Empat jam lalu di rumah Yumna.
"Maaf mba.. Bu Citra baru aja pergi... mba Yumna juga.. bareng mas Zaky..keperpus katanya." Ucap Desi dengan sopan. Diva tersenyum manggut manggut. Rencana pertama berhasil. Membawa gadis SM itu masuk kezona nyaman pertamanya. dan mengenai Citra. Yaah... Diva memang tak ingin menemui perempuan itu
"Anda bisa duduk disini... saya perlu beberapa informasi yang mana anda bisa menjawab semampunya..." Ucap Key tampak serius. ART tersebut mengalihkan pandangan pada Key. Alisnya bertaut heran. ini adalah pertama kali ia melihat perempuan bersetelan rapi itu. sedikit tegang rasanya.
"Duduk mba...gak papa...lagian pegel kan berdiri." Ucap Diva memberi pengertian. Desi tersenyum kikuk dan perlahan duduk dengan sungkan. Pikirannya berkecamuk gelisah. apa dia punya masalah?.
"Ngomong ngomong.. m..ma..mau nanya apa ya?.." ucap Desi to the point meski terbata bata. Ia mendekap nampan makin erat. Raut cemas jelas kentara di wajahnya. Menyadari duduknya yang mensejajari dua wanita kalangan atas. Kepentingan mereka harus cepat diatasi. Ia tak nyaman berlama lama dalam suasana ini. Rasanya ia melanggar attitude sebagai pembantu rumah tangga. keringat dinginpun mulai luruh dipelipis.
"Hihi..Biasa aja kali mba... ni temen saya..kenalin... namanya key,,, Keyza....." Diva terkikik melihat tingkah tak biasa dari ART itu. Key mengulurkan tangan mengajak berjabat. Desi ragu ragu menyambutnya. Pada akhirnya keduanya bersalaman.
"Maaf... urutannya salah... belom kenalan malah langsung keinti...ckckck.... pikiran aku kemana ya...." Key berdecak heran. lantas meringis, melempar pandang ke Diva.
"Haha... santai aja." Timpal Diva lalu menyeruput teh yang disajikan.
Key menghela nafas. Sebagai Psikolog, ia semakin sibuk akhir akhir ini. Ditambah lagi persiapan pernikahannya semakin membuat rumit. Ia bisa saja menyuruh orang lain untuk mengatur semua masalah wedding party. Namun ia takut hasilnya diluar ekspektasi. Jadilah konsentrasinya terpecah kemana mana.
Disaat kayak gini Diva malah menyeretnya dalam urusan antara 'Hidup dan Mati'. Entah apa maksud Diva. Key sangat penasaran untuk mengulik alasan dibalik semua itu. Tentang Diva dan anak SMA berkebutuhan khusus bernama Yumna. Meski begitu ia hanya bisa menurut patuh.
Diva sungguh tak main main dengan niatnya.
Setelah menempuh pendidikan dokter dan diikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dalam ilmu kedokteran jiwa selama empat tahun. Ia malah dengan suka rela ingin mengobati Yumna tanpa biaya sepeserpun dan tanpa disuruh siapapun pula. Itu hal yang aneh bagi Key. 'Sekolah biar dapet kerjaan..dan kerjaan biar dapet duit...trus apa lagi?' Pemikiran Key jelas berbeda.
Saat itu Key sampai mati matian menolak tawaran Diva untuk membayarnya. Karena meski begitu jiwa setia kawannya masih ada. Dengan terpaksa Key bersikukuh untuk membantu Diva sebagai 'Teman' bukan sebagai 'Dokter Psikolog'. Iya, apa arti persabatan mereka jika bantuan pun masih diperhitungkan dalam bentuk uang? begitu pikirnya.
Dengan statusnya sebagai Psikiater dan Key sebagai Psikolog, Diva yakin kerjasama ini bisa memudahkan usahanya untuk menyembuhkan Yumna. Ya walaupun sejauh ini secara teknis ia belum mendiagnosa gadis itu. Diva pernah menduga kuat bahwa Yumna mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Trauma yang berkelanjutan sampai menghambatnya melanjutkan hidup. Yaah... kepribadian anak itu membuatnya miris.
