sesuatu.
"Hyung! Seungyoon hyung! Bukankah tadi sore Noona menjahitkan bajuku yang robek? Apa kau sudah mengambil gunting jahitnya?". Tanya June, Seungyoon menggelengkan kepalanya.
"Aiissh.... NOONA! BUKA PINTUNYA! NOONA!". Teriak June, Seungyoon meminta June menyingkir lalu menendang pintunya.
BRAKK!!
suara pintu yang ditendang oleh Seungyoon dan Rani memekik berteriak, mereka melihat keadaan yang begitu menyedihkan. Rani hanya memakai pakaian dalam saja, meringkuk menyembunyikan wajahnya diantata lutut dan menangis diujung ranjangnya, persis seperti keadaan ketika ia pertama kali ditemukan dipinggir hutan dua tahun lalu.
"Noona~... hiks.hiks.hiks.". Tangis June setelah ia jatuh berlutut.
Seungyoon, Jiyeon dan Aerin tertegun tak percaya. Orang yang begitu mereka takuti karena kecerdasannya, kebijaksanaannya, kelembutannya, dan ketegasannya. Kini mereka hanya melihat seseorang yang jauh lebih lemah dari mereka. Seungyoon menitikkan airmatanya. Membayangkan penderitaan gadis yang dicintainya selama ini.
"Noona!". Panggil Seungyoon sambil perlahan mendekati ranjangnya. Masih belum ada respon dari Rani yang terus gemetar hebat.
"Noona! Ini aku Seungyoon!". Kata Seungyoon perlahan mendekat, ketika Seungyoon berhasil menyentuhnya tiba-tiba Rani duduk berlutut dan menggesekkan kedua telapak tangannya seperti orang yang sedang minta ampun.
"Maafkan aku, Seongchol~ah! Aku mohon jangan lakukan itu lagi, aku mohon Seongchol~ah! Kasihanilah aku! Jangan lakukan itu lagi!...hiks.hiks.. jangan lakukan itu lagi!". Tangis Rani yang terus menunduk menggesekkan tangannya.
"Noona, ini aku Seungyoon.". Ujar Seungyoon yang berusaha menyentuhnya.
"JANGAN! AKU MOHON! JANGAN!". Teriak Rani.
"Noona~...". Balas teriak Seungyoon.
"JANGAN! JANGAN! JANGAN!". Teriak Rani semakin histeris, sementara June terus saja menangis melihatnya. Jiyeon dan Aerin pun ikut pedih melihatnya.
"YAKK! SHIN JAE BIN! INI AKU KANG SEUNGYOON!". Balas teriak Seungyoon. Seketika Rani berhenti histeris dan langsung menatap mata Seungyoon.
"Kang Seungyoon?". Ujar Rani yang menitikkan airmatanya begitu deras melihat mata hangat seseorang yang ia kenal. Seungyoon mengangguk mengiyakan.
"Seungyoon~ah!...hiks.hiks... Kang Seungyoon...hiks.hiks.". Tangis Rani yang langsung memeluk Seungyoon erat, menangis keras dan menderu membuat Seungyoon balas memeluknya erat.
"Aku takut...hiks.hiks... dia datang lagi mencariku, Yoon~ah. Aku takut sekali...hiks.hiks.". Tangis Rani dipelukan Seungyoon.
"Tenanglah! Aku dan June sudah menghajarnya, dia tidak akan berani mengganggumu lagi.". JawabSeungyoon.
"Dia itu licik, Yoon. Hiks...hiks....". Tangis Rani lagi.
"Aku tahu. Tapi, kau ingat janjiku kan? Aku tidak akan kalah lagi darinya. Jadi aku mohon tenangkan dirimu dulu, kau membuat semua orang takut.". Jawab Seungyoon, Rani tidak menjawab ia hanya mengeratkan pelukannya.
"June~ah! Singkirkan gunting itu dan ambilkan selimut! Cepat!". Perintah Seungyoon ketika Rani terus menangis dalam pelukannya.
"Ne, hyung!". Jawab June yang lantas berdiri mengambil gunting jahitnya, menaruhnya disaku celana lalu mengambil selimut besar milik Rani dari lemari Rani. June menyelimuti Seungyoon dan Rani dalam satu selimut.
