Sudah setengah jam yang lalu Pandu pergi setelah mengantarkan Diva ke rumah. Pria bertubuh tegap itu tak berhenti mengucap syukur barang sedetik. Ya, Kejadian yang hampir merenggut nyawa calon istrinya tak bisa dianggap sepele. Bahkan Ia untuk pertama kalinya merasakan putus asa. Karena Tio ternyata bukan sekedar pengagum Diva. Bahkan lebih dari itu. Bahkan Pria brengsek itu sampai membawa Diva keluar kota. Ahh...Apapun itu... yang terpenting Ia harus memastikan keadaan Ibu.
Pandu semakin bersyukur saat mendapati Ibunya sedang duduk bersandarkan tumpukan bantal di kamar. Beliau sedang mengaminkan doa Abah Yai di ruang tengah yang sedang memimpin doa. Dan Bu Maira tampak begitu khusyuk sampai tak menyadari kedatangan putra satu satunya itu.