Suatu kebanggaan tersendiri bagiku yang sudah berhasil mengajak adiknya Raka keluar tanpa sepengetahuan Raka. Dia sendiri tidak mungkin berbohong di depanku saat bilang kalau dirinya itu tidak bicara pada Raka.
Kami pun segera duduk di tempat duduk yang kami pilih.
Sekarang kedai kebabnya Haifdz jauh lebih nyaman tapi, harganya sudah naik 1000 rupiah. Ini bukan seperti kedai lagi melainkan seperti kafe elit namun, untuk harganya masih nyaman di kantong, tidak menguras banyak uang.
"Eh, sas. Lama tidak ke sini." Kebetulan Hafidz yang menyuguhkan menunya. Dan dia menyapaku juga.
"Eh, iya fidz ... dulu mau ke sini, udah agak lama sih sejak aku pulang dari KKN tapi, kedaimu tutup." Jelasku dengan sejujur-jujurnya.
"Eh~ kapan kamu KKN?" tanya Hafidz dengan herannya kemudian dia menggeret kursi kosong dan berusahan untuk mengajakku berbicang-bicang.