Rani menangis dipelukan Seungyoon, June ikut menangis lega ada orang yang mampu membuat Noona nya tenang. Padahal sebelumnya ia takut setengah mati Rani melakukan hal bodoh. Jika sampai itu terjadi ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
Rani menangis hingga tertidur dipelukan Seungyoon, meski ia mencoba melepaskannya tapi pelukan Rani begitu erat. Akhirnya mereka tertidur sambil terduduk, punggung Seungyoon menahan berat tubuh Rani yang memeluknya. Sementara June tidur dibawah dekat ranjang Rani dengan kasur lipat miliknya. Mereka bertiga tidur dikamar yang sama dengan pintu terbuka lebar, karena kamar June dipakai oleh Aerin dan Jiyeon yang menginap. Ketika tengah malam menjelang pagi tiba, Rani terbangun dan mulai bergerak perlahan untuk membenarkan posisi Seungyoon namun pemuda itu malah ikut terbangun karena gerakan Rani.
"Noona!". Tegur Seungyoon, Rani jadi merasa tidak enak karena telah membangunkannya.
"Seungyoon~ah!". Bisik Rani.
"Iya, ada yang kau butuhkan?". Tanya Seungyoon khawatir.
"A-ayo kita berbaring! Punggungku sakit.". Bisik Rani membuat alasan padahal ia tahu punggung Seungyoon lah yang jauh lebih sakit.
"Kita?". Tanya Seungyoon tak merasa yakin dengan apa yang dia dengar. Rani enggan menjawabnya ia hanya menarik tubuh Seungyoon hingga mereka berbaring diranjang bersama-sama.
"Tetaplah seperti ini sampai besok, dan kau harus pergi sebelum aku membuka mata dipagi hari, agar aku berpikir bahwa semua ini hanya mimpi. Jebbal!". Bisik Rani yang menyembunyikan wajahnya didada Seungyoon.
"Arraseo!". Kata Seungyoon yang memeluk Rani dalam selimut. June tidak terlalu tidur sebenarnya, anak itu masih bisa mendengar percakapan mereka. Tapi ia justru tersenyum kecil dalam lelapnya mendengar percakapan Rani dan Seungyoon.
Keesokan harinya Seungyoon dan June benar meninggalkan Rani sendirian dikamarnya, tertidur dalam selimut. June memberi pengertian pada Jiyeon dan Aeri untuk tidak membahas apapun tentang semalam, seolah semuanya hanya mimpi. Seharusnya hari ini adalah jadwal mereka pergi ke Seoul untuk mengantar susu, tapi June membatalkannya karena kondisi Rani. Ia juga harus mengurus Kim Seongchol yang dikurung oleh teman-temannya.
"Dimana June?". Tanya Rani ketika mereka sarapan.
"Aku tidak tahu. Dia bilang ada urusan dengan teman-temannya.". Jawab Seungyoon.
"Sepagi ini?". Tanyanya lagi.
"Mungkin ada sesuatu yang mendesak.". Kata Seungyoon.
June datang ke base camp dan melihat Seongchol yang terikat, June hampir saja memukulinya lagi jika Donghyuk tidak mencegahnya.
"Yakk! Aku menyuruhmu kesini bukan untuk membunuhnya, tapi ada yang ingin aku bicarakan.". Kata Donghyuk.
"Apa?".
"Semalam Bobby menemukan kertas ini di jaket Kim Seongchol.". Kata Donghyuk memberikan secarik kertas yang terlipat empat. June melihat ada nama yang tak asing baginya.
"Bukankah itu cek kosong, June? Cek itu sudah ditandatangani dan ada cap dengan logo SC.". Kata Donghyuk.
"Shin Corporation.". Celetuk June.
"Kau tahu sesuatu?". Tanya Donghyuk.
"Dia pasti memiliki kesepakatan dengan pimpinan Shin Corporation untuk menemukan Noona. Jika tidak, dia tidak mungkin cukup bodoh berpikir kembali ke desa ini, karena seluruh warga desa ingin dia mati. Termasuk aku.". Jawab June.
"Pimpinan Shin Corporation? Siapa dia?". Tanya Donghyuk yang masih belum mengerti.
"Pengusaha sukses di Seoul. Orang yang mengadopsi Rani Noona sepuluh tahun lalu, tapi Noona melarikan diri karena tujuan dia diadopsi hanya untuk menjadi pendonor jantung bagi anak kesayangannya.". Jawab June.
"Heoll. Bagaimana Rani Noona bisa berurusan dengan orang-orang seperti mereka, June?". Seru Donghyuk.
