Chereads / Rahasia dokter tampanku / Chapter 12 - Bisa beradaptasi

Chapter 12 - Bisa beradaptasi

"Kamu mau membodohi saya lagi dengan menyuruh orangmu menyamar jadi, Alanna?" tanya santai Harrison.

Alfred menoleh kearah Alanna lalu kembali menatap kearah Harrison.

"Jadi kamu gak percaya, Harrison?" tanya Alfred tenang. Harrison mengangguk. "Baiklah kalau begitu aku akan..." saat Alfred ingin menebas leher Alanna, tiba-tiba saja Alanna berteriak seperti memberikan kode bahwa dirinya adalah Alanna yang asli.

"Kunci atap gitar!" teriak Alanna dengan kencang. Dan saat Harrison mendengar teriakan Alanna, ia langsung menyuruh Alfred untuk menghentikan niatnya.

"Alfred jangan sakiti dia sedikitpun!" pinta Harrison. Alfred pun menurutinya, ia langsung menyimpan pisau tersebut disaku celananya.

"Jadi sekarang apakah kamu mau jawab pertanyaan Alfred?" tanya Axel mendekati Harrison. Terlihat, Ashley berdiri mematung disebelah Jennifer. Ia tidak bicara atau berbuat apapun di sana.

"Aku.. aku sudah mengkhianati Agen CIA selama du.... apakah kalian ingin mengetahui banget?" ujar Harrison yang tiba-tiba saja mengalihkan pembicaraan.

"Hmm terserah kamu saja. Jika kamu tidak mau jujur ya itu keputusanmu," jawab tenang Alfred yang langsung dipelototi oleh semuanya.

"Loh... kenapa?" tanya Alfred memasang wajah polosnya saat dirinya dipelototi oleh semuanya.

Jennifer berjalan dan berdiri didepan Harrison. Ia mengeluarkan sebuah pistol dan berniat untuk menembak mati Harrison.

"Begini ya, Harrison. Kami, terutama aku sudah lama bekerja sebagai anggota Agen CIA. Kami lakukan yang terbaik agar misi berhasil, tapi ternyata... orang yang kami ikuti semua perintahnya adalah pengkhianat. Kamu gak pernah gitu ngerasa bersalah? mikir bagaimana sakitnya hati saat dikhianati?" ujar Jennifer yang membuat semuanya heran.

"Tumben Jennifer baperan, biasanya dia yang paling cuek dan gak peduli apapun," celetuk Judith dengan suara yang pelan.

"Mungkin ada sesuatu dibalik persahabatan mereka, bisa saja kan? apalagi Jennifer yang paling lama menjadi anggota CIA," jawab Carl curiga. Judith terdiam seraya mengangguk-angguk.

"Aku...aku... aku sungguh kecewa dengan mu Harrison. Sorry," Jennifer mengangkat pistolnya dan menarik pelatuk nya. Namun, Alfred langsung mengarahkan pistol keatas dan merebutnya dari Jennifer.

"Tolong jangan gegabah, Jen," bentak Alfred sembari merebut pistol Jennifer.

"Alfred, give me my gun! you don't know anything (Alfred, berikan senjataku! kamu tidak tahu apa-apa)," pinta Jennifer namun Alfred tak menurutinya.

"No," singkatnya. Alfred menatap kearah Axel dan Emma kemudian mengangguk. Saat itu juga Axel dan Emma menyeret tubuh Jennifer keluar dari ruangan tersebut dan membawanya ke suatu ruangan lainnya.

"Do not hold me! I will kill you all. Help!!! (Jangan pegang aku! Aku akan membunuh kalian semua. Tolong !!!)," teriak keras Jennifer saat dirinya diseret oleh Emma dan Axel.

"Hmm benar sepertinya ada hubungan khusus antara Jennifer dan Harrison hingga Jennifer gila begitu," ujar Judith pada Carl.

"Yapz, sudah kuduga.."

Mereka kembali mengintrogasi Harrison namun kini bukan Alfred yang bertanya melainkan Carl.

"Ngomong-ngomong ada hubungan apa kamu dengan Alanna hingga kamu begitu peduli dengannya? terus... hmm kenapa kamu mengkhianati Agen CIA selama ini? kenapa kamu selama ini memanfaatkan kami seperti budak mu?" tanya Carl. Ashley terus saja menunduk, Alfred yang melihat itu mendekatinya lalu berbisik.

"Setidaknya kamu tidak punya hubungan spesial dengan Harrison," bisik Alfred. Ashley menoleh lalu angkat bicara.

