'Si jenius, calon dokter masa depan.' mereka mengatakannya dengan bangga terhadapku. Karena aku satu-satunya pemuda yang bisa berkuliah hingga ke Jerman dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Sedangkan pemuda lain di keluargaku, bahkan tak bisa melanjutkan sekolah mereka hingga ke jenjang sekolah menengah.
Bukan karena biaya. Kaluargaku adalah keluarga terpandang yang memiliki banyak uang dengan rumah besar yang bisa menampung 4 kepala keluarga.
Itu karena saat ini Jepang selalu dalam keadaan waspada. Perang dingin dengan Tiongkok, lalu pecah perang dunia..
Kami.. Tak punya tempat bahkan untuk menyesap teh kami dan menyantap wagashi. Kami selalu ketakutan, bom, tembakan, suara pesawat sekutu yang lalu-lalang.
Tak ada waktu tenang. Perasaan tegang selalu menghantui kami bagai bayangan yang selalu mengikuti kemana pun kami pergi.
Tapi seperti oasis yang menyegarkan di tengah gurun, istriku yang aku cintai selalu bersamaku memberiku kasih sayang dan rasa tenang.
Kanae.