Secara emosional Yumna sudah mati rasa bertahun tahun. Dan tuduhan bisu dan tuli pasti makin menyudutkannya. Ya..Diva sepenuhnya percaya pada ucapan Zaky. Ia begitu optimis. Sebab itu ia berpikir bahwa Yumna mengalami Mutisme selektif karena sebab trauma. mungkin..
Padahal fakta yang sebenarnya belum jelas. Penelitian pun belum ada yang membuktikan bahwa penyebab Mutisme selektif terkait dengan pelecehan ,pengabaian atau trauma.
Key menarik nafas dan menghembuskan perlahan. Sekarang ia harus fokus fokus fokus.
" Pasti anda sudah lama bekerja disini..benar bukan??." tanya Key memastikan. Desi mengangguk pasti.
"Saya mulai bekerja disini umur 21...sekarang saya 26 tahun... jadi kira kira lima tahun."
"Waah kita seumuran..?!." ucap Diva dan Key bersamaan. Mereka tampak tak percaya. Terperangah beberapa saat.
"Emangnya saya kelihatannya berapa?." tanya Desi malu malu.
"Hmm... Ya kirain lebih tua... hehe." Key terkekeh. "Peace." lanjut Key meringis seraya memamerkan dua jarinya.
"Setua itukah muka saya?? padahal saya belom nikah.." Desi menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Sama...kita juga belom nikah...ya kan Div?.." Key sedikit menyikut Diva.
"Apaan sii...kamu bentar lagi ya.." ucap Diva sewot. Ia cukup iri dengan nasib sahabatnya itu. Mereka dulu bertekad untuk sama sama gak pacaran selama kuliah.
"Inget ini.. Pacaran itu awal menuju patah hati. Sedangkan jomblo itu awal dari pernikahan yang tertunda. so, jomblo itu pilihan!, bukan takdir." Kata kata itulah yang menjadi semacam semboyan bagi Diva dan Key dulu.
Namun tetap saja, Key hanya perlu enam tahun kuliah untuk mendapat gelar sarjana psikologi sampai megister psikologi. Dibanding dengan Diva yang butuh waktu 8 tahun.
Karena selesai dua tahun lebih dulu. Key jadi berhasil bertemu jodoh lebih dulu pula.
"Oh iya...lupa... sorry khilaf....seinget aku calon suami aku kan Suho oppa. Jadi masih berkarir gitu deh..." Key mengendikan bahu. dan memasang ekspresi yang memuakan dimata Diva.
"Cih! suka kok sama oppa oppa... cintai produk dalam negeri donk.." Diva mendecih sebal.
"Di Indonesia juga banyak oppa oppa ko mba. tapi ya masa cari yang tua... yang muda kan banyak.." ujar Desi berniat menengahi dengan tampang polosnya. Padahal dia gak nyambung sama sekali!.
"Desiiiii.....pengen tak hiiih..." Diva gregetan sekali dengan tingkah udik cewek satu ini. Kenapa muka polosnya gak ilang ilang?!.
"Gini gini aku mau nikah sama orang sebangsa dan setanah air. Aku cinta produk indonesia!! indonesia jaya! merdeka!." ucap Key mengebu gebu.
"Oo..selamat ya mba..." Desi langsung menjabat tangan Key. Dan dilanjut bertepuk tangan yang langsung dibalas tatapan malas oleh wanita bernama Diva.
"Udah perayaannya??...sekarang balik lagi ketopik inti... tadi sampai mana?." ucap Diva sengaja mengusaikan bahasan tak mutu itu. umpatan kekesalannya sudah sampai kekerongkonan. Tercekat begitu ia sadar tujuan semestinya.
Key menggerutu pelan. "Bilang aja iri huh!." lirihnya. Seketika mata Diva berkilat tajam. membuat Key mendadak ciut. meringis takut takut.
