Chereads / That Senior Is My Boyfriend / Chapter 5 - Forget To Remember (2)

Chapter 5 - Forget To Remember (2)

Apa yang gue lupa dan apa yang gue ingat? Ahh... Kadang gue lupa sedekat apapun gue dengan Angga tetap ada yang gue sembunyiin. Perasaan gue salah satunya, karena itu gue bertekad buat lupain perasaan gue sama Angga. Gue rasa Anggapun kayak gitu, sedekat apapun tetap ada yg dia sembunyiin. Bagi sebagian orang merokok adalah hal yang wajar, gue pun adalah salah satu yang menganggapnya wajar. Tapi mergokin Angga yang ngerokok dihadapan gue... Gue ngerasa kecewa, yang gue ingat Angga adalah satu dari sekian banyak orang yang menentang rokok. Gue tahu kalo Angga sudah cukup dewasa, cukup tahu mana benar dan mana yang salah. Tapi kenapa? Angga kenapa? Lo jadi orang yang ngejilat ludah lo sendiri?

"lo ngerokok?" ayu tampak kaget dengan apa yang ia lihat.

Angga membalas hanya tersenyum manis, kemudian mengambil rokoknya dari tangan ayu dan menghisap rokoknya. Ayu langsung duduk di samping angga dan bertanya "sejak kapan?"

"udah lama" jawab angga santai

"kenapa?"

Angga diam sejenak mengingat, lalu tersenyum kearah ayu "ternyata rasanya enak"

Ayu diam, terlihat jelas dimata Angga bahwa ayu kecewa pada dirinya yang seperti ini.

"lo kenapa?" tanya angga

"gak... Cuman ya.. Kaget aja, gak nyangka juga"

"emang dosa banget ya kalo gue ngerokok?"

"hah? Mm.. En..gak sih. Tapi merokok kan gak baik buat kesehatan"

"bener sih" ucap angga memperhatikan rokok yang menyangkut di jemarinya. Angga kemudian mematikan rokoknya yang masih tersisa banyak.

"kenapa dimatiin?" tanya ayu

"kayaknya lo gak suka liat gue ngerokok"

"emang itu penting? Sejak kapan lo peduli gue suka atau gak?"

"sejak detik ini gue peduli terhadap apa yang lo suka dan gak"

Ayu hanya diam, merasa aneh. Ayu merasa sejak insiden salah kirim surat itu Angga jadi sedikit berubah.

gue mikir apa sih? kan udah jelas angga buang surat cinta dari maba. Termasuk surat gue! Gak mungkin Angga baca surat gue, jangan berharap berlebihan yu! jangan! Dia berubah karena udah punya cewek, titik. Jan GEER

Plakkk

Ayu menepuk kedua pipinya membuat Angga menatap heran ayu.

"lo kenapa?" tanya Angga

"hah? enggak, gue ngantuk aja hehe. Btw bunda udah tahu, lo ngerokok?" tanya ayu mencoba mengalihkan agar Angga tak mencari tahu alasan sebenarnya ayu menepuk kedua pipinya.

"apa perlu gue bantu biar lo gak ngantuk lagi?" Angga menempelkan kedua tangannya kepipi ayu

"eh.. lo mau ngapain?" ayu mulai protes

Angga tak peduli dengan ayu yang protes, angga memainkan kedua pipi ayu menaik turunkan, dan mencubit gemas.

"ahhkk! angga apaan sih! tangan lo bau rokok!" ayu melepas paksa tangan angga dari pipinya

"biar lo gak ngantuk"

"udah gak ngantuk tuh" sebal ayu "angga bego, lo belum jawab pertanyaan gue tadi"

"yang mana?"

"itu bunda tahu lo ngerokok?

"tahu kok"

"trus?"

"tanggepannya persis, kayak lo"

"trus?"

"yaudah, gue dimaklumin"

"udah gitu aja?"

"trus lo mau gue bilang apa?"

"masa cuma itu sih? Bunda nisa gak marahin lo gitu? bilang ngerokok itu gak baik buat kesehatan"

"yah di marahin sih, tapi gue skip ceritanya"

"bener-bener lo... gak deng, gue ganti pertanyaannya. Setahu gue lo itu pengikut sekte aliran anti rokok, kok tiba-tiba lo malah ngerokok?"