"Enak saja. Aku gak punya hubungan apapun dengan dia, hanya sebatas rekan kerja. Tapi kalau lihat dia seperti ini aku jadi ingat dengan sahabat lamaku dulu. Dia selalu membelaku hingga akhirnya dia diintrogasi oleh keluargaku seperti ini," jelas Ashley pada Alfred.

"Ha? Is it true? (Ha? Benarkah?)," Alfred menoleh kearah Ashley saat Ashley menjelaskan.

"Yes. Makanya aku hanya diam disini," singkat Ashley.

"Hmm, oke," Alfred berpikir kenapa penjelasan Ashley sama seperti yang pernah dialaminya di masa lalu? mungkinkah ini kebetulan atau...?

"Alfred benar, kan?" tanya Carl spontan.

"Hmm?" Alfred menatap kearah Carl. "Ya betul aku sudah kirim semua bukti-bukti ke kepala bahwa kamu adalah pengkhianat," ujar Alfred seraya berjalan mengarah Harrison.

"Benarkah?" tanya Harrison dengan santai. Alanna terus menatap kearah Alfred dan kawan-kawannya dengan tatapan tajam.

"Jangan sakiti Harrison! aku akan memberitahu semuanya!" tiba-tiba saja Alanna bicara membuat semuanya tertuju pada dirinya.

"Pliss jangan sakiti dia sedikitpun. Aku janji akan turuti kemauan kalian," Alanna kembali bicara yang membuat Harrison melototi nya

Alfred berjalan mendekati Alanna dan berdiri di samping Alanna. Ia menatap kearah kawan-kawannya yang berdiri menatapinya.

"Sudahlah biarkan mereka berdua dulu disini. Kita keluar saja yah, lagipula kalian semua seharusnya beristirahat kalau tidak luka yang kalian alami akan semakin parah. Oke?" pinta Alfred yang dituruti oleh semuanya.

Akhirnya mereka keluar dari ruangan tersebut, Alfred mengunci pintu ruangan yang terdapat Harrison dan Alanna kemudian berjalan menuju ruang tamu.

Sesampainya diruang tamu, Alfred mengobati teman-temannya yang terluka meski mereka terlihat sudah baik-baik saja.

***

"Memang dokter kalau masalah medis pasti paling cerdas. Benda tidak berguna pun kalau ditangan dokter pasti bisa deh berguna," ujar Ashley yang ada disampingnya.

"Hmm tentu dokter cerdas masalah medis kan diajarkan medis saat sekolah kedokteran," singkat Alfred sembari tersenyum seraya mengobatiJudith. "Judith, luka mu yang paling parah diantara yang lainnya. Lebih baik kamu istirahat saja hingga kondisi mu membaik, oke?" ucap Alfred pada Judith.

"Ya udah deh. Padahal kamu tahu sendiri kan kalau misalnya aku tidak bisa berdiam diri saja?" jawab Judith yang gelagat nya seperti tidak mau menuruti perintah Alfred.

"Tapi ini demi kesehatan mu, Judith. Jadi bersabar ya?" Alfred terus saja mendesak agar Judith mau menurutinya. Judith akhirnya pasrah, ia berjalan masuk kedalam kamar untuk dirinya dan beristirahat disana.

Kini di ruang tamu yang tersisa Alfred dan Ashley sedangkan yang lainnya berada dikamar masing-masing.

"Aku tidak menyangka bahwa dokter yang merawat Mama dan sepupuku adalah kamu. Keren ya, kamu. Bisa beradaptasi! saat di rumah sakit kamu terlihat ramah, pendiam dan baik. Saat kamu sedang menjalani tugas seorang Agen CIA kamu bersikap dingin dan tegas. Semua pasti harus bisa dilakukan demi kepentingan bersama," Ashley sedikit memuji Alfred.

"Ya itulah pentingnya punya lingkungan yang berbeda-beda. Jadi kita bisa belajar menyesuaikan diri," singkat Alfred. "Hmm wajah mu pucat, lebih baik kamu istirahat saja daripada nanti jatuh sakit," pinta Alfred.

"Hmm yapz. Kamu juga ya," Ashley berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Alfred menatapinya meskipun hanya melihat punggungnya saja tidak wajahnya.

Namun saat Ashley berdiri didepan kamarnya, Ashley menoleh. Dan buru-buru Alfred langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain agar tidak terlihat ia memandangi Ashley.

Ashley tersenyum dan masuk kedalam kamarnya. Seusai itu, Alfred berjalan ke suatu ruangan untuk mengawasi gerak-gerik Harrison dan Alanna. Mungkin semaleman ia bisa tidak tidur demi menjaga dua musuh tersebut.