"Kau pikir berapa GB kuotaku keluar bulan lalu, haa?! Tiap hari selalu gue telfon lo cuma buat kekamar mandi doang, mau sampai kapan bohongan lo itu?" ungkapnya dengan nada tinggi
"Maaf, habis ini aku ganti, hehe" ungkapnya dengan nada rendah
"Udahlah No, hentikan kebohonganmu ini. Ntar kalo terciduk hidup lo bakal lebih buruk dari nggak punya temen, lo bakal dibenci malahan"
"Sayo, gue tahu itu tapi M U S T A H I L. Mereka selalu ngomong soal pacarnya. Kalo nggak bohong gue punya pacar ntar ditendang dari kelompoknya"
"Lo nggak cocok temenan sama mereka kalo ada yang ngeganjal gini, arti temen itu buat berbagi bukan gini. Cari lainnya nggak ada apa?"
"lainnya sudah membentuk kelompok, hehe"
"Aduhhhhh" menggelengkan kepalanya. "Be yourself, lo jangan jadi orang lain cuma buat diakui. Justru jadi dirimu sendiri, dirimu akan lebih dihargai." _tapi ya mustahil sih, udah terlanjur. Ntar malah tambah gajelas temen gue_ gumam Sayo, "In-o.."
"Bener, pacarnya Ino kan? Gue pikir juga gitu"
"Setiap gue minta tunjukin pacarnya dia bilang gak ada. Trus ganti topik"
"Mencurigakan dia punya pacar"
"Mungkin setiap hari ditelfon juga sudah diatur"
"Palingan juga cewek yang nelfon"
"Jadi ragu gue"
Tubuh Ino terbujur kaku mendengar suara mereka dari balik pintu, frekuensi jantungnya bertambah. Tangannya terasa gemetar, ia menggenggam erat-erat gagang pintu kamar mandi bagian dalam. Sayo didepannya nampak pasrah. Setiap kali 1 kata terucap, kekuatan genggamannya semakin bertambah
"Orang cantik kayak dia. Tapi nggak punya pacar aneh sih. Apalagi kalo emang beneran bohong, ya nggak Hana?"
"Dahlah Yunji, kalo dia emang bohong, kita cuma perlu bully dia"
"Manteps bangeet ni temen gue"
Terdengar suara mereka semakin mengecil dan suara hentakan yang semakin menjauh tiap perhentakan. Ino sedikit lega tapi kekhawatirannya bertambah, tidak pernah disangka dirinya perkataan Sayo benar. Ino mengubah arah pandangannya dari lantai kearah mata coklat Sayo. Sayo terlihat menggeleng membuat Ino seperti mayat berdiri. Melihat hal itu Sayo mendekatkan diri, walau tidak ada 1 meter karena memang ruangannya sempit
"Sekarang bukan waktu untuk menyesal, pikirin gimana caranya lo atasin masalahmu itu, ya? Ntar gue bantu sebisa mungkin" ujarnya dengan suara lembut, menggosok punggung Ino pelan – pelan. "Hmm" Ino menggumam
***
"Gawat, kalo aku nggak punya foto cowok bisa parah nih masalah gue. Mana gue masih pake seragam lagi, dahlah nekat aja ".."Aaa, tapi bagimana caranya punya pacar. Andai ini Kanojo Okarimashu." Gerutu cewek tersebut sendirian
"mumpung ditempat gini seharusnya banyak laki laki yang bisa gue jadiin sasaran" ia mengamati jalanan kota dengan pertokoan berjejeran dari trotoar kota, rasa ragu membeli barang a atau b dan ekspresi mendalami cita rasa makanan yang mereka santap dapat diperhatikan dari sudut mana saja, kendaraan berlalu lalang dapat dihitung jumlahnya, serta trotoar yang cukup lebar dilengkapi beberapa kursi jalanan. Dunia yang menakjubkan bagi pecintanya
"Hey, liat cowok itu. Ganteng banget asli"
"Wah, beneerrr. Ganteng banget gila"
Mendengar hal itu otomatis Ino menoleh ke mereka lalu mengikuti arah pandangannya menuju toko burger diseberang jalan
"Setiap gue minta tunjukin pacarnya dia bilang gak ada"
_Gue cuman tinggal punya fotonya aja kan? Mulus_
~ Cekrek ~
"Kamu mengambil gambarku?" tanyanya keheranan kepada perempuan didepannya. Seharusnya hal ini sudah biasa terjadi, tapi karena sudut jarak foto hanya sekitar setengah meter menjadi sangat mengganggu laki laki tersebut
_Gawat, dia liat pas kamera_
"Aaaaaaaa,,,, Lihat ada burung elang dibelakangmuuuuuuu" ucapnya menunjuk bangunan modern bertuliskan Burger warna merah dan Shop biru. "Elang?" tanyanya mengernyitkan dahi
_ahhh, untung bisa kabur_ Kalau laki laki itu mempermasalahkan fotonya Ino bisa masuk ke penjara anak. Ino bersembunyi dibalik gedung lainya dengan nafas terengah - engah lega. Ino tidak akan takut lagi ditendang dari kelompoknya lalu menjalani hidup seperti neraka
***
"Eeeehhh, cowok ganteng ini pacarmu?!" Ujar Yunji terheran heran ketika melihat foto dilayar ponsel yang barusan diberikan Ino alias ponsel Ino
"Ganteng banget gilaaa"
"Ya, kannnnn??" Ujar Ino membesarkan omongan. Pasti tidak ada yang bisa melihat sekarang panjang hidung Ino berapa cm. "Seperti Cuma mimpi punya pacar dia bagiku" - MEMANG MIMPI DAN MEMANG MIMMMPIIIIIII ASTAGAAAA - (teriakan authorrr)
"EEE, syukur kalo gitu. Selamat yaaa" ungkap Yunji si mata bulat sedikit memanjangkan nadanya membentuk senyum paksaan ke Ino
"Rasanya gue pernah liat ni cowok" Kejut Hana
~ jlebbb, hidung ino patah ~
_APA?! JANGAN JANGAN DIA MODEL, AKTOR, SELEBGRAM, MEDALIS??? Tapi masuk akal juga sih ganteng banget emang. ARGHHHH!!1 Seharusnyaaa gue cari tau duluuuu layar belakanggnyaaaa_
"Aaaa, mungkin salah liat kamu kali" katanya cengengesan
"Liat dimana?