"anjay... pengikut sekte aliran! wkwkwk" angga tertawa "gak tiba-tiba, lo nya aja yang baru tahu"

Mendengar jawaban Angga membuat Ayu kesal.

"dasar nyebelin"

"lah malah lo yang sewot. Lo sendiri kenapa pusingin gue yang ngerokok? Lo kan salah satu pengikut sekte aliran mewajarkan orang yang merokok" angga balas dengan meledek.

Karena gue suka sama lo! Mana bisa gue biarin dan tutup mata liat orang yang gue suka ngerusak diri sendiri.

Ayu memilih diam, meski kenyataannya memang ayu tak mempermasalahkan itu tapi saat melihat orang yang disayangi melakukan hal demikian membuat ayu tak terima kenyataan. Tapi jujur dengan perasaannya pada Angga sekarang lebih berat untuk di ungkapkan.

"Ga... Rokok itu membuka pintu untuk masuk ke lingkup yang gak sehat" ayu ngeles tak mau kalah

Angga tertawa mendengar ayu. Ia mengacak rambut ayu

"lo khawatirnya terlalu jauh"

"isss angga! gue kan udah bilang jangan acak rambut gue!" protes ayu memperbaiki rambutnya "siapa yang tahu? Lo aja yg nolak rokok jadi ngerokok"

"bawel"

"iyalah gue bawel, lo kan udah gue anggep sebagai saudara, kakak, sekaligus sahabat. Coba deh kalo lo tau gue ngerokok? Lo bakal diam aja gitu biarin gue? Gak kan"

"hm..." angga tampak berfikir lalu tersenyum " bener sih, jadi sekarang lo mau gue gimana?"

Loh? Dia peduli sama pendapat gue? Emang ceweknya gak ngelarang? Kok nanya gue?

"kenapa lo nanya gue? Ya lo pikirin diri sendiri dong, rokok gak baik buat kesehatan. emang cewek lo gak ngelarang?"

"Ngelarang sih. Baru tadi dia ngelarang, dia gak bilang sih tapi kayaknya dia gak suka kalo gue ngerokok tapi ngerokok atau gak bakalan mati juga kan?"

kan udah gue duga, jangan Ge Er yu!

"emang iya, semua yang bernyawa bakal mati. Tapi setidaknya kalo gak ngerokok jangka hidupnya lebih panjang"

"ah masa sih? Gue pernah liat aki-aki ngerokok dan masih hidup"

"anjirrr... Kenapa lo tanya mau gue apa kalo lo banyak ngelesnya?"

"lo kan gak ngasih kejelasan atas tindakan gue"

Ayu lagi-lagi diam, ia mengingat kembali 30 detik lalu apa yang ia katakan.

"hei.. Bambank! Emang pernah lo turutin kemauan gue? Nyebelin gue mau pulang. Ngerokok sana sampai paru-paru lo rusak! mati rasaiin!"

"eh pulang sama siapa lo?"

"sendiri"

"bareng aja"

"gakk!"

"idih ngambek"

"bomat"

"singgah di kedai xyz, masih gak mau?"

Dengan berat hati Ayu kembali

"traktirkan?"

"Sejak kapan lo yang bayar kalo gue yg ngajak?"

"yaudah ayo"

Angga tersenyum, ia meraih tangan ayu menuntunnya untuk mengikuti.

"Ga lo ngapain pegang tangan gue? kalo cewek lo liat gimana? gue gak mau yah disalah pahami" protes ayu

"biar gak ilang, santai aja dia tahu kok kalo lo gue anggep sebagai adek gue" jawab angga

Adik katanya... aduh ayu, lo ngarep apa sih.

"lo pikir gue bocah yang gampang ilang di pasar malam?" kesal ayu lagi-lagi disadarkan pada kenyataan bahwa Angga tak memandangnya sebagai perempuan.

"iya, emang gue baru kenal lo sehari? Dari kecil lo kan suka hilang kalo di ajak ke pasar malam"

"itukan dulu, waktu itu gue masih kecil masih bocah. Sekarang kan gue udah gede. Udah kuliah! Udah dewasa! Yakali ilang"

"bagi gue lo masih bocah"