Didepan tv.
"Zak,, aku niat mau buat Yumna kayak dulu lagi. sembuh dari traumanya."
Diva menghempaskan pantatnya di sova. Raut mukanya terlampau datar untuk ucapannya yg terbilang serius itu.
"Hah? apaan?? "
"Kamu mesti bantu aku ". Kali ini Diva nyengir.
"Dia gak kenapa kenapa ko" Ujar Zaky malas.
"Dia gak bisa dengar dan gak bisa ngomong"
"Engga." sergah Zaky.
"Nah iya... Makanya mesti diobatin"
"Eh apaan sih.. Maksud aku yumna tuh engga....."
"bisa ngomong... Ya kan"
"heh.. Asal motong aja... ". Zaky memutar bola matanya dan langsung melirik dingin.
"lah emang lo mau bilang apa? ". Diva bertanya dengan raut polos.
"Yumna gak gagu"
"Sok tahu"
"Kamu yang sok tahu...emang kenyataan dia bisa ngomong ko.. Malah tadi Yumna teriak di.. "
"Entar dulu...kamu serius kan?"
"Adik sendiri nih yang ngomong..masih gak percaya?!"
"Tapi tuh suka gak jelas"
"Yang ini jelas"
Zaky menggerutu sebal. Kenapa kakaknya tak percaya soal ini. Ia pun hanya bisa melampiaskan pada keripik. Mengambil segenggam dan memasukan semua kemulut. Alhasil kedua pipi Zaky menggelembung. Dan mulutnya mulai sibuk mengunyah membabi buta.
"Apa buktinya??... " Diva menatap Zaky antusias. Eh,, lebih seperti tatapan menyelidik siih. Zaky mengganti channel tv berkali kali. Ia berusaha abai dengan tatapan kakaknya. Zaky menoleh memastikan. Dan ya.. Diva masih menunggu jawabannya. Zaky menghela nafas pasrah.
"Aku gak sengaja nimpuk kelincinya pakai wortel... Dan dia teriak." Zaky menaruh bungkus snack ke meja. "cherry!" Zaky mentranformasikan suara agar seperti Yumna. Dan tak lupa dengan gestur meniru perempuan. Jika orang lain yg melihat pasti sudah tertawa geli. Namun untuk saat ini Diva malah terdiam dalam pikirannya. Ia beranjak perlahan.
"Mutisme Selektif,,, mutisme selektif,,, iya deh..kayaknya itu...mutisme selektif,, " Diva berjalan menuju kamarnya. Dan mulutnya terus mengulang kata yg menurut Zaky aneh.
"kak??." mata Zaky terus mengikuti langkah Diva.
Pintu tertutup... Haissh... Ada apa dengan orang itu?..
***
Malam ini bulan bersinar bak lampu diantara jutaan bintang. Pasti banyak mata yang menikmati keindahan ini. Tak terkecuali Yumna. Ia berdiri bertumpu kedua tangannya mencengkeram teralis. Matanya seolah mengabsen kehadiran tiap penghuni langit. Sesekali ia memeluk badannya sendiri karena hembusan angin malam. Dingin sekali...
Zaky menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ia menatap intens pelapon rumah. Tentu saja bukan karena warna atau permukaanny yang rata. Tapi matanya seolah melihat film sedang diputar disana. Imajinasi sederhana itu mengukir senyum singkat. Zaky memiringkan badan menghadap kejendela. Angin malam membuat kain penghalang itu kadang seperti tertarik keluar dan kadang terhempas kedalam hingga terangkat cukup tinggi. Ternyata anginnya cukup kuat...
Zaky merasakan hawa dingin menusuk kulit. Untuk beberapa saat ia hanya mengusap kedua lengan cepat. Hingga angin itu kembali berkunjung. Zaky mendengus kesal. Dan ia menyerah dengan kulitnya yg kedinginan. Iapun beranjak hendak menutup jendela.
"eh.. Eh.. Ada pacar... " .Zaky tertegun melihat balkon tetangganya. Zaky langsung membuka pintu. Menuju balkon.
"Yumna....aku temenin. " teriak Zaky. Melambaikan tangan.