"Entahlah. Yang jelas saat ini aku yang akan melindunginya.". Kata June, Donghyuk mengangguk.
"June! Donghyuk! Gawat!". Seru Bobby yang terburu-buru masuk ke base camp.
"Apanya yang gawat?". Tanya June.
"Beberapa ahjussi mencari Kim Seongchol di desa, mereka bertanya apa ada yang melihatnya disini.".
"Ahjussi?". Tanya Donghyuk.
"Mm, apa mereka polisi dari Seoul? Tapi mereka lebih terlihat seperti preman, atau mungkin mereka interpol? Jika mereka tahu kita memukuli dia bagaimana? Bukankah kita akan dipenjara?". Seru Bobby yang panik.
"Yakk! Jangan panik begitu! Kita selidiki saja dulu apa mau mereka.". Kata Donghyuk.
"Kita temui saja mereka. Kajja!". Ajak June. Mereka pun mengunci Seongchol di base camp dan pergi untuk menemui Red dan anak buahnya.
Jiyeon dan Aerin sudah dengar apa yang dialami oleh Rani dua tahun lalu disini, itulah kenapa mereka sepakat untuk tidak bertanya apapun tentang kejadian semalam. Tapi Aerin tidak bisa menunggu lebih lama untuk membawa Seungyoon pulang. Ini sudah dua bulan lamanya Seungyoon menghilang tanpa kabar. Banyak sekali yang mengkhawatirkannya disana.
"Kau pulang saja duluan, Aerin~ah! Beberapa hari lagi aku akan menyusul, katakan pada mereka bahwa aku baik-baik saja.". Kata Seungyoon yang menolak ajakan Aerin untuk kembali ke Seoul.
"Berapa hari lagi? Kau sudah menghilang selama dua bulan, Kang Seungyoon. Member yang lain mungkin mengerti tapi tidak dengan fans mu. Mereka cemas, mereka menunggumu. Kau tidak bisa terus seperti ini, kau sudah dikontrak untuk bersikap profesional.". Kata Aerin.
"Apa kau menundanya karena dia?". Seru Aerin.
"Aerin~ah!".
"Aku benarkan? Karena kondisinya kau jadi menunda kepulanganmu ke Seoul.". Teriak Aerin.
"CHO AERIN...". Balas teriak Seungyoon.
"Tidak ada alasan baginya untuk tidak kembali ke Seoul. Iya kan, Seungyoon.". Seru Rani yang menghampiri.
"Noona!".
"Aku sudah berjanji padamu untuk membawamu kembali ke Seoul hari ini, tapi kita tidak bisa mengantar susu fermentasi ke Seoul karena kejadian semalam. Kita akan tetap mengantar pesanan susu dalam beberapa hari kedepan. Jadi, kembali ke Seoul denganku atau dengannya itu tak ada bedanya bagimu. Karena kau tetap harus kembali ke Seoul, Kang Seungyoon.". Lanjut kata Rani.
"Kau kembali saja dengannya. Lebih cepat lebih baik.". Tambah Rani yang meninggalkan mereka, Seungyoon mengejarnya dan meraih tangan Rani.
"Kau yakin aku harus kembali ke Seoul?". Tanya Seungyoon.
"Memangnya jika kubilang jangan, kau tidak akan pergi?". Tanya balik Rani.
"Ddangyeonajji.". Jawab Seungyoon yakin.
"Wae?". Tanya Rani menatapnya.
"Karena aku mencintaimu!". Kata Seungyoon, Aerin tidak terkejut tapi ia memang tidak ingin mendengar kalimat itu dari mulut Seungyoon. Apalagi kalimat itu tidak ditujukan untuknya.
"Seungyoon~ah.....".
"Aku sungguh mencintaimu, Noona.". Seru Seungyoon memotong ucapan Rani.
"Tapi aku tidak! Aku tidak!". Seru Rani ikut memotong ucapan Seungyoon. Pemuda itu jelas melihat kebohongan dimata Rani.
"Pergilah! Aku bukan orang yang pantas bersanding denganmu, kau tahu dengan jelas tentang hal itu. Rasamu itu sesuatu hal yang mustahil, Kang Seungyoon. Dunia kita jelas berbeda, ini dan itu tidak akan berhasil. Aku bukan wanita yang pantas untukmu.". Ucap Rani setelah melepaskan genggaman tangan Seungyoon.