"Oh iya kita tadi bahas sampai umur kan Des..?.." Seru Key menutupi rasa ngerinya terhadap Diva. Sebuah pulpen menjadi mainannya kini. Berputar putar di sela jari lentiknya. Hmm Sedikit mengusir bayangan dirinya sendiri yang hampir dicabik cabik Diva.
"Nah iya itu.. ..jadhi gak usah terlalu kaku... bahasanya itu lho bikin saya teghang tadhi.."
seru Desi dengan aksen medok yang sangat kental. Key tergelak beberapa saat. Sedangkan Diva hanya tersenyum sekilas lalu menghela napas.
"Oke mulai lagi..." ujar Diva.
"Aku gak mungkin berani nanya nanya ke kak Citra.. jadi aku harap kamu bisa gantiin sebagai wali terdekat." Key berubah serius kembali. Desi tertegun. Hatinya sebenarnya ingin mengelak. Ia hanya seorang pembantu dan tak lebih dari itu.
"Sejak kapan Yumna benar benar berhenti bicara??" tanya Key dengan pelan dan jelas.
Desi mulai bercerita. Ketika ia datang dalam rumah ini. Ia pikir Yumna hanya seorang anak kecil yang pendiam. Selain jarang bicara. Suaranya juga sangat kecil. Anak itu benar benar pemurung. Ditambah lagi sifat Citra yang sangat emosional. Bahkan untuk kesalahan sepele pun Citra tak segan mengintimidasi Yumna dengan kata kata kasar. Lambat laun Yumna semakin irit bicara. Bahkan kosakata nya hanya sebatas bilang 'iya' dan 'tidak'. dan puncaknya saat kelas 6 SD. Yumna hanya merespon dengan bahasa tubuh. Mengangguk dan menggeleng. itu saja. Mendekati acara kelulusan tiba tiba ada panggilan kesekolah. Semua guru mengeluh perihal Yumna yang makin anti sosial. Dan nilai ujian praktek bicara untuk Yumna semua nol. Ternyata Yumna tak merespon sama sekali ucapan siapapun. Ia tak lebih seperti patung yang berpindah tempat dari sekolah dan rumah. Citra makin geram karena ia sendiri bahkan juga diabaikan Yumna. ia mungkin tak berniat menyekolahkan Yumna lagi.
Desi yang pernah bekerja sebagai tukang bersih bersih di sekolah luar biasa tuna rungu-wicara langsung berspekulasi bahwa Yumna mungkin sudah tidak bisa bicara dan Tuli. seperti yang pernah ia lihat di tempat itu.
Selama berjam jam mereka fokus pada tiap kata yang keluar dari lisan Desi.
"Akhirnya saya bilang ke Bu Citra, mending Yumna lanjutin sekolah di SLB tuna rungu-wicara aja. dan beliau langsung setuju."
Desi tersenyum bangga mengakui sarannya yang disetujui majikan dinginnya itu. Sedangkan dua wanita didepannya langsung terkesiap. Bagaimana mungkin ucapan dari seseorang yang bahkan gak tahu apa apa bisa diturutin. Jelas jelas Citra memiliki cukup pemahaman untuk mengambil keputusan secara cerdas. Oke ini baru awal.
"Yumna pernah gak diperiksa dulu ke dokter? mungkin telinga atau pita suaranya?" tanya Key menyelidik. Diva ikut pasang telinga untuk jawaban pertanyaan ini. Meskipun ia sudah menebak dalam hati.
"Engga... Bu Citra kurang peduli soal kesehatan putrinya. Pas Mba Yumna sakit aja saya yang rawat. eh Astaghfirullah ini aib..." Desi kontan menutup mulut. dan menaboknya berkali kali. "Maaf Bu Citra aku keceplosan.." lirihya dengan mata tertutup. Sesaat kemudian ia membuka mata lagi dan menghela napas.
"Tapi walaupun begitu... beliau gak pernah main tangan. dan semua kebutuhan yang saya minta untuk anaknya beliau langsung kasih. Gak pake lama. Pokoknya saya kurang paham deh...Bu Citra misterius banget orang nya...walaupun dah lima tahun serumah." Ucap Desi dengan sungguh sungguh. Nyatanya itu memeang sisi baik dari seorang Citra. Segitupun ia masih susah memahami majikannya.
