"Tadi bicara apa sama Roni?"
Angela tersentak, dengan enggan mengalihkan tatapan dari jalan di hadapannya. Valdy di sebelahnya meliriknya sesekali, terlihat jelas menunggu jawabannya.
"Bukan hal yang penting." Angela menjawab ogah-ogahan.
"Seberapa nggak pentingnya sampai kamu pergi sambil menangis?" tanya Valdy dengan nada lebih tajam. Angela meringis.
"Oke deh." Angela menyerah. "Dia nanya kenapa aku sebenci itu sama dia. Yah, kujawab saja kalo hinaannya padaku soal 'murahan' itu nggak akan pernah bisa kulupakan." Angela menghindari menatap Valdy lagi. "Aku nggak bisa menahan emosi tadi, jadi…nangis deh."
"Hanya itu?"
"Hanya itu, Val."
"Kamu nggak seperti yang dia katakan, La. Oke?" Satu tangan Valdy terulur ke arah Angela, mengusap kepalanya pelan. Angela memejamkan mata menikmati sentuhannya. "Jangan terlalu sering berinteraksi lagi dengannya."
"Nggak usah dikasih tahu juga…" Angela menangkap tangan lelaki itu dan menggenggamnya. "Val…"
"Hmm?"