Yumna membulatkan mata. Dan ia tersenyum kikuk. Untuk sesaat ia merasa Zaky adalah orang baik. Yumna tak pernah di perlakukan sebaik ini oleh orang lain. Seperti yang Zaky lakukan dari pertama mereka bertemu. Dan Zaky adalah cowok yang sangat ramah untuk menjadi teman. Hanya saja kadang tingkah Zaky membuatnya tak habis pikir. Apalagi cowok itu selalu menyebutnya sebagai pacar. Tapi bagaimanapun.. Mungkin Yumna sudah salah menganggapnya musuh. Yumna cuma takut. Sejauh ini ia belum pernah bertemu orang baik lagi. Jadi otaknya selalu berpikir negatif tentang semua orang.
Tapi bagaimanapun Yumna belum benar benar mengenalnya. Dan itu cukup mengekang semua dugaan positif tentang Zaky. Bisa jadi Zaky ada niat lain. Atau mungkin dia seperti ini kesemua orang dan pada akhirnya Yumna dimanfaatkan untuk dibully. Ya pasti Yumna bisa menjadi korban bully. Ya bully... Harus hati hati...! Sisi penakut Yumna seolah berteriak mengingatkan bahaya.
Padahal Zaky tengah tersenyum diseberang sana. Laki laki itu tampak kedinginan dan mulai mengosok-gosokan kedua telapak tangan lalu meniupnya. Tapi ia sama sekali tak mengeluh. cowok itu menatap Yumna dengan raut polos. Dia melihat ketakutan Yumna. Tapi Zaky memang tak mengerti. Ia pikir Yumna hanya kedinginan mungkin. Atau takut melihat hantu.... Hehe.. ditambah lagi gadis itu sudah tak menghadapnya. Zaky hanya bisa melihat setengah wajah Yumna sebelah kiri.
"gak usah takut! Ada aku disini!" teriak Zaky. Yumna reflek menoleh. Cowo konyol itu tak tau kalau ketakutan Yumna sekarang itu dirinya.
Whuusssss...angin kembali menghembus perlahan. Jaket dengan telinga kelinci. Yumna semakin merapatkannya. Ia sengaja menarik resleting hingga ke leher. Pandangan Yumna kosong ke jalan depan rumah. Ia ingat dengan ucapan mama saat makan malam tadi. Siapa sangka mama mau bicara soal sikap cueknya kepada Zaky. Yumna menghela nafas. Apa pentinganya cowok konyol itu. Hanya karna mama adalah teman tante Diva. Eh tunggu.. ia kadang bingung bagaimana memanggil kaka beradik itu. Nyatanya Citra dan Diva berteman. Sementara Zaky adalah adiknya Diva. Jadi.... Ahh lupakan.
Gadis pendiam itu terus berpikir. Hmm.. Yang Pasti mama bilang sikap dingin Yumna bisa menyakiti orang lain. Heh Apa Citra lupa dengan dirinya sendiri huh?!. Padahal dia juga terlalu dingin pada putri semata wayangnya. Yumna.
Yumna terlalu baik. Mana mungkin ia menjudge Citra 'Jarkoni'. Bahkan saat Citra tersenyum tipis sekalipun. Setipis garis. Cuma Yumna yang akan membalas senyum itu dengan sangat manis. Itu sebanding dengan meluapnya kebahagian Yumna melihat ibu nya yang dingin bisa tersenyum..... Manis. Iya bagi Yumna senyum segaris itupun sudah sangat manis.
'Jadi aku harus bersikap lebih baik padanya' batin Yumna.
"Besok pagi kita jogging yuk.." tawar Zaky.
Yumna menimpali dengan senyum bingungnya. Lehernya kaku untuk menggeleng. Ingin sekali menolak.. Tapi mendadak ucapan mama terngiang. 'jangan terlalu dingin dengan Zaky. Kamu membuatku malu saja. Berteman saja tidak bisa.'
Gimana nih?...kalau Yumna menolak, apa Zaky akan kecewa?. Ahh iya. Pasti cowok itu bakal kecewa.
"Cewek diam itu tanda setuju. Oke sampai ketemu besok" Zaky melambaikan tangan. Dan berbalik.
"eh.." Yumna terlambat menahan Zaky. Cowok itu sudah menutup rapat pintu kamar. Lagi lagi Zaky berlaku tidak adil. Ini namanya keputusan sepihak. Yumna mendengus kesal. Besok pagi akan jadi mimpi buruk!. Hufft...Yumna harap pagi tak cepat datang.
Sementara itu...