"Kamu gak mikir? bisa jadi Yumna cuma takut bicara dan malas merespon orang lain." ujar Diva.
"Ishh Kamu tu bikin keputusan grasa grusu..gak pake mikir..." Key mendesah kesal. ia sudah cukup sabar untuk menahan umpatan marahnya pada pemikiran cetek Desi. Gak kebayang gimana sakit hatinya Yumna selama ini. Dia dianggap bisu dan tuli Bahkan tanpa bukti yang jelas. hei! sejak kapan praduga dianggap sebagai fakta huh??!.
Desi langsung tertunduk mendengar kekesalan Key. Padahal dia bahkan belum sepenuhnya mengerti maksud wanita itu.
"Kalau saya grasa grusu...terus Bu Citra apa??.. kan beliau yang langsung ngiyain." protes Desi polos.
"Kamu tahu gak? Mba Yumnanya kamu itu ngerasain tekanan batin gara gara kamu. issh..desiiii..kenapa sih kamu ngeselin banget.." Tangan Key mencakar cakar diudara tepat di depan muka Desi. Perempuan polos itu bergidik ngeri. Bagaimana bisa orang yang
sebelumnya tampak anggun berwibawa bisa tampak seseram ini?. horor!.
"Mba Diva..." Desi memanggil Diva dengan nada merajuk.
"Key..." ucap Diva dengan penekanan. 'Sulit dipercaya ada seorang Psikolog macam Key.' batin Diva heran.
Key menarik diri. Ia berdesis sinis pada Desi.
"Desi...dengerin...kamu harus tahu... kemungkinan besar Yumna gak seperti yang kamu bilang... dia gak bisu apalagi tuli... enggak.. itu gak sama sekali. dan aku yakin itu." ucap Diva perlahan.
semoga ART polos ini bisa paham dengan jelas.
" Tapi..."
"Kamu salah paham... intinya gini.. rahasiain semua yang kita bicarain dari Yumna maupun ke kak Citra. ya... doain aja semoga aku dan key bisa."
"iya..." jawab Desi. Kenapa harus dirahasiakan?. Ia ragu. Tapi jelas ia sadar akan kebodohannya. Jika majikannya itu memang tidak ada kelainan soal pendengaran ataupun suaranya Ia benar benar sudah melakukan kesalahan besar. Ia tak bisa berbuat banyak. Semua sudah terjadi. mungkin perbuatan kecilnya kali ini bisa sedikit membantu. Hanya menjaga rahasia... itu mudah. Terlebih Citra memang jarang bertanya. dan Desi sendiri juga selalu segan untuk memulai obrolan jika bukan mengenai urusan kebutuhan rumah atau hal penting lainnya terkait pekerjaannya sebagai ART.
"Des..jangan ngelamun... bisa gila lho ntar." ujar Key. Desi terbuyar dari perdebatan panjang di pikirannya.
Tin tin.. bunyi klakson mobil.
"Eh..itu pasti Bu Citra... udah pulang... " Desi terkesiap dan segera beranjak dari duduk.
"Yumna...Zaky.. mereka belum... " Diva mendadak panik. Ia mendapati jarum jam sudah pukul 6 kurang 10 menit.
Desi yang hendak membuka pintupun jadi tertahan. Dan menoleh bingung pada Diva. gimana.. mau dibuka atau... tapi kalau ditanyain soal Yumna gimana?.
"Aissh..bocah itu... ngapain aja sih... masa jam segini belum pulang..." Diva berjalan mondar mandir melampiaskan kecemasannya. Sebelumnya Zaky telah mengirim pesan bahwa mereka harus pulang sebelum jam 6. Nyatanya Citra malah datang 10 menit lebih cepat.
"Kita boong aja... bilang aja Yumna dah pulang.. di kamar." ucap Key.
Tok tok tok..
