Chereads / Anak Angkat / Chapter 36 - Dibuat Bingung

Chapter 36 - Dibuat Bingung

Hari ini Salsa kembali ke sekolah seperti bisa.

Hari ini pun juga begitu cerah, Salsa hendak memasuki gerbang sekolah ketika sang Sopir yang mengantarnya mulai memutar balik mobilnya dan berlalu pergi.

Salsa mendapati di depan gebang juga ada Mesya yang tengah berjalan sendirian.

Mesya  melangkah santai, dengan tangan memegangi ujung tali tas gendongnya.

Ingin sekali Salsa menghampiri Mesya, dan tentunya mengajaknya duduk berdua lalu mengobrol.

Ada banyak sekali pertanyaan di dalam otaknya kepada Mesya. Meski Marry sudah bercerita banyak kepadanya tentang Mesya.

Tapi rasanya tak cukup, dan Salsa begitu ingin mendengar langsung dari bibir Mesya.

Tampak ragu-ragu mulutnya untuk memanggil Mesya.

Tapi rasa penasaran dan keingin tahunan itu membuat Salsa memberanikan diri untuk memanggil Mesya.

"Mesya!" teriak Salsa.

Gadis SMP berparas manis itu menoleh.

"Iya!" jawab Mesya.

Lalu Salsa berlari menghampirinya.

"Apa kita bisa ngobrol sebentar?" tanya Salsa dan raut ragu-ragu itu masih terpancar jelas dari wajahnya.

"Tentu saja, Kak Salsa," jawab Mesya dengan ramah.

'Dia juga mengenal namaku, mungkin karna Marry yang bercerita tentangku kepadanya,' batin Salsa.

Salsa tersenyum untuk menutup keraguannya.

"Ayo kita ke kantin," ajak Salsa.

Mesya mengangguk, "Mari, Kak Salsa!" Mesya masih tersenyum dengan ramah.

Namun hal yang tak terduga, tiba-tiba saja Arthur datang dan menarik tangan Salsa.

"Hai, Salsa," sapa Arthur.

Salsa tampak tersentak mendengar suara itu, dia menoleh dengan tatapan ketakutan.

"Mesya, ada berita bahagia yang ingin aku  katakan kepadamu," ucap Arthur.

"Berita tentang apa, Kak Arthur?" tanya Mesya.

"Berita, bahwa aku dan Kak Salsa yang cantik ini sudah resmi berpacaran," jelas Arthur dengan senyuman ciri khasnya.

Mesya terlihat begitu kaget, karna kemarin Merry berkata kepadanya, bahwa  Salsa itu menyukai David, bukan Arthur.

Lalu bagaimana Arthur bisa berbicara seperti ini, tentu saja Mesya sangat bingung.

'Kata, Kak Marry, kalau mereka itu hanya pura-pura berpacaran, lalu kenapa, Kak Arthur, seperti menganggap kalau Kak Salsa itu pacarnya sungguhan?' batin Mesya.

"Hay, Adik Cantik, kenapa kamu malah melamun?" tanya Arthur.

Mesya sedikit tersentak.

"Ah, tidak, Kak," jawab Mesya.

Sementara Salsa masih menundukkan kepalanya.

Mesya merasa curiga dengan ekspresi wajah Salsa, begitu berbeda setibanya Arthur.

"Adik Cantik, mohon maaf ya, aku ambil Kak Salsa dulu, kalian mengobrol lain waktu saja, karna kami sedang ada urusan penting," ujar Arthur.

Mesya mengangguk sesaat, namun ekspresinya begitu datar, hanya seolah kedua bola mata saja yang berkedip-kedip gusar.

Mesya masih melirik kearah Salsa yang ada dalam gandengan Arthur.

Salsa menolehkan wajahnya sesaat kearahnya, kemudian kembali menunduk dalam tuntunan Arthur.

"Mesya!" Tiba-tiba Romi sudah ada di belakangnya dan menepuk pundak Mesya.

"Eh, Romi! Bikin kaget saja!" cantas Mesya.

"Hahaha! Sorry, kamu lihat apa?" tanya Romi seraya dia memandang kearah mata Mesya tertuju.

"Oh jadi kamu sedang melihat, Kak Arthur!" ujar Romi.

Mesya tak menjawabnya hanya dengusan kecil dari hidungnya.

"Kenapa, Sya! Kamu kelihatan tidak suka dengan kedekatan mereka?" tanya Romi lagi.

"Bukan tidak suka, hanya aneh saja!" ujar Mesya.

