"Iya..." jawab Reza dan Adam kompak dengan raut bingung. Buat apa menanyakan hal biasa itu?. Anaknya hanya mengigau dengan memanggil dirinya, memangnya kenapa?. Itu tak salah kan?.
Citra terdiam. Ia membuka mulutnya sesaat lalu tertutup lagi. Seperti ingin mengatakan sesuatu namun selalu urung dilakukan. Pandangannya juga terlihat kosong. Dahinya mengernyit entah memikirkan apa.
"Maaf bu giliran punya saya." Reza mendorong perlahan skripsi miliknya yang di anggurkan Citra.
"Maaf teh nya baru sampai... " ucap Desi kembali dengan nampan berisi tiga cangkir teh. "Silakan di minum.. mas, mas.. Bu " ucapnya sopan.
Citra tergugah dari lamunannya.
"eee.. Oke tinggal punya Reza ya..." ujar Citra seraya mendesah lega. Ia tak mengatakan apapun lagi dan segera membuka lembar demi lembar skripsi milik Reza. Diam diam ia menarik senyum samar.