Tidur dalam waktu lama membuat Angela kesulitan membedakan siang atau malam. Saat ia terjaga dari tidurnya, suasana kamarnya temaram, dengan gorden hijau zaitun tertutup rapat, menghalangi pandangannya ke arah luar jendela. Sambil terbatuk ia mengangkat kepala untuk melihat sekeliling. Devon telah menghilang, TV masih menyala tanpa suara, dan pintu kamarnya tertutup rapat. Jam di atas nakas menunjukkan pukul 7, entah malam atau pagi, ia tak tahu.
Ia terbatuk lagi, lebih keras. Angin sejuk segar menderu dari selang yang masih menempel di rongga hidungnya. Angela merapatkan bedcover di sekeliling tubuhnya yang menggigil kedinginan. Namun bedcover yang tebal itu tak mampu menghalau dingin. Ia menatap penuh harap ke arah lemari yang cukup jauh dari ranjangnya, ingin sekali mengambil kardigan yang ada di dalamnya.