Desi menatap Diva sekali lagi. keputusan apa yang harus diambil. Diva duduk lantas mengangguk cepat.
Ceklek..
Pintu terbuka. dan Citra langsung ngeloyor masuk terburu buru. Ia baru berhenti setelah mendapati dua wanita sedang duduk di sofa dengan senyum aneh.
"Eh..Diva... ada apa?." Tanya Citra heran.
"Aah..biasa kak bertamu... ternyata kak Citra baru pulang..oh iya... ini teman saya Keyza.." ucap Diva berusaha bersikap normal.
"Hai kak..." sapa Key meringis.
"oh..ya..." ucap Citra dengan tersenyum tipis. Key , Diva dan Desi mengehembuskan nafas lega bersamaan. 'untung gak nanyain Yumna' batin mereka.
Citra lantas kembali berjalan cepat. Namun berhenti lagi tiba tiba. Nafas Diva tertahan. Desi melotot, gagal mengendalikan keterkejutannya.
"Yumna sudah pulang kan??." tanya Citra tanpa menoleh ke belakang. Desi tau itu pertanyaan untuknya.
"emm..ee..." Desi melirik Diva memintta bantuan. Diva mengangguk angguk berkali kali.
"Udah kok kak... anak kakak yang cewe itu kan. dia langsung masuk kamar tadi." Seru Key. Ia pintar mengatur intonasinya. Ia lancar berbohong sebab belom tahu betul karakter orang yang dihadapinya. dari tadi ia baru tau dari kata orang. belum lihat sendiri kenyataannya.
Citra menoleh cepat dan menatap Key dingin.
merasa diperhatikan Key tersenyum lagi. menunduk hormat. Padahal jantungnya hampir berhenti sekedar mendapat tatapan itu. ya kini Key faham betapa horornya Citra
"Sekarang.. Bantu saya siapin buat pergi ke luar kota. ada urusan bisnis." Citra mengambil langkah panjang menuju kamar. Desi jadi ikut sibuk membantu mempersiapkan barang yang mesti dibawa citra.
Sementara itu Diva dan Key berkali kali melongok mengamati aktivitas majikan dan bawahannya itu. Citra juga keluar untuk mengambil beberapa berkas di ruang kerjanya.
"Gerakannya cepat dan rapi. perfect ya.." lirih Key.
"Ya begitu lah... aku juga gitu.." timpal Diva tersenyum simpul.
"oo....aku juga gitu..." Key menyalin ucapan Diva. Tak mau kalah.
"hissh..." Diva melirik malas.
Bunyi derum mobil terdengar dari depan Rumah. Diva yakin itu pasti Zaky dan Yumna.
ia mengutuki kecerobohan adiknya itu. Kalau sudah begini harus bagaimana?. Ia mendekati jendela dan mengintip disana. nah kaan mobilnya stop. Kalau itu mereka..Please jangan keluar dulu!. Diva harap harap cemas.
"Kenapa.?" tanya Key penasaran. ia jadi ikut ikutan nimbrung.
"Tu diluar pasti mereka.."
"Maaf... " Ucap Citra yang seketika membuat Dua pengintip itu terkejut.
"Eh iya kak.." seru Diva spontan.
" Maaf karena saya sibuk ada urusan keluar kota. Mungkin seminggu. Jadi kalau ada urusan sekolah Yumna.. boleh saya minta bantuan kamu buat gantiin?."
"Hah?!.." Diva gagal paham.
"Kita berdua bicara diluar.." ucap Citra.
Sementara itu dari mobil. Zaky terkejut melihat pintu terbuka. Zaky reflek merangkul Yumna untuk merunduk bersama. Mereka perlahan bergeser dan turun di celah antara kursi depan dan kursi tengah mobil. Berjongkok dengan berhadapan. Zaky memeluk Yumna erat. ia tahu. Yumna sungguh ketakutan.
"Siapa yang keluar pak.?" bisik Zaky pada Pak supir.
.
"Dua orang perempuan..mereka kaya ngobrol serius."