Brughhhh...Zaky melempar badannya ke kasur. Udara terlalu dingin. Bulu kudukpun masih stay berdiri. Dalam waktu sekian detik Zaky sudah meringkuk ditutupi selimut tebal. Hanya demi gadis itu dia mau berlama lama diluar. Dan sekarang ia rasakan akibatnya. Tubuh terasa membeku.
Zaky tersenyum dibalik selimut. Meski angin malam sudah menghilangkan kehangatan. Namun hatinya benar benar menghangat sekarang. Karena mimpi itu baru saja tampak nyata. Gadis yang ia dekati mengalami kemajuan. Yumna tak mengabaikannya lagi. Mmuachh... Zaky menarik bantal guling dan langsung menciumnya mesra. Apa Zaky berimajinasi lagi??.
Sedangkan Yumna...
Malam semakin larut. Ia masih terjaga dengan mata terpejam. Memaksakan mimpi agar segera tiba. Apa doanya terkabul? Ia ingin pagi tak segera datang. Dan sekarang waktu berjalan begitu lambat. Mendadak Yumna membuka mata. Dan bangun terduduk.
"aissh... Imajinasiku berlebihan. Kenapa setiap tutup mata dia yang muncul sih?!" Yumna meraup wajahnya frustasi. Sebenernya Yumna sangat ngantuk. Terlihat dari matanya yang mulai memerah. Namun wajah Zaky selalu muncul. Dan Yumna tidak mau memimpikan Zaky.
"Aku gak mau lah dimimpi ketemu dia lagi." Yumna tetap kekeuh untuk tidak mau tidur sebelum bayangan Zaky pergi. Kembali keposisi awal merebahkan tubuh di kasur. Badan sudah terlalu lelah. Berkali kali Yumna menepis rasa kantuk. Dan untuk entah keberapa kali. Akhirnya ia terseret masuk ke alam bawah sadar.
***
*Yumna*
Tok tok tok...
"eunghhh..." aku merenggangkan tubuh. Eh sebentar... Aku tertegun. Ini sudah pagi?!. Seketika mataku membulat. Seingatku aku baru menutup mata dan...hari sudah pagi?? Mungkin karena aku tidak mimpi apa apa. Wajah Zaky mendadak muncul. Aissh... Jangan muncul!!. Bagaimana ini. Aku melompat turun dan membuka gorden jendela. benarkah semua ini?? Langit cerah tanpa awan. Bagaimana aku bisa beralasan untuk tidak ikut karena mendung??. Ayo Yumna...cari ide... Disaat seperti ini otakku malah susah berpikir. Ahh ini membuatku kesal.
Tok tok..
Mataku spontan menatap pintu was was.
"Mba....Mba Yumna...Mas Zaky sudah menunggu dibawah" naah kaan. Apa aku bilang. Astaghfirullah... Sepagi ini jantungku sudah mulai senam. Hhhh...aku menghela napas pasrah. Jantung mulai berdetak tak normal. Perasaan tak karuan.
Hmm...dimana kertas?.. Ya ini dia. Kusobek buku di atas nakas. Sejenak aku berpikir. Ahh tidak perlu.. Aku bisa ngomong langsung. Kan dibalik pintu.
Tok tok
"Mau mandi" Aku dekatkan mulutku kelubang kunci. Cukup lirih. Tapi aku yakin Mba Desi pasti dengar.
"Mba Yumna ini gimana sih? kalau jogging gak perlu mandi dulu mba. biar cepat. lagian sudah ditunggu tuh." terdengar suara mba desi mendesakku.
"Ganti baju dulu" Lirih ku lagi.
"Iya mba jangan lama" Suara langkah kaki mba desi terdengar menjauh.
Aku bergerak cepat memakai sepatu celana training dan jaket. Rasanya aku bergerak seperti kilat. Kenapa ya?..
Aku menuruni tangga. Mataku jelas menangkap Zaky yang sudah berdiri dengan senyumnya. Anehnya kali ini aku berani memandang laki laki itu. Dia memakai kaos putih dan celana training. Tampak cocok sekali dengan kulitnya yang putih. Wajah Zaky jadi terlihat terang. Hmm ada apa dengan mataku??.
Kami mulai menapaki jalan beraspal. Jalanan sepi. Kemana orang - orang?. Aku celingak celinguk heran.
"Mungkin karena mendung.. Jadi sepi..gak papalah anggap aja ini jogging nya vip buat kita berdua saja hehe..kan romantis" mata Zaky juga ikut menyelusuri sekeliling.
