"Tolong, Bu Arumi, selamatkan kami, atau kalau memang kami harus mati, maka bunuhlah kami dengan cara yang tidak menyakitkan bagi kami," mohon Denias.
"Ah, begitu ya?" Arumi menyeringai.
"Tapi, aku suka yang menantang!" ucapnya. Dari tangannya, pisau lipat itu dia sodorkan ke arah Denias.
"Aku ingin membunuh dengan penuh estetika," ujarnya.
"Maksudnya apa?" tanya Denias.
"Ya, semisal aku membunuh dengan cara memenggal kepalamu, atau mungkin memotong-motong terlebih dahulu beberapa bagian tubuhmu sebelum kau benar-benar mati," tutur Arumi.
Hal itu benar-benar terdengar sangat menakutkan bagi Denias dan juga sang Paman.
Harusnya dia tadi tidak perlu menuruti ajakan pamannya untuk ke kantor Polisi, Denias benar-benar sangat menyesal.
"Bu Arumi, tolong lepaskan kami, Bu! Kami janji tidak akan membongkar rahasia keluarga kalian," Sekali lagi Denias memohon.