Chereads / GUMIHO AND THEIR LOVER / Chapter 14 - BERBAIKAN

Chapter 14 - BERBAIKAN

Eunha menyerah malam tadi.

Dia sudah keliling kota seperti orang gila sampai tengah mala. Namun ia tetap tak menemukan Chae dimanapun.

Dia baru merasa ini konyol. Tentu saja kota itu luas dan padat, bagaimana dia bisa seyakin itu kalau Chae tetap berada di tempat itu?

Eunha terus menyalahkan dirinya sendiri yang mulai kehilangan akal sejak bibinya 'mengancam' perihal musibah.

Entahlah.

Eunha sudah mencoba untuk mencari. Namun karena belum berjodoh untuk saling bertemu itu berarti bukan salahnya, kan?

Ia hanya ceroboh langsung memutuskan untuk menyingkirkan Chae yang tak ingin dia kenali lebih dekat. Karena hal yang manusiawi, menghindari orang asing yang tiba-tiba hadir di kehidupan kalian.

Orang baik bisa saja menipu, apalagi orang jahat. Itulah motto Eunha menjalani kerasnya hidup di ibukota.

"Eunha! Cepat buka pintunya!"

Panggil Umji yang entah ada angin apa sepagi ini sudah mampir ke kamarnya.

Dengan malas Eunha membuka pintu. Teriakan penuh kegembiraan terpancar jelas dari wajah Umji yang bahkan masih belum selesai berdandan.

"Hei hei hei hei! Aku punya kabar yang menggemparkan!"

Eunha melirik tak acuh, "Kabar apa lagi? Tentang pohon mekar?"

Umji merengut, "Hais! Ini jauh lebih heboh daripada itu."

Eunha ikut penasaran. Pasalnya, temannya yang satu ini memang hobi menyebarkan berita. Baik itu berita buruk, maupun berita baik. Dan semua kabar itu yang tadinya tabu menjadi layak dan patut untuk di perbincangkan. Semua akan dikupas secara tajam oleh Umji, setajam... silet!

"Apa? Kabar apa?"

"Si tampan! Dia ada di bawah!"

Umji belum selesai bicara, dia sudah lebih dulu histeris karena tak sanggup untuk berkata-kata. Mendengar itu, Eunha meringis sendirian.

"Dia siapa sih?" ujar Eunha mulai kesal.

Umji mencoba menjelaskan lebih detail lagi, "Si tampaaan. Orang yang kau bawa dari rooftop kemarin malam! Dia sekarang —"

"Ndee?"

Mau tak mau Eunha terbelalak mendengar kabar itu. Ia bahkan bergegas langsung turun ke bawah tanpa sempat menanggalkan sikat giginya.

Yang penasaran dan heboh ternyata bukan hanya dirinya ataupun Umji. Semua penghuni kost — khususnya para gadis — antusias dengan kembalinya Chae ke kost-an ini. Tentu saja dengan pemandangan yang berbeda.

Chae tak lagi mengenakan selimut untuk menutupi dirinya kemanapun. Ia kini malah terlihat trendy dengan balutan sweeter putih dan celana jeans yang dipadukan dengan rambut panjangnya yang tergulung ke atas. Ditambah wajahnya yang oriental, menambah antrean panjang para gadis di pintu salon. Eunha dan Umji pun kesulitan untuk masuk ke dalam.

Terlihat bagaimana pemuda asing itu malah asik tebar pesona dengan wanita paruh baya pelanggan nyonya kost.

Eunha menjadi tak habis pikir dengan sikapnya yang jadi berubah seratus delapan puluh derajat itu hanya kurang dari tiga hari saja.

Wah! Daebak!

"Di sini?" tanya Chae lembut.

"Iya. Wah kau sangat pandai sekali memijit bahuku. Apa bisa lebih lama lagi?" pinta seorang ibu tua yang mungkin umurnya sama dengan bibi Jo.

Para gadis bersorak kesal.

Jangan tanya bagaimana Chae bersikap. Tentu saja dia sangat senang melihat kegaduhan ini.

"Hei hei hei! Apa - apaan kalian ini? Kenapa semua berdiri di situ? Apa kalian tidak punya harga diri? Kenapa menggoda pria dan meneriaki pelangganku? Pergi! Pergi! Buat malu saja!" sungut bibi Jo yang mungkin terganggu dengan menumpuknya penghuni kost di depan pintu masuk salonnya.

Semuanya tak berani membantah dan akhirnya memilih kembali ke kamar masing-masing. Tentu saja dengan gumaman lebah yang mengekspresikan kekecewaan mereka.

Terkecuali Eunha yang tiba-tiba dipanggil oleh nyonya kost untuk tetap berdiri di tempat.

"Eunha! Kemari!"

Eunha dan Umji melangkah ragu untuk masuk. Namun melihat Chae santai saja dan malah tersenyum lebar padanya, membuat Eunha sedikit menurunkan bahunya dari rasa ketegangan yang menderanya.

"Pertengkaran itu tidak baik. Kenapa kau tidak mau memaafkan kesalahnnya?"