"Hah mendung??" ucapku heran. Eh! Aku terkejut dengan ucapanku sendiri. Aku bisa berani bicara dengannya??. ini mustahil.
"Iya..mau ujan kayanya" Jawabnya santai.
Mataku langsung memastikan langit. Dan ternyata benar. Awan gelap sudah menggantung. Padahal saat aku mengecek langsung ketika bangun tidur, seingatku langitnya cerah. Bagaimana mungkin dalam waktu beberapa menit sudah berubah. Cuaca sungguh sulit ditebak.
Tiba tiba setetes air jatuh diujung hidungku. Aku mendongak. Hmm Gerimis mulai turun.
"Hujan..mending kita berteduh" Zaky langsung menarik tangan aku.
"Kemana? Jangan jauh jauh" Teriakku. Aku rasa aku mulai terbiasa dengannya. Buktinya mulutku bisa selancar ini bicara.
"Gak jauh jauh. Disini aja. Ayo naik"
Waah...Aku bahkan tidak tahu ada rumah pohon disini. Sejak kapan ada. Aku patuh saja untuk menaiki tangga dan masuk kedalam rumah pohon itu. Hanya ada satu sofa panjang, meja dan ada gitar. Lantainya dilapisi karpet bermotif belang hitam putih. Ruangan selebar 3 × 4 ini jadi terlihat cukup rapi dan nyaman.
Hujan turun. Dan Zaky terus memetik gitar tak peduli bersaing dengan bunyi gemuruh yang tiada henti menggema. Terlebih hujan malah semakin deras. Aku jujur bosan. Pemandangan menarik hanya ada pada Zaky sekarang. Aku penasaran dengan lagu yang ia nyanyikan. Lagu apa?? Aku tak mendengar apapun. Suara hujan seakan sudah memenuhi telingaku. Jadi telingaku seperti tertutup. Meski begitu Zaky tetap bernyanyi dengan gitar. Dan jangan lupa matanya. Ia menatapku sendu. Penuh arti. tapi aku tidak tahu apa maksudnya.
Aku tenggelam dalam tatapan Zaky. Untuk sementara aku lupa dengan Zaky yang selalu bertindak tak masuk akal dan konyol. Ada apa dengannya?? Dan ada apa dengan ku??.
Duarrr!! Suara guntur menyentakku. Sontak aku menoleh kejendela kecil disampingku. Tatapan kami tentu saja buyar. Zaky meletakan gitarnya.
Tiba tiba Zaky menyentuh tanganku. Aku kembali memandangnya.
"Kenapa?" aku terdiam. Zaky bergeser lebih dekat. Otakku mulai penuh dengan semua praduga. Apa yang akan dia lakukan??.
Zaky semakin mencondongkan badan kearahku. Aku membulatkan mata. Sebentar dia tersenyum melihat keterkejutanku. Makin dekat. Dekat... Aku bingung harus berbuat apa?. Deru nafasnya mulai terasa. Ia memiringkan kepala. Aku yakin apa yang akan dilakukan Zaky. Instingku menyuruhku untuk menutup mata. Yaa aku hanya tak ingin semakin salah tingkah dengan tatapan Zaky sedekat ini. Bahkan jantungku berdetak sangat kencang. Aku merasa mendengar degup jatungku sendiri yang sudah seperti genderang perang. Aku takut Zaky mendengarnya. Apa dia mendengarnya??.
Tengkukku ditarik. Aku yakin jarak kami hanya tinggal 1 cm.
Tok tok tok...
Mataku terbuka. Zaky dan aku saling tatap dalam diam. Canggung. Huh Padahal sedikit lagi. Siapa sih yang datang?? Mau berteduh juga mungkin ya. Pintu rumah pohon terbuka... Tampak cahaya begitu terang. Sangat silau. Aku sempat melirik Zaky yang tersenyum kearahku. Dia tak merasa silau?. Aku beranikan melihat cahaya itu dan pandanganku kabur. Lama lama cahaya itu berubah warna warni dan... jadi.... Mba desi??
Aku mengernyitkan dahi.
"Selamat pagi Mba Yumna" Sapa Mba Desi ramah seraya menggeser gorden satu lagi yang agak jauh.
