"Terima kasih, sas. Kukira kamu benar-benar melupakanku, aku selama ini sengaja menghindarimu setelah jawaban itu, aku berusaha jujur untuk tidak mengharapkanmu lagi." Jelasnya dengan nada datar.
"Sudah aku bilang, kan. Aku tidak akan melupakanmu ...."
Begitu aku hendak berterus terang, dia segera menjawab cepat seperti memotong perkataanku.
"Tidak, bukan begitu." Ujarnya.
"Eh?" celetukku heran dengan ekspresi bertanya-tanya.
"Karena ... aku punya alasan untuk tidak bertemu dan menyapamu lagi ...."
Apa yang hendak dikatakannya? Kenapa dia seperti itu?
"Karena aku, ingin jujur, aku merasakan sakit hati terbesar setelah kau tolak waktu itu."
Deg!!
Seketika aku sangat sangat sungkan untuk berkata-kata lagi, aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun padanya, entah kenapa aku memilih rasa untuk merasakan sakit hatinya itu.
Itu bukan perkara yang mudah!!
Selama ini dia menahan rasa sakit itu, tangisannya, dan juga perkataannya ....