"Eeee, dimana ya?"
Ino dengan sigap secepat kilat mengambil kembali benda itu dari genggaman Hana
"Ayo kekantin, gue udah laperrrr"
Ditengah kerumunan siswa dijam istirahat mereka bertiga duduk di salah satu kursi yang menjadi titik tengah ruangan itu, hanya itu yang kosong.
Sudut Lain ~ Brukk ~
"Aaa maaaaf"
"Gapapa kok cantik.."
Hana masih bergelut dengan memori otaknya mengingat siapa yang masih mengganggu pikirannya. Menatap dalam – dalam menunya sementara Yunji lahap seperti perempatan tanpa lampu lalu lintas. Sedangkan Ino menatap muka Hana, Makanannya tertelan seperti jalanan Jakarta, bergerak tapi macet.
"Gue yakin pernah lihat dia"
"Bagi ayam lo"…"Jangan" jawabnya menyingkirkan tangan mungil milik rambut kunin
"Aaaaaaaa, Yukiouji Kuroo kelas 10. Si Pangeran"
Ino tersedak, tatapannya menajam saat bertemu 3D dari cowok dihpnya di sekolah tepat dibelakang Hana, sesaat mereka saling menusuk mata. "Aaaaa, lo cewek yang marin----nnn" Ino dengan sigap menutup mulutnya meninggalkan kantin menyeret paksa lelaki itu keluar dari kantin sejauh jauhnya lalu berhenti didepan salah satu kelas.
"Itu Kuroo?"
"Hah? Kalo gitu dia pacarnya Ino?!" glek, melahap suapan terakhir
***
_Gawat, Siapa sangka satu sekolahhhhhh. Gue beneran salah foto cowok fix, untung gue gak mati keselek_ Gumam Ino diakhiri oleh keringatnya yang dilap dengan sapu tangan coklat oleh cowok didepannya. Ino terdiam speecheless
"Jadii, kamu perlu bantuan? Kamu sepertinya banyak masalah banget, kalau boleh ceritain sini." tanyanya dengan nada lembut membentuk tarikan ujing bibir melebar serta membenahi dasinya
_Wah gila, suaranya berat tapi lembuttt, mancung, rambut tertata rapi warnanya coklat, tinggi, matanya sipit agak memanjang dikit, pupilnya merah dannnnnnnnnn lembut bangettttt. Fix aku melting, gak jadi salah cowok gue kalo gini_ Tanpa aku ketik pasti tahu mimik muka pemilik mata lebar itu
"Hei."
Ino, tersadar lalu menceritakan masalah selama ini
"Ohhh, jadi gituu. Intinya aku cuman jadi pacar bohonganmu kan?"
_GILAAA SUARANYAAAAA__
~ Kuroo – kun ~ Kuroo berpaling membalas sapaan mereka paket lengkap tambah lambaian telapak tangan. Ino ternganga
"Lo itu pujaan sekolah apa gimana?"
"Pangeran sekolah. Julukan mereka, gue sih nggak peduli" jawabnya sedikit sinis, nadanya sedikit meninggi
_Berubah? Hah???? HAAAHHHHHHHHHH?!_
"Apa?! Lo kaget? Ok, gue terima permintaan lo"
_Dia bisa denger gerutu gue dengan jelas?_
"Jelas banget, Gak mau?! Tinggal gue bilang gue bukan pacar lo, Ea—"
"JANGAN JANGAN JANGANN!"
"Ok, kalo gitu yang pertama menggonggong dan belikan aku onigiri tuna di kantin, Poochie"
"POO-CHIE????!!"