"Sepertinya kamu sakit."
Angela tersentak saat merasakan sentuhan di pipinya yang dingin. Valdy meraba pipinya, lalu keningnya, dengan satu tangan masih bertengger di roda kemudi. Ekspresinya berubah keruh.
"Nggak kok." Angela membantahnya.
"Lalu kenapa wajahmu pucat sekali?"
"Ituuu…." Angela memutar otak untuk mencari alasan yang masuk akal. "Laper. Tadi abis ulangan Fisika Pak Tamam, jadi…."
"Mau mampir di suatu tempat? Makan siang bareng?"
"Aku sudah ada janji dengan Kak Ralin. Ingat?"
"Bisa ditunda sebentar. Ralin juga nggak kemana-mana."
Angela menimbang-nimbang dengan pusing. Sebaiknya gimanaaaaa???
"Nggak usah. Nanti aja. Masih kangen sama Kak Ralin. Lagi pingin ngobrol." Akhirnya Angela menjawab, berharap keputusannya benar. "Jam berapa jalan sama Adrian?"
"Nanti sore. Cuma nongkrong. Dia mau lihat Waroo Café." Valdy memutar setir hingga mobil berbelok di persimpangan di pusat kota. "Nanti Yuga yang akan mengantarmu pulang. Gimana?"
"Oke. Nggak masalah."