Kompol Arifin diam terpaku di meja kerja nya. Mengaku begitu saja? Dia mengakui setelah sebelumnya berpuluh-puluh kali menyangkal. Ada apa ini sebenarnya? Kenapa begitu mudah ia mengakuinya. Arifin membuang nafasnya kasar.
Baru saja Darmawan membuat pengakuan bahwa ia adalah pemilik pabrik narkoba yang telah terbakar. Ia mengakui sengaja membakar pabrik itu karena sudah terciduk. Ia juga mengakui shabu yang di temukan di kantor pribadinya dan juga di proyek pembangunan perumahan adalah miliknya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Iptu Sadewa ternyata mendengar anak buahnya menyebutkan namanya.
Braaak braaak braak
Arifin memukul meja dengan kesal. "Bajingaaan...!!! Siapa sebenarnya dalang di balik ini semua!" Teriak Arifin. Beberapa perwira yang kebetulan mendengar dari luar hanya menggelengkan kepala mereka. Mereka maklum, kasus yang di tangani kompol Arifin kali ini bukan kasus kecil.
"Hallo, Kadita. Bisakah kau mampir ke kantor abang? Tolong abang, Kadita."