Kami berdiam sangat lama. Aku tidak suka hal ini.. dadaku sesak. Aku tidak bisa melihat wajah Naoki yang tertunduk, rambutnya sudah panjang.. helai-helai lembutnya menari saat ia menggerakkan kepalanya dan perlahan melihatku.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" aku tersenyum. Menyakitkan.
"Siapa namamu?" katanya pelan. Suaranya lembut seperti furin (lonceng angin) yang tertiup angin.
Aku bisa melihat dari matanya, banyak yang ingin ia tanyakan tapi entah kenapa hanya itu yang ia ucapkan. Kenapa? Bahkan sebuah pertanyaan sederhana bisa membebaniku. Saat bibi penjual ramen juga, saat ini juga. Rasanya hatiku seperti teriris benda tajam. Ngilu. Perih.
Dan kau dengar itu? 'siapa namamu?' Curang sekali dia ini! ia lebih ingin mengenalku, mengingat namaku, kenanganku, sebelum akhirnya kita tak lagi bertemu. Tapi syukurlah aku sudah bisa menjawab pertanyaan itu.