Yumna semakin merapatkan badannya dengan Zaky. Menenggelamkan wajahnya didada bidang pria itu. Badannya jelas gemetar sedari tadi. Bahkan hanya karena melihat mobil mamanya yang terparkir.
"Tenang ada aku.. aku disini buat kamu... jangan takut..jangan takut...tenang...tenang.. tenang..." lirih Zaky. Untaian kata yang dia ucapkan dengan lembut. Nafas Yumna sedikit lebih teratur dari pada beberapa saat lalu. Entah kenapa ia merasa lebih tenang dalam dekapan pria itu. ia merasakan kelembutan dan kehangatan sekaligus. Padahal bibirnya sudah pucat sebab merasakan dingin berjam jam.
Kepala Yumna yang basah karena serbuan air hujan sebenarnya sedikit pening. Berdenyut denyut. Kadang kepala nya terasa membesar hampir pecah. Pusing sekali. sepanjang perjalanan tadi ia hanya bisa menggigil menahan rasa dingin dan menahan sakit di kepalanya.
Entah perasaan apa ini? Yumna begitu nyaman. Meskipun ia begitu sakit saat ini. Kaki Yumna mulai mati rasa . 'apa kakiku mulai kesemutan?' pikir yumna. Bersama kepala yang terasa akan meledak. Pelukan Zaky Kian erat dan hangat. Rasa dingin itu sudah lenyap. Hanya saja mendadak seluruh badannya mati rasa. Yumna kehilangan tenaga untuk sekedar berjongkok. Perlahan suara hujan jadi teredam. melemah.. dan semua gelap. Yumna pingsan!.
Detik itu juga, Zaky merasakan Yumna terlalu menyandarkan tubuh padanya. Sedikit lebih berat. Ada yang aneh.. nafas Yumna juga tidak secepat tadi. Zaky jadi panik. ia memegang bahu gadis itu dan menjauhkan sedikit badan Yumna. Kepala Yumna yang menunduk terlalu dalam membuat Zaky sulit menebak. ia pun mengangkat dagunya. Zaky terbelalak. ia Langsung mengecek denyut nadi. Ia mengehembuskan nafas lega... masih ada nadinya. Berarti Yumna hanya pingsan.
"Yumna...yumna... banguun..." lirih Zaky sambil menepuk pelan pipi gadis itu berkali kali. Tak sadar juga.
"Yumna please banguun..." Zaky tak menyerah. Dan terus memanggil nama Yumna.
Rasa bersalah mulai menaungi hati Zaky. ia sudah mempersulit Yumna. membuat gadis itu ketakutan setengah mati sampai tak sadarkan diri seperti ini. Cowok macam apa dia?. semua usahanya malah berbalik menyakiti. bukan membahagiakan.! Zaky kembali memeluk Yumna erat... ia berniat mengangkat gadis itu ke kursi.
Tiba tiba terdengar derum mobil. Suaranya terdengar menjauh. Zaky terdiam sesaat.
"Mobilnya yang digarasi pergi.." ujar sang supir.
'Tante Citra pergi?' Zaky bertanya tanya dalam hati. dan lalu mencoba mengangkat Yumna duduk. Tiba tiba pintu mobil dibelakang Yumna terbuka.
"Zak?!" Seru Diva.
Setelah Yumna didudukan. Zaky mengambil posisi untuk menggendong Yumna.
"Minggir kak..." Zaky turun sambil menggendong yumna ala bridal style.
"Yumna kenapa Zak?!" pekik Diva panik.
Zaky tak menjawab. Ia terlampau cemas dengan keadaan Yumna. Ia berjalan cepat menuju pintu. Sedikitpun ia tak mengalihkan pandangan dari wajah pucat yang berada digendongannya itu. 'aissh .. Kenapa aku gak becuss!! cuma jaga satu cewek doang aja gak bisa??. ' Zaky terus mengutuki dirinya dalam hati.
Diva dengan sigap membuka pintu.
"Mba Yumnaaa...." jerit Desi histeris.
Key yang tadinya sedang asyik bermain gadget langsung terkesiap. "ada apa??.."