"Hmm ... kalau gitu aku bantu masuk ke kantin." Kata Raka dengan optimisnya.
"Eh, bagaimana bisa? Kan sudah ditutup? Jangan-jangan kamu nekat mau—"
Belum sempat aku meneruskan perkataanku, dia akhirnya memotongnya dengan meletakkan jari telunjuknya ke depan bibirku.
"Ssst!!"
"Eh," sesaat aku terdiam dengan sikapnya yang bisa terbilang cukup romantis ini. Perasaanku menjadi campur aduk, antara gelisah karena keteledoranku, dan senang karena dia perhatian padaku.
"Tentu saja aku tidak melakukan hal-hal yang aneh!" seru Raka dengan senyum seriusnya yang kemudian meletakkan helm-nya di atas sepeda motor dan dia mengunci motornya. Kemudian Raka yang beranjak dari sepeda motor itu menggenggam tanganku dan memasang senyum optimisnya saat menatapku sekilas.
Kami bergenggaman tangan, kemudian dia memfokuskan pandangannya ke depan lalu mengajakku berjalan bersama.
Di dalam sekolah sepi tidak ada siapa pun.
Lalu, Raka terlihat sibuk memencet ponselnya.
"...?"