Eunha mengeryit tak mengerti.

Memaafkan?

Pertengkaran? Apa?

"Ma—maksudnya apa bi?"

"Maafkan dia dan kembali padanya. Dia pria baik. Jangan kau sia-siakan —"

"Apa! Ja—jadi..Eunha? Kau?" teriak Umji kecewa.

Eunha semakin gelisah. Ia ingin menjelaskan namun Umji terlanjur kecewa padanya. Apa sebenarnya yang dikatakan pemuda ini agar bisa kembali ke sini?

"A—aku...Umji-yya? Aku dan dia —"

"Sekarang kalian bicaralah dan berbaikan! Cepat pergi dan bincangkan apa yang ingin kalian bincangkan" perintah bibi Jo lagi.

Eunha didorong keluar dari salon begitu pula dengan Chae. Eunha masih melongok tak mengerti situasinya, tapi tidak dengan Chae yang santai saja.

Eunha mulai menaruh curiga dengan pemuda licik di depannya itu.

"Kau —"

"Bibi cuma membantuku agar aku bisa bicara denganmu."

Eunha melongok lagi. "Apa maksudnya?"

Chae menarik napas panjang, "Kemarin malam aku bertemu bibi. Dia yang membawaku kembali ke sini. Aku ceritakan padanya bahwa ada kesalahpahaman antara aku dan kau. Karena kemarin kau kesal sampai mengusirku pergi, aku anggap kalau kau marah dan tak ingin bicara denganku. Untuk itu aku minta bibi —"

"Cukup! Aku mengerti sekarang," jawab Eunha yang sekarang malah tak berani menatap garang Chae seperti tadi.

Dia berpikir, bagaimana Chae begitu naif menganggap ucapannya kemarin sebagai sebuah amarah besar? Ia sungguh-sungguh tak semarah itu. Dan lagi pula, ia menyesali perbuatannya.

"Maaf sudah berkata kasar kemarin."

Sehun menggaruk hidungnya yang tak gatal. Ia masih menunggu ucapan Eunha yang menggantung.

"Aku menyesalinya. Kau tahu! Aku dan Juna mencarimu kemana-mana!"

Eunha mendongak. Tepat di saat mata kebiruan Chae menatapnya dalam. Eunha tak berkutik di bawah dagu Chae. Rasanya, ada yang menarik dirinya untuk terus memandangi mata itu.

Harus diakui oleh Eunha. Chae benar-benar berparas sempurna. Mungkin jika ia berada dijajaran para idol, wajahnya sangat laku di pasaran.

Eunha menggeleng karena pikiran bodohnya lagi. Untuk menghilangkan rasa malu karena telah mengagumi seseorang tepat dihadapan orang tersebut, Eunha menginjak sepatu Chae dengan keras hingga pemuda itu meringis kesakitan.

"Apa yang kau lakukan!" kesal Chae.

Eunha menimpali, "Kau kemana saja? Hei! Apa kau mencari kekasihmu itu dengan insting?"

Chae terperenyak, "Bagaimana kau tahu aku sedang mencari Chaeyoung?"

"Astaga. Bukankah cuma itu tujuanmu?" timpal Eunha gemas. "Kami akan membantumu untuk mencarinya."

Chae menarik alis curiga. Ia langsung tak ingin percaya ucapan Eunha begitu saja.

"Apa katamu?"

"Kami akan membantu. Aku dan Juna!" ucap Eunha antusias.

Chae masih berpikir-pikir. Mungkin lebih tepatnya tengah menebak perubahan kepribadian Eunha. Bukankah dia begitu tak suka Chae melibatkan dirinya dalam urusannya itu? Bahkan untuk mendekat pun Eunha menolak. Tapi kali ini..

"Kau sungguh-sungguh?"

Eunha mengangguk mantap. Ia bahkan mengacungkan dua jempolnya ke muka Chae.

"Yap! Lagipula kau mana tahu tempat ini. Dunia ini bukan duniamu, jadi —"

Grap!

Chae tiba-tiba memeluknya. Sangat lekat seperti lem yang tak bisa terlepas. Dan entah bagaimana, pelukan hangat itu mengirimkan gelenyar aneh pada Eunha yang terkejut. Gadis berambut sebahu itu gugup tak berdaya.

Aksi Chae itu juga malah mendapatkan berbagai reaksi dari mereka yang tengah mengintip keduanya.

Bibi Jo, pelanggan dan Umji.

"Lihat! Mereka berbaikan sekarang."

"Oh Eunha! Kenapa kau membuatku patah hati secepat ini? Kenapa kau tidak pernah cerita tentang hubungan kalian itu!" rengek Umji.

Bibi Jo hanya melirik gadis patah hati itu dengan pandangan heran.

Seperti herannya Eunha yang masih 'betah' dipeluk oleh Chae.

"Gomawo Eunha-ssi. Aku tidak akan melupakan jasamu ini. Aku janji."

Entah mengapa, Eunha mulai bersemu merah. Sama memerahnya dengan Juna yang ternyata sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka.

***