Begitu saat aku mendengar perkataan lanjutannya, "Karena itu ..., maukah kamu menjadi pacarku?"
Dengan begitu lantangnya aku menolak, "Maaf, aku-"
Begitu hendak menjelaskannya, dia memotong perkataanku, "Oh, jadi begitu, ya."
Ekspresinya berubah menjadi sangat murung kemudian dia berbalik dengan masih mempertahankan senyum optimisnya.
Tapi, kalau tidak dikatakan sekarang tidak enak juga dan akhirnya ....
"Maaf, aku menolakmu bukan aku tidak menyukaimu. Aku suka kok, sikapmu yang baik padaku, gambarmu yang bagus ini, dan juga kamulah orang yang pertama kalinya menolongku. Aku sangat berterima kasih padamu tapi, aku menolakmu karena bukan karena tidak cinta. Tapi, aku belum bisa merasakan cinta itu sendiri."
"...." Dia berbalik menatapku namun dia tidak ingin menyelaku saat bicara.
Mungkin perkataanku ini terdengar sangat aneh tapi, aku mengatakannya dengan kejujuranku, dan aku belum benar-benar mau merasakan yang namanya cinta itu.