Hah?! Aku mengucek mata berkali kali. Ruangan berubah jadi kamarku sendiri??. astaga.. Tadi itu mimpi??. Aku bersyukur . Hatiku jadi lega menyadari fakta yang terjadi. Bagaimana bisa aku mengharapkan ciuman dari Zaky. Astaghfirullah. Aku beristighfar berkali kali.
"Lah kenapa mba?. Maaf saya langsung masuk. Soalnya gak dibuka buka. Lagian kalau Mba Yumna kesiangan takut dimarahin ibu."
Aku tersenyum. Dan beranjak duduk.
"Permisi mba. Saya mau lanjut siapin sarapan"
Aku lagi lagi hanya tersenyum mengangguk.
Sepeninggal Mba Desi. Aku kembali mengutuki diriku sendiri. Bodoh sekali kamu Yumna!! Aku memukuli kepala. Untung hanya mimpi. Huh pantesan mimpinya aneh. Langit cerah langsung mendung. Terus rumah pohon... Mana ada rumah pohon disekitar sini?!! Dan Zaky jadi ganteng + baik begitu. Aissh..kenapa aku tidak sadar.
Sepertinya aku memang harus hati hati sama cowok itu. Untung didunia nyata Zaky tidak begitu. Kalau saja dia persis seperti dimimpi. aku pasti bisa seluluh itu.
Eh... bagaimana rencana joggingnya??. Aku langsung mendekati jendela. Melihat keseberang jalan. Kamar Zaky terlihat sepi. Dan Gorden tertutup. Masa dia belum bangun sih. Hmm tidak mungkin. Dia kemarin saat mengajakpun terlihat sangat semangat. Haduuh...Takutnya Zaky menunggu. Hmm bagaimana ini?. Ini sudah terlambat sekali Kayaknya sih batal. Hmm Kok aku jadi merasa tidak enak ya. 'Zaky gimana?.dia marah gak ya.'
Gara gara sudah 2 hari ini aku sedang kedatangan tamu bulanan. Aku jadi tidak bangun shubuh. Kesiangan deh.
Arrghhh.... Perutku kram. Aku mendengus nafas kesal. Sembilangan lagi. Aku meringis menahan sakit. Kayaknya kalau mandi pasti lebih fresh. Aku beranjak kekamar mandi sambil meremas perut. Sakit sekali.
Oke.. Beberapa menit kemudian.
Aku sudah berganti baju. Jujur aku masih penasaran sama Zaky. Beda banget. Dimimpi dia sampai nyamperin kerumah. Lah ini malah hilang kabar. Dia kemana??.
Aku menatap balkon rumah Zaky. Tak ada tanda tanda kehidupan.
Tiba tiba tirai kamar Zaky bergerak. Aku jadi makin intens memperhatikan jendela itu. Munculah Zaky yang sedang menguap dengan puasnya. Aku terkejut melihatnya dan Pas sekali Zaky juga tidak sengaja melihatku. Dia langsung menepuk jidat. Dan lari keluar kamar.
"Yumna... Yumna Yumna" aku semakin heran dengan tingkahnya. Ia berteriak seolah sekomplek ini hanya ada kami berdua. Lantas Zaky mengucek matanya berkali kali. Pasti dia masih ngantuk. Dan memaksa untuk membuka mata.
"maaf banget aku baru bangun...aku kesiangan" Teriaknya lagi. Dia tidak tahu malu.
"woyy ini bukan di hutan" entah itu suara siapa. Mungkin orang lewat. Dan dia masih tetap memandangku penuh harap. Tangannya menangkup memohon maaf.
Sedangkan, Aku masih bertahan dengan ekspresi tak percaya. Aku kesiangan dan dia lebih parah?. Astaga.. Dia tidur jam berapa?? Padahal semalam dia masuk kamar lebih dulu.
" Yumna sorry" Teriak Zaky lagi lebih keras.
"eh iyaaa" teriakku. Jawaban reflek. What?! Apa itu tadi. Aku menjawab dan suaraku keluar. Zaky seketika tersenyum lega. Dia tampak biasa saja. Dia selalu berpikir kalau aku tidak bisu. Dia benar. Tapi orang lain tak akan percaya ini. Bahkan aku sendiripun tak percaya aku bisa berteriak di depan Zaky seperti tadi. Apa gara gara mimpi itu. Aku tiba tiba merasa sudah sangat nyaman dengannya .
"Ya sudah ya. Aku mau mandi" Zaky membuyarkan lamunanku. Dia beranjak pergi dan masuk kekamar lagi.