"Jangan sok tahu! Hanya aku yang bisa menentukan pantas atau tidaknya kau untukku, Rani. Karena hanya aku yang bisa merasakan sesuatu yang kau bilang mustahil itu.". Kata Seungyoon meninggalkan Rani masuk kedalam rumah. Seungyoon merasa marah pada ucapannya Rani, ia bahkan tanpa sadar mengganti bajunya dengan baju saat dia pertama kali datang ke desa ini.
"Kajja! Aerin~ah!". Kata Seungyoon termakan emosi, Rani terkejut sampai ingin menangis tapi ia tahan. Aerin pun terkejut tapi ia tak mau membuang waktu, ia takut Seungyoon atau Rani berubah pikiran lagi.
Rani hanya bisa melepas dan melihat kepergian Seungyoon, ia masuk kedalam kamarnya dan menangis. Karena hari sudah semakin sore June dan teman-temannya pulang untuk melihat keadaan Rani, namun June tidak bisa menemukan Seungyoon dimana pun. June bertanya pada Jiyeon yang ternyata masih berada dirumah menemani Rani, dan gadis itu menceritakan semuanya pada June. June mengetuk pintu kamar Rani dan menghampirinya.
"Noona!". Panggilnya lembut menghampiri Rani yang duduk termenung dengan mata yang sembab. Rani menoleh.
"Kenapa kau membiarkannya pergi?". Tanya June perlahan, tapi Rani hanya memeluk June sambil terus menangis. June hanya bisa menepuk pelan punggung lemah kakak perempuannya itu.
"Noona! Bagaimana jika kau pergi liburan saja ke Indonesia?". Kata June menawarkan, mendengar itu Rani melepas pelukannya.
"Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti itu?". Tanya Rani. June terdiam. Terlihat kekhawatiran dari mata June.
"June.....". Tegurnya, tapi anak itu tetap saja diam.
"Aku tidak mau, kecuali kau katakan padaku alasan kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu.". Kata Rani.
"Bobby menemukan sebuah cek kosong disaku jaket Kim Seongcheol, cek kosong itu sudah ditandatangani oleh Shin Jae Suk Hwejangnim dan diberi cap Shin Corp, Noona.". Kata June bercerita.
"Mereka berhasil menemukanku?".
"Belum, Noona. Sepertinya Kim Seongcheol berhasil melarikan diri, tapi bukan mustahil mereka akan segera datang untuk menemuimu. Itu sebabnya aku sarankan, selama beberapa bulan saja pergilah berlibur ke Indonesia.". Jawab June.
"Setelah kami pastikan semuanya aman, kami akan menjemputmu kembali kesini, Noona. June benar, ini semua demi keselamatanmu.". Ujar Donghyuk yang ternyata sejak tadi menunggu didepan kamar bersama Bobby dan Jiyeon.
"Jangan khawatirkan aku dan peternakan ataupun pabrik, aku dan mereka akan mengurus semuanya.". Seru June, Donghyuk dan Bobby tersenyum mengangguk mengiyakan.
"Aku juga akan membantu mereka, Eonnie! Pergilah! Tenangkan dirimu dan kembalilah dengan lebih ceria lagi.". Tambah seru Jiyeon menghampiri Rani dengan senyuman. Rani menatap mereka satu persatu.
"Tapi June.....".
"Noona! Seungyoon hyung sudah tidak disini, dan aku tidak bisa mempercayakanmu lagi pada Yesung hyung. Geundae, aku sendiri merasa aku belum mampu melindungimu dari orang-orang suruhan Shin Hwejang. Aku tidak mau mengambil resiko apapun, karena didunia ini yang kupunya hanya kau, Noona.". Kata June menggenggam tangan Rani.
"Aku mohon turuti keinginanku! Pergilah berlibur ke Indonesia. Saat waktunya tiba, kami akan menjemputmu.". Lanjut kata June.
Dengan harapan yang besar June, akhirnya Rani menyetujuinya, segera mungkin June dan teman-temannya mengurus keberangkatan Rani menuju Indonesia, agar tidak terlacak June tidak menggunakan maskapai dari Seoul namun maskapai dari Jepang. Benar, Rani harus pergi ke Jepang baru menuju Indonesia. Kini, tinggal bagaimana June dan teman-temannya mengurus Kim Seongcheol dan orang suruhan Shin Jae Suk Hwejangnim.
BERSAMBUNG...