"Oh, my God…."
Angela bergumam pelan saat begitu melangkahkan kaki di koridor yang menuju kelasnya, puluhan pasang mata mengarah padanya, menghujaninya dengan tatapan setajam belati. Yeah, jika saja benar belati, saat mencapai kelasnya, mungkin tubuhnya sudah tercabik-cabik penuh darah. Hancur, binasa dalam sekejap.
Mengabaikan rasa dingin dan sensasi merinding di punggungnya, Angela melangkah dengan tampang kalem dan cuek menuju kelasnya, mengibas rambut panjangnya ke punggung berkali-kali. Bisik-bisik penuh benci tertiup angin hingga mencapai telinganya, namun ia menegakkan kepala, menolak terintimidasi.
Iya, tunangan gue kaya raya, mau apa lo? Angela berpikir dengan sinis.