Chereads / Cinta Berkalang Dusta / Chapter 4 - IV

Chapter 4 - IV

Hari berganti hari, Bee menjalani kembali rutinitas hariannya. Putik cintanya mulai bertumbuh, walaupun tak sempurna tapi dia sangat bahagia. Ryan berkali-kali menelfonnya dalam satu hari, setiap harinya. Jadwal malam hari adalah mendengarkan Bee menceritakan rutinitasnya sepanjang hari itu dan akan ditutup dengan ciuman jauh keduanya. 

Di akhir pekan Ryan akan menghabiskan waktu bersama Bee. Menginap di hotel terdekat dimana Ryan akan bermain golf esok harinya. Atau sesekali menginap di rumah orang tua Bee. 

Dibalik kemandirian dan ketenangan seorang Bee, dia sesungguhnya adalah wanita yang manja. Saat mulai diterima kerja, usianya masih sangat belia, baru saja menginjak angka kedewasaan, duapuluh tahun. Tapi penampilan dan sikapnya mirip anak kelas satu Sekolah Menengah Tingkat Atas. 

Wajahnya imut, innocent dengan tinggi rata-rata wanita Indonesia seratus enampuluh centi meter. Tubuh yang langsing, tegap gemulai, terbentuk karena dia sudah menari dari taman kanak-kanak. Kulitnya yang bening di wariskan dari pihak bapak, begitu juga struktur wajahnya, Bee adalah miniatur bapaknya almarhum dalam segala hal versi wanita. 

Bapaknya, lingkungan kerja dan waktu, adalah sekolah kehidupan bagi Bee. Semakin bertambah usia, dia semakin mampu menutupi kemanjaannya, apalagi setelah dia harus kehilangan bapak untuk selama-lamanya  diusianya yang menginjak duapuluh empat tahun. Tidak ada lagi tempat dia berbagi, tidak ada lagi yang membelanya. Bee semakin tertutup sebagai bentuk proteksi diri. Dia belajar bersikap tegas, dia belajar menjadi seorang leader dari apa yang dia lihat dan dia ingat akan almarhum bapak yang memang seorang pimpinan. 

Setahun dia bekerja, supervisornya meminta dia untuk mengajar rekan-rekan kerja di divisi administrasi, saat itu, Bee satu-satunya tenaga ahli dibidang komputerisasi, dia menangani pemrograman khusus perpajakan. Maka itulah tugasnya, memperkenalkan apa saja yang jadi tugasnya. 

Jam mengajarnya malam hari, dan Bee lebih suka menukar kostum resmi bekerjanya dengan pakaian santai kaos berkerah dipadukan celana pendek sedengkul. Maka Bee menjadi pemandangan langka yang menarik ditengah rekan-rekan kerjanya. Bee ditempatkan disatu divisi yang menangani perpajakan perusahaan, dan divisi ini menempati gedung sendiri jauh terpisah dari induk semang berkilo-kilometer, dimana disitu hanya berjumlah limabelas orang termasuk supervisor yang menjadi pimpinan tertinggi. 

Dia paling muda, ada satu rekan kerja wanitanya berselisih usia sangat jauh. Disanalah dia mengenal tunangan keduanya, yang berakhir sama persis dengan pria pertama yang melamarnya saat dia masih dikelas dua sekolah menengah tingkat atas. Wanita mana yang tidak akan mengejar pria bermasa depan cerah lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara?! Kedua tunangan Bee adalah seorang Akuntan dan keduanya direbut oleh wanita-wanita agresif yang berani melakukan apa saja demi masa depan yang cerah. 

Tunangan hanyalah sebuah janji manusia, tidak ada apapun yang menguatkannya secara agama dan hukum negara. Bee yang muda dan tidak faham kerasnya kehidupan, memilih diam saat tunangannya menghianati. Berat, karena keduanya bernaung dibawah satu atap dimana Bee dan Bapaknya bekerja. Bee tetap bersikap biasa saat di kantor. Menenangkan hati dan menjaga emosinya ketika divisinya menghadiri pernikahan tunangannya dan menjenguk bayi pertama mereka saat lahir. 

Semua itu membuatnya nekad saat begitu tahu Ardan tergila-gila padanya. Walaupun dia tahu Ardan tidak akan pernah dia pilih kalau saja dia tidak dalam kondisi patah hati. Kehidupan Ardan begitu hedonis, bebas dan liar. Dia memuja dan menganut kebebasan kaum barat. Bee yang lugu tak pernah tahu bahwa Ardan juga seorang pemabuk, bahkan Bee sendiri tak tahu seperti apa bau berbagai macam minuman beralkohol. 

Walaupun Bee hidup di metropolitan, tapi dia lahir dari keluarga yang fanatik dan agamis. Bapaknya apalagi, begitu memproteksi anak gadisnya. Seminggu sekali kamarnya pasti akan disidak, tak ada celah yang terlewatkan. Bahkan kasur akan diangkat untuk memastikan tak ada barang haram tersempil disitu. Buku-buku bacaan juga tak terlewatkan untuk dipilah-pilah, kali-kali saja anak gadis remajanya juga hobby membaca buku porno?! 

Apapun yang Bapaknya lakukan untuk menjaganya dia tidak pernah protes. Saat Bee di sekolah menengah tingkat atas, dia tidak lagi berlangganan antar jemput sekolah. Jarak sekolah yang jauh, belum lagi di jam-jam pulang sekolah, begitu sulitnya mendapatkan supir metromini yang berbaik hati untuk mengangkut pelajar di terminal Blok M. Maka para pelajar akan berjuang berebutan mengejar bus yang sengaja terus melaju. 

Seringkali Bee terlambat pulang ke rumah, apalagi pernah suatu hari terjadi kecelakaan kereta di daerah Bintaro, hingga membuat akses jalan yang terhubung ke daerah itu, macet total. Bee sampai di rumah sudah sangat larut, mendapati bapaknya menunggu di teras dengan wajah yang sangat cemas. 

"Kenapa sampai selarut ini nak?" 

"Tidak kebagian bus lagi?" 

"Ada kecelakaan kereta di Bintaro, pak. Macet parah"

"Betulkah begitu nak?!" bapaknya kembali bertanya sambil tangannya mengelus rambut Bee. 

Pak Djitno adalah seorang bapak yang sabar, sikap dan tutur katanya sangat terjaga dan halus. Terutama kepada Bee. Maka tak heran, saat Bee kehilangan bapaknya untuk selama-lamanya, dia mengalami masa berkabung yang tak pernah berakhir. 

Selain karena restu ibunya, sosok Ryan yang ngemong, membuat Bee nyaman dan menerima pinangan Ryan, bukan tanpa pertimbangan tentunya. Dia pernah mengalami masa dimana kebahagiaannya direbut. Bahwa sesungguhnya sisi kemanusiaannya sebagai wanita, dia pun tak ingin melakukan hal yang sama, tak ada alasan apapun. Tapi kini...?! Apapun alasannya dia sudah menjilat ludahnya sendiri. "Cinta mereka berkalang dusta"

Ryan, memiliki karir yang bagus di lembaga keuangan milik negara. Hidupnya mapan. Dan pria seusia dia, tentu tidaklah sendiri lagi. Ryan menceritakan semuanya kepada bu Sundari ibu nya Bee, saat dia melamar Bee. Bee sendiri tak bisa memutuskan, bahkan tidak punya kemampuan untuk memutuskan. Seandainya pun dia sudah tak memiliki ibu lagi. Terlalu banyak pertimbangan baginya untuk menikahi Ryan saat ini?! Walaupun benih cintanya mulai tumbuh. Entahlah, seiring berjalannya waktu?! 

Kini posisinya adalah sebagai nyonya Ryan, dan dia harus rela hidup sebagai bayang-bayang Ryan, bukan berada di samping Ryan, menggandeng lengannya, dimana semua orang yang mengenal Ryan dan dia, tahu bahwa mereka adalah pasangan suami istri. Bee harus menyembunyikan Ryan dari siapapun. Walaupun secara syariat diperbolehkan dengan syarat dan ketentuan tentunya. 

Anaknya tiga orang, si sulung laki-laki, sudah duduk di kelas terakhir sekolah menengah tingkat pertama. Anak tengah satu-satunya perempuan lebih muda lima tahun dan si bungsu laki-laki yang masih di taman kanak-kanak. Istri pertama Ryan sama-sama dari tanah melayu. Ryan tidak pernah menjelekan sedikitpun istri pertamanya kepada Bee. 

Dan Bee pantang bertanya, "Sebaiknya jangan mengorek-ngorek dan ingin tahu segala hal yang bukan wilayahnya dan ngga penting, justru itu akan menumbuhkan kecemburuan dan luka bathin yang dibuat sendiri" begitu prinsipnya. 

Hingga suatu masa setelah Ryan menikahi Bee, Ryan membawa Bee berkunjung ke kediaman adik kandung Ryan yang ternyata juga bersebelahan rumah dengan keponakannya di Jogja. Mereka menginap tiga malam, empat hari. Ayu keponakan Ryan begitu cermatnya mengamati Bee dan Ryan. Dan disaat Bee hanya sendiri, Ayu menghampiri. 

"Tante, awalnya Ayu tidak suka dan tidak setuju kalau pak long menikah lagi. Kami semua lah tidak suka!" 

"Tapi setelah beberapa hari, Ayu perhatikan, cara tante memperlakukan pak long. Dan Ayu melihat pak long sangat bahagia, ceria dan banyak tertawa, akhirnya Ayu faham."

Ayu diam sejenak dan menatap mamanya, adik kandung Ryan, mereka saling berbicara dalam tatapan mata yang penuh makna. Sekali tarikan nafas, Ayu kembali melanjutkan. 

"Selama Ayu mampu mengingat, pak long belum pernah sebahagia itu yang Ayu lihat."

"Sikap tante dan pak long, menjelaskan segalanya. Menurut mama, sedari awal pak long menikah dulu, ya tidak pernah terlihat seperti saat ini. Selain itu juga tante... hmmm kami tidak pernah ke rumah pak long, gemana ya?! Sekali aja kami kesana, itupun karena dipaksa-paksa pak long. pak long lah yang sering ke Jogja kalau pak long rindu kepada kami." 

"Jika taqdir menetapkan kehadiran mu Bee dalam hidup abang, dan memberikan kebahagiaan pada abang, maka tetap jadilah seseorang yang membawa kebahagiaan kepada kami?!" Tambah mba Lia, mamanya Ayu. 

Senja di Jogja berwarnya lembayung pekat gelap, warna ungunya hanya semburat. Bee merasa dia sedang di introgasi. Entah apa rasa yang ada di hatinya, haru, sedih atau kah bahagia, setelah mengetahui kebahagiaan Ryan adalah dirinya.