Semakin lama, Jam kerja Takahiro semakin panjang. Ia tak mempermasalahkan energinya. Ia hanya berpikir bahwa Kanae pasti kesepian. Apalagi akhir-akhir ini Kanae terlihat mudah sekali tersinggung.
"Aku pulang." Takahiro melepaskan sepatunya dengan malas. Merasa bingung karena Kanae tak menyambutnya.
"Kanaeee~ sayangku~" Takahiro melenggang masuk menuju dapur. Ia mendengar suara Kanae di toilet. Dengan segala rasa bingung Takahiro mengecek keberadaannya.
Dari balik pintu, Takahiro mendengar Kanae muntah-muntah di dalam sana. Membuatnya panik dan memaksa masuk. "Kanae?! kau tak apa-apa?!" Ia mengelus punggung Kanae berulang-ulang kali agar Kanae merasa releks.
"Tak apa, aku hanya mual." Setelah mengatakan hal itu, ia kembali muntah.
Sekian menit Kanae seakan menguras semua isi perutnya ke dalam toilet. Ia tampak lemas dan nafasnya memburu karena tak sedikit pun jeda waktu baginya beristirahat. Setelah perutnya benar-benar terkuras, rasa mual itu barulah hilang.