"Jadi yang waktu itu ...." Begitu aku hendak mengatakannya terus terang, Ivy mengangguk lagi seakan jawaban yang akan dia lontarkan itu adalah jawaban yang pasti akan mengubah nasibnya.
"Aku sudah diminta dengan cepat, sas. Aku pun kaget! Aku kira setelah aku sempro nanti. Aku juga tidak ada persiapan hanya saja waktu itu disuruh cepat-cepat pulang eh gak tahunya malah ... ya sudahlah." Ucap Ivy dengan nada pasrah.
"Jadi kalian sekarang tinggal bersama?" tanyaku memastikan dengan nada bisik pelan.
"Iya, tapi, aku biasanya pulang ke rumahku juga kok." Ucap Ivy dengan ekspresi ragu.
"Aku masih punya beberapa hal yang harus aku kerjakan. Oh, ya, soal madu itu juga ... sebenarnya pas dia tahu aku beli itu harganya mahal, dia menggantikan uangku." Kata Ivy dengan serius.
"Eh, beneran nih? Wah berarti dia orang yang baik dong!" seruku dengan sedikit bangga mendengarnya tapi, entah kenapa raut muka Ivy yang hanya memasang senyum tipis itu terbaca untuk tidak begitu bahagia.