"Tak usah banyak bicara.. lebih baik anda balik badan. Pintu ada disana. Mungkin anda amnesia mengenai letak pintu. Biar saya beritahu.. Pintu keluar ada dibelakang anda. " Diva mendesis kesal. Ia muak melihat raut nakal Tio yang tak kunjung hilang.
Divapun memilih duduk kembali berusaha bersikap tenang.
"haha... Divaaaa.. Diva..." Tio berdecak sambil menggelengkan kepalanya.
"Saya sibuk.." tukas Diva. Ia bingung harus mengatakan apalagi. Yang penting Tio harus lenyap dari pandangannya segera.
"Apa kamu takut aku tahu.. kalau sebenarnya kamu bohong sama aku soal pernikahan yang kamu karang itu.. Sama ustadz yang katanya minggu depan.. Haha.. dan sekarang buktinya gak ada...."
"Minggu depan kan.. bukan sekarang?.. kenapa anda menanyakan buktinya sekarang?." sergah Diva.
"Ya walaupun belum minggu depan.. tapi seenggakanya udah ada bukti bahwa dia memang calon kamu.. saya baru inget.. harusnya saya cek waktu itu. Jari kamu... mana cincin tunangannya...?."