Ponsel Makoto berdering. Naoki menelepon, dengan segera ia mengangkat dan meletakkan benda pipih itu di telinganya.
"Ya Naoki?!" Kesempatan baginya untuk bisa mengusir kediaman yang sangat tidak tenang ini. Untuk kali ini, telepon Naoki bagai penyelamat setelah sekian lama terdiam dengan perasan yang tak karuan.
"Aku sedang bersama Akane-san. Ah iya iya! kau ini!!" Setelah mematikan ponselnya, ia melirik Akane yang juga sedang meliriknya.
"Naoki bilang apa?" Akane berusaha mencoba mencairkan suasana.
"Tadi dia bertanya aku dengan siapa, karena ini sudah pukul 7 malam, seharusnya aku sudah pulang. Lalu jangan lupa camilan"
Mendengar apa yang Makoto terangkan, Akane refleks tertawa. Ia bahkan beberapa kali tak melihat ke arah jalanan.
"Aku berpikir dia sudah seperti istrimu Makoto-san." Ia mengusap air mata ujung mata, karena tawanya tadi. "Bukan lagi seorang adik. lelehan tawa Makoto dengarkan