"Aneh?" Romi memastikan.

"Yah, aneh!" sahut Mesya. "Sepertinya, Kak Salsa, tidak begitu nyaman dekat dengan, Kak Arthur," jelas Mesya,

"Atas dasar apa kamu berkata begitu? Memangnya kamu tahu bagaimana perasaan mereka yang sesungguhnya?" tanya Romi.

Mesya menggelengkan kepalanya.

"Mesya, apa kamu dengar bahwa hari ini kita akan kedatangan kepala sekolah baru," ujar Romi yang mengalihkan topik pembicaraannya.

"Ah, benarkah?" tanggap Mesya.

"Iya, benar mereka bilang kalau kepala sekolah baru kita itu lulusan luar negeri lo!" Romi tampak sangat antusias menceritakannya.

Mesya terlihat tak begitu menghiraukannya, karna pikirannya masih tertuju kepada Arthur dan Salsa.

Sementara Romi masih mengoceh tentang kepala sekolah baru.

Tak lama kedua netra menangkap kehadiran David.

Masih dengan wajah dinginnya seperti biasa, dia berjalan dengan santainya.

Tak biasanya David memasuki gedung SMP.

Mungkin karna ada sesuatu hal yang mendorongnya untuk memasuki gedung ini.

Tak disangka David mendekatinya.

"Dimana, Arthur?" tanya David kepada Mesya. Dan sesaat mata David yang begitu tajam melirik kearah Romi.

Tentu saja Romi sedikit merinding melihatinya, begitu menyeramkan, meski dia tahu kalau David adalah satu-satunya orang yang baik di antara yang lainnya.

Namun tetap saja, David masih terlihat menyeramkan.

"Kak Arthur, pergi dengan Kak Salsa," jawab  Mesya dengan jujur.

David menggelengkan kepalanya dengan wajah kakunya.

"Dia selalu membuat masalah!" cantas David seraya meninggalkan Mesya.

Kembali  Mesya dibuatnya bingung, dengan tingkah David.

"Ada apa sih dengan mereka?"

"Sudah, Mesya, bukankah kamu sudah tahu kalau memang kakak-kakakmu itu aneh semuanya," ujar Romi.

Sementara itu, Arthur mengajak Salsa di taman belakang sekolah, di tempat itu memang tak begitu ramai, sangat cocok bagi Arthur untuk berbicara berdua saja dengan Salsa.

"Arthur! Kamu mau apa mengajakku kemari?!" tanya Salsa dengan nada yang ketus.

"Kak Salsa, yang cantik, tentu saja aku ingin berduaan deganmu, kita ini, 'kan pacaran," jawab Arthur masih dengan senyuman itu.

Salsa terlihat kesal mendengarnya, Arthur menganggap bahwa mereka benar-benar berpacaran sungguhan.

Padahal Salsa sama sekali tak menganggap ini sungguhan.

Meski pernah ada keinginan untuk membuka hati  kepada Arthur.

Tapi setelah dia tahu bagaimana sifat asli Arthur yang sesungguhnya, ini terasa sangat tak mungkin bagi Salsa untuk menerimanya.

Baik Arthur maupun David kedua-duanya memang harus dia jauhi.

"Arthur, kita ini hanya berpacaran bohongan, aku ingin kita selesaikan sekarang, dan stop menjadi pacar pura-puraku. Aku ingin hidup tenang dan melupakan David," tutur Salsa.

"Haha! Hahaha! Kamu itu lucu sekali, Salsa!" tukas Arthur sambil tertawa dengan kencang.

Tentu saja Salsa begitu bingung melihatnya.

Entah apa maksud dia tertawa sekeras ini, padahal tak ada yang lucu dari pembicaraan mereka.

"Stop! Kenapa kamu tertawa? Adakah suatu hal yang lucu?" tanya Salsa.

"Haha, ada ... yaitu kamu!" Arthur menjawab sekaligus menunjuk kearah Salsa.

Salsa menggelengkan kepalanya, "Ini benar-benar tak ada yang lucu! Apanya yang lucu?!" cantas Salsa.

"Heueh!" Kali ini Arthur mendengus barat seraya menghentikan tertawanya.

Lalu dia meraih dagu Salsa dan mencengkeramnya dengan kuat.

"Kau bilang sangat menyukai, David, lalu kenapa kau ingin menghentikan perasaanmu sekarang?  Mau mu apa?!" tanya Arthur dengan tangan masih mencengkram erat bagian dagu Salsa.

"Lepaskan, Arthur!" pekik Salsa.

To be continued