"Kalian adalah tamuku, jadi sudah sewajarnya aku melayani kalian dengan baik. Silakan diambil, dicicipi, jangan malu-malu. Rasanya tidak enak kalau kita mengobrol tanpa adanya camilan." Ujarnya dengan begitu optimisnya kemudian, dia meletakkan baki di dekatnya.
"Ah~ itu benar sekali." Ucap adiknya Raka meresponsnya dengan optimis juga.
"Hmm ..., jadi, mulai dari mana kita harus membicarakannya, ya?" ucap mbak Mitha yang kemudian duduk dengan santainya sambil berpikir-pikir lebih dahulu.
"Hmm ...."
Aku pun bergeming hanya melihat mbak Mitha yang entah akan memulai cerita dari mana?
"Oh, ya, kamu bilang ... orang yang ada di dekatmu saat ini bukan Raka? Kau yakin? Dan dari mana kamu berpikir seperti itu?" tanya mbak Mitha dengan sungguh-sungguh padaku layaknya seperti diinterogasi khusus oleh seorang detektif maupun penyidik.
"Sudah pasti dia tahu karena dia pacarnya yang saat ini dekat dengannya," gumam Rika dengan nada datarnya. Tampaknya adiknya Raka ini gampang